Hentikan Pengobatan Osteoporosis Bisa Tingkatkan Risiko Patah Tulang pada Wanita Pascamenopause
Osteoporosis pascamenopause adalah kondisi di mana tulang menjadi lemah dan rapuh karena kepadatan mineral tulang yang menurun.
Kondisi ini sangat umum terjadi pada wanita setelah menopause karena penurunan kadar estrogen, yang memengaruhi kesehatan tulang.
Dengan populasi yang menua, osteoporosis menjadi masalah kesehatan yang terus berkembang.
Bifosfonat adalah pengobatan pilihan pertama untuk osteoporosis pascamenopause. Denosumab adalah pengobatan lini kedua.
Obat-obatan ini biasanya diresepkan selama 3-5 tahun, tetapi pedoman terkini menyarankan penghentian pengobatan setelah periode ini bagi banyak pasien. Namun, ada kekhawatiran tentang risiko penghentian pengobatan ini.
Data baru yang dipresentasikan pada kongres EULAR 2024 di Wina menyoroti risiko yang terkait dengan penghentian pengobatan osteoporosis.
Sebuah penelitian besar di Prancis meneliti lebih dari 128.000 wanita menggunakan basis data kesehatan nasional.
Penelitian ini mengamati kejadian penghentian bifosfonat dan denosumab, dan dampaknya terhadap risiko patah tulang.
Temuan Utama
Penghentian Pengobatan: Banyak wanita menghentikan pengobatan osteoporosis mereka. Secara khusus, 55,1% dari mereka yang mengonsumsi bifosfonat oral, 68,9% mengonsumsi bifosfonat intravena, dan 42,5% mengonsumsi denosumab mengalami penghentian jangka panjang, biasanya terjadi pada pertengahan hingga akhir usia 70-an setelah sekitar 3,7–4,8 tahun pengobatan.
Peningkatan Risiko Patah Tulang: Menghentikan pengobatan ini secara signifikan meningkatkan risiko patah tulang. Wanita yang menghentikan bifosfonat memiliki risiko patah tulang akibat kerapuhan sebesar 12,4% lebih tinggi, sementara mereka yang menghentikan denosumab memiliki risiko 92,3% lebih tinggi. Risiko lebih tinggi untuk sebagian besar jenis patah tulang, terutama patah tulang pinggul, yang meningkat sebesar 19% untuk bifosfonat dan 108,3% untuk denosumab.
Perbandingan Jenis Pengobatan: Penelitian menemukan perbedaan risiko patah tulang berdasarkan jenis bifosfonat. Bifosfonat oral memiliki peningkatan risiko patah tulang yang signifikan, sedangkan bifosfonat intravena tidak menunjukkan perbedaan risiko patah tulang yang signifikan dibandingkan dengan pengobatan berkelanjutan.
Temuan ini menyoroti potensi bahaya penghentian pengobatan osteoporosis, khususnya denosumab, yang tidak direkomendasikan untuk dihentikan.
Tingginya persentase wanita yang menghentikan pengobatan dan peningkatan risiko patah tulang berikutnya menunjukkan perlunya strategi manajemen yang lebih baik.
Dokter dan pasien harus mempertimbangkan risiko dengan saksama sebelum menghentikan pengobatan osteoporosis.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mengapa berbagai jenis bifosfonat memiliki dampak yang berbeda pada risiko patah tulang.
Hal ini dapat menghasilkan pedoman yang lebih baik dan hasil yang lebih baik bagi pasien.
Singkatnya, meskipun menghentikan pengobatan osteoporosis seperti bifosfonat dan denosumab adalah hal yang umum, hal itu secara signifikan meningkatkan risiko patah tulang, terutama patah tulang pinggul.
Pengobatan berkelanjutan mungkin penting untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah patah tulang pada wanita pascamenopause.