Pria dengan Penyakit Radang Usus Berisiko Tinggi Terkena Penyakit Jantung
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa pria dengan inflammatory bowel disease/IBD (penyakit radang usus) mungkin menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung seiring berjalannya waktu.
Penelitian yang dipublikasikan dalam International Journal of Cardiology Cardiovascular Risk and Prevention tersebut menganalisis data kesehatan jangka panjang.
Penelitian menemukan bahwa pria dengan IBD hampir dua kali lebih mungkin mengalami kondisi jantung yang serius dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki IBD.
Studi tersebut dilakukan oleh peneliti Noa Cohen-Heyman dan Gabriel Chodick dari Universitas Tel Aviv di Israel.
Mereka memeriksa 14.768 pasien yang didiagnosis dengan IBD antara tahun 1990 dan 2021 dan membandingkan hasil kesehatan mereka dengan kelompok yang lebih besar yang terdiri dari 120.338 individu tanpa IBD.
Di antara kelompok IBD, 6.144 menderita kolitis ulseratif, dan 8.624 menderita penyakit Crohn.
Selama periode tindak lanjut rata-rata 10,5 tahun, 1,9% orang dengan IBD mengalami masalah jantung utama, seperti serangan jantung, penyumbatan arteri koroner yang memerlukan pemasangan stent (intervensi koroner perkutan), atau operasi bypass jantung.
Sebaliknya, hanya 1,0% dari mereka yang tidak memiliki IBD yang mengalami kondisi jantung serupa.
Hal ini menunjukkan bahwa memiliki IBD hampir menggandakan risiko penyakit jantung (rasio bahaya: 1,98).
Menariknya, peningkatan risiko penyakit jantung hanya terlihat pada pria.
Studi tersebut menemukan bahwa pasien pria dengan IBD memiliki risiko 82% lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung dibandingkan dengan pria tanpa IBD.
Namun, untuk pasien IBD wanita, risikonya tampak lebih rendah daripada populasi umum (rasio bahaya: 0,72).
Temuan tersebut tetap konsisten bahkan ketika peneliti menganalisis kelompok tertentu, seperti pasien dengan penyakit Crohn, pasien dengan kolitis ulseratif, dan mereka yang mengonsumsi steroid atau imunosupresan untuk mengelola kondisi mereka.
Penulis menyarankan bahwa pria dengan IBD yang berisiko tinggi terkena penyakit jantung dapat memperoleh manfaat dari skrining dini untuk masalah jantung.
Biomarker tertentu, seperti troponin jantung sensitif tinggi, dapat membantu mengidentifikasi individu yang berisiko sebelum gejala muncul.
Studi ini juga mengemukakan kemungkinan bahwa perawatan pencegahan, seperti aspirin setiap hari, dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung pada pasien ini.
Tinjauan dan Analisis
Studi ini menyoroti hubungan penting tetapi sering diabaikan antara kesehatan usus dan kesehatan jantung.
Meskipun IBD terutama dikenal sebagai penyebab masalah pencernaan, kondisi ini merupakan kondisi peradangan yang dapat memengaruhi seluruh tubuh.
Peradangan kronis merupakan faktor risiko yang diketahui untuk penyakit jantung, dan studi ini memperkuat gagasan bahwa peradangan di usus dapat menyebabkan masalah pada jantung dan pembuluh darah.
Salah satu temuan yang paling mengejutkan adalah perbedaan gender. Sementara pria dengan IBD memiliki risiko penyakit jantung yang jauh lebih tinggi, wanita dengan IBD tampaknya memiliki risiko yang lebih rendah daripada wanita tanpa IBD.
Hal ini menunjukkan bahwa hormon atau faktor biologis lainnya mungkin memainkan peran protektif bagi pasien wanita.
Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami mengapa pria memiliki risiko lebih besar dan apakah pasien IBD wanita benar-benar memiliki risiko lebih rendah atau jika penelitian tersebut tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang mendasarinya.
Untuk pria dengan IBD, penelitian ini menunjukkan bahwa pemantauan kesehatan jantung harus menjadi prioritas.
Dokter mungkin perlu melakukan skrining penyakit jantung lebih awal pada pasien IBD pria dan mempertimbangkan tindakan pencegahan.
Karena penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa IBD secara langsung menyebabkan penyakit jantung, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami hubungan yang tepat.
Secara keseluruhan, penelitian ini menambah bukti yang berkembang bahwa penyakit kronis sering kali saling terkait.
Mengelola satu kondisi, seperti IBD, mungkin tidak cukup—pasien dan dokter juga harus fokus pada pencegahan komplikasi terkait, termasuk penyakit jantung.
Penelitian ini merupakan pengingat bahwa peradangan memengaruhi seluruh tubuh, bukan hanya sistem pencernaan, dan deteksi serta pencegahan dini dapat membuat perbedaan besar dalam hasil kesehatan jangka panjang.