Home > Didaktika

Wuidih...Ilmuwan Temukan Cara Baru Memperkuat Daya Ingat

Memori bersifat cair dan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lalu dan masa depan.
Unsplash
Unsplash

Ada legenda lama yang menceritakan tentang metode aneh dan ekstrem yang digunakan berabad-abad lalu untuk memastikan bahwa peristiwa penting tidak pernah terlupakan.

Ceritanya, setelah peristiwa penting seperti pemindahan tanah, pernikahan, atau perjanjian penting, seorang anak dipilih untuk menyaksikan peristiwa tersebut dan kemudian langsung dilempar ke sungai.

Rasa kaget dan takut dari pengalaman ini diyakini membuat peristiwa itu tak terlupakan bagi anak tersebut.

Meskipun metode ini mungkin tampak kasar dan sulit dipahami saat ini, metode ini mengisyaratkan kebenaran penting tentang daya ingat yang mungkin dipahami secara intuitif oleh nenek moyang kita: emosi yang kuat dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan kita untuk mengingat peristiwa.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah meneliti bagaimana daya ingat terbentuk dan mengapa beberapa pengalaman tetap ada dalam diri kita sementara yang lain memudar.

Secara tradisional, proses pembentukan daya ingat dijelaskan oleh model Hebbian, yang dinamai menurut psikolog Donald Hebb.

Menurut model ini, daya ingat tercipta dan diperkuat ketika dua neuron di otak diaktifkan pada saat yang sama, yang mengarah ke hubungan yang lebih kuat di antara keduanya.

Proses ini dikenal sebagai plastisitas sinaptik dan sering diringkas dengan frasa, "neuron yang bekerja sama, akan saling terhubung."

Namun, penelitian terbaru dari laboratorium Sadegh Nabavi di DANDRITE (Lembaga Penelitian Ilmu Saraf Translasional Denmark) menunjukkan bahwa proses pembentukan dan penguatan memori lebih rumit daripada yang dapat dijelaskan oleh model Hebbian saja.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal eLife, Nabavi dan timnya menemukan bahwa memori dapat dipengaruhi tidak hanya oleh apa yang terjadi pada saat suatu peristiwa terjadi, tetapi juga oleh pengalaman yang terjadi kemudian—bahkan jika pengalaman tersebut tidak terkait dengan memori awal.

Fenomena ini dikenal sebagai "plastisitas heterosinaptik." Tidak seperti model tradisional, yang berfokus pada penguatan sinapsis tertentu yang diaktifkan bersama, plastisitas heterosinaptik menunjukkan bahwa perubahan dapat terjadi pada sinapsis di dekatnya yang tidak terlibat langsung dalam pengalaman awal.

Dengan kata lain, memori dapat diperkuat atau diperkuat oleh peristiwa berikutnya yang memicu respons emosional yang kuat, bahkan jika peristiwa ini tidak ada hubungannya dengan memori awal.

Para peneliti menemukan bahwa pengalaman-pengalaman berikutnya ini dapat memengaruhi pembentukan memori hingga satu hari setelah kejadian awal.

Ini berarti bahwa memori tidak setetap atau terbatas pada momen tertentu seperti yang pernah diperkirakan sebelumnya.

Sebaliknya, memori bersifat cair dan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lalu dan masa depan.

Pemahaman baru tentang memori ini memiliki implikasi penting bagi cara kita menyikapi pembelajaran dan gangguan terkait memori.

Jika kita dapat lebih memahami bagaimana memori yang lemah diperkuat oleh pengalaman-pengalaman selanjutnya, kita dapat mengembangkan terapi dan alat pembelajaran baru yang membantu orang meningkatkan memori dan fungsi kognitif mereka.

Melihat kembali legenda anak yang dilempar ke sungai, tampaknya nenek moyang kita mungkin telah memiliki pemahaman awal tentang konsep ini, meskipun dengan cara yang jauh lebih dramatis.

Respons emosional ekstrem yang disebabkan oleh perendaman tiba-tiba di sungai kemungkinan besar meningkatkan memori anak terhadap kejadian tersebut.

Saat ini, kita mulai memahami dasar ilmiah untuk efek ini dan bagaimana pengalaman emosional yang kuat memang dapat membuat memori tertentu lebih bertahan lama.

Kesimpulannya, meskipun metode masa lalu mungkin tampak ekstrem, metode tersebut menyoroti kebenaran mendasar tentang ingatan yang baru mulai kita ungkap: emosi memainkan peran penting dalam menentukan apa yang kita ingat dan bagaimana ingatan tersebut terbentuk.

Pengetahuan ini membuka kemungkinan baru untuk meningkatkan ingatan dan pembelajaran, menawarkan harapan untuk pendekatan yang lebih baik dalam menangani gangguan kognitif dan meningkatkan pemahaman kita secara keseluruhan tentang otak manusia.

Hasil penelitian dapat ditemukan di eLife.

× Image