Home > Didaktika

Model AI Bantu Deteksi Risiko Penyakit Jantung Pada Wanita Gunakan EKG Sederhana

Aalat AI ini, yang dirancang khusus untuk pasien wanita, dapat membantu dokter mendeteksi masalah jantung lebih dini.
Unsplash
Unsplash

Model kecerdasan buatan (AI) baru dapat mengidentifikasi wanita yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung menggunakan elektrokardiogram (EKG) sederhana.

Para peneliti percaya bahwa alat AI ini, yang dirancang khusus untuk pasien wanita, dapat membantu dokter mendeteksi masalah jantung lebih dini, sehingga menghasilkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik. Temuan tersebut dipublikasikan di The Lancet Digital Health.

EKG adalah tes yang banyak digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung. Dalam studi ini, para ilmuwan menganalisis lebih dari 1 juta EKG dari 180.000 pasien, termasuk 98.000 wanita.

Mereka mengembangkan sistem penilaian yang membandingkan EKG individu dengan pola pria dan wanita pada umumnya.

Sistem ini menunjukkan bahwa wanita yang EKG-nya lebih mirip dengan pola pria—seperti memiliki sinyal listrik yang lebih kuat—sering kali memiliki ruang jantung yang lebih besar dan massa otot yang lebih banyak.

Yang terpenting, wanita-wanita ini juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, gagal jantung, dan serangan jantung dibandingkan dengan wanita yang EKG-nya mengikuti pola wanita pada umumnya.

Penyakit jantung, yang juga dikenal sebagai penyakit kardiovaskular (PKV), telah lama dianggap lebih umum terjadi pada pria.

Keyakinan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan hormon dan faktor gaya hidup.

Akibatnya, baik dokter maupun masyarakat sering meremehkan risiko penyakit jantung pada wanita. Namun, kenyataannya berbeda:

  • Wanita di Inggris dua kali lebih mungkin meninggal karena penyakit jantung koroner, penyebab utama serangan jantung, daripada kanker payudara.

  • Sebuah laporan medis baru-baru ini menyebut penyakit kardiovaskular sebagai "pembunuh nomor satu" wanita dan menyerukan diagnosis, pengobatan, dan pelibatan wanita yang lebih baik dalam uji klinis.

Dr. Arunashis Sau, seorang peneliti di Imperial College London, memimpin penelitian tersebut.

Ia menjelaskan bahwa penyakit jantung pada wanita lebih rumit daripada yang diperkirakan sebelumnya.

"Kami sering mengelompokkan pasien berdasarkan jenis kelamin saat menganalisis EKG, tetapi ini tidak memperhitungkan perbedaan individu."

"AI membantu kami memahami kesehatan jantung wanita dengan lebih tepat, yang dapat meningkatkan perawatan bagi wanita yang berisiko terkena penyakit jantung," katanya.

Dr. Fu Siong Ng, seorang kardiolog senior yang terlibat dalam penelitian ini, menyoroti temuan utama: beberapa wanita yang ditandai oleh model AI memiliki risiko yang lebih tinggi daripada pria pada umumnya.

Jika alat ini digunakan secara luas, alat ini dapat membantu mengurangi perbedaan gender dalam perawatan penyakit jantung dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup bagi wanita.

Tim peneliti juga telah mengembangkan model prediksi risiko EKG berbasis AI yang disebut AIRE.

Alat ini memperkirakan kemungkinan pasien terkena atau memburuknya penyakit jantung.

Uji klinis AIRE di rumah sakit NHS direncanakan pada akhir tahun 2025 untuk menguji efektivitasnya dalam situasi dunia nyata.

Dr. Sonya Babu-Narayan dari British Heart Foundation menekankan pentingnya penelitian ini.

“Wanita sering salah didiagnosis atau diabaikan ketika mereka melaporkan gejala jantung karena mitos bahwa penyakit jantung terutama menyerang pria.

Bahkan ketika didiagnosis, mereka cenderung tidak menerima perawatan yang tepat.

AI dapat membantu mengidentifikasi wanita berisiko tinggi lebih awal, tetapi peningkatan perawatan memerlukan perubahan di seluruh sistem perawatan kesehatan.”

Studi ini menyoroti potensi AI untuk menutup kesenjangan gender dalam perawatan penyakit jantung.

Meskipun pemeriksaan EKG berbasis AI merupakan langkah maju yang menjanjikan, para ahli menekankan bahwa kesadaran, diagnosis, dan pengobatan yang lebih baik bagi wanita juga diperlukan untuk menyelamatkan nyawa.

× Image