Home > Gaya Hidup

Waspadalah...Penelitian Temukan Penyebab Utama Penyakit Irama Jantung yang Mematikan

Jumlah lemak yang lebih besar di dinding jantung dapat memprediksi kemungkinan aritmia yang lebih besar, sementara tingkat jaringan parut tidak menunjukkan korelasi yang sama.
Unsplash
Unsplash

Sebuah penelitian terbaru dari Johns Hopkins dan lembaga lainnya telah mengungkap faktor mengejutkan di balik perkembangan gangguan irama jantung yang mematikan pada pasien yang pernah mengalami serangan jantung: lemak, bukan jaringan parut, memainkan peran penting.

Penemuan ini menantang kepercayaan lama bahwa jaringan parut di jantung adalah penyebab utama aritmia, yaitu gangguan pada ritme jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.

Ketika seseorang mengalami serangan jantung, sebagian otot jantung rusak, meninggalkan jaringan parut.

Telah dipahami bahwa jaringan parut ini dapat menimbulkan risiko untuk mengembangkan aritmia, tetapi tidak semua orang yang pernah mengalami serangan jantung akan mengalami gangguan irama jantung ini.

Penelitian ini difokuskan pada pasien yang biasanya mulai menunjukkan tanda-tanda aritmia sekitar tiga tahun setelah serangan jantung mereka, saat timbunan lemak juga mulai menembus dinding jantung di dekat area yang terluka.

Para peneliti, yang dipimpin oleh Natalia Trayanova dan timnya, melakukan penelitian terhadap 24 pasien yang sebelumnya menderita serangan jantung dan kini mengalami aritmia.

Pasien-pasien ini dijadwalkan menjalani perawatan invasif untuk kondisi mereka dan menjalani pemindaian MRI dan CT pada jantung mereka.

Tim menggunakan pemindaian ini untuk membuat model jantung masing-masing pasien yang dipersonalisasi, yang memungkinkan mereka mempelajari hubungan antara timbunan lemak, jaringan parut, dan aritmia.

Apa yang mereka temukan sangat mengejutkan: jumlah lemak yang lebih besar di dinding jantung dapat memprediksi kemungkinan aritmia yang lebih besar, sementara tingkat jaringan parut tidak menunjukkan korelasi yang sama.

Hal ini menunjukkan bahwa lemak yang menembus dinding jantung lebih mengganggu sistem kelistrikan jantung daripada jaringan parut itu sendiri.

Secara khusus, keberadaan lemak memperlambat sinyal listrik yang mengatur ritme jantung, sehingga jantung lebih mudah mengalami ritme yang tidak teratur.

Temuan ini merupakan perubahan signifikan dalam memahami penyebab aritmia pada pasien dengan riwayat serangan jantung.

Hingga saat ini, para profesional medis berfokus terutama pada jaringan parut yang ditinggalkan oleh serangan jantung sebagai penyebab utama aritmia pascainfark.

Namun, penelitian baru ini menunjukkan bahwa timbunan lemak merupakan faktor yang lebih kritis, yang berpotensi mengarah pada pengobatan baru yang lebih efektif untuk mencegah aritmia pada pasien ini.

Implikasi dari penemuan ini sangat luas. Pertama, penemuan ini membuka pintu bagi strategi terapi baru yang spesifik untuk pasien yang menargetkan timbunan lemak di jantung, bukan hanya jaringan parut.

Hal ini dapat mengarah pada pencegahan dan penanganan gangguan irama jantung yang lebih baik, yang berpotensi menyelamatkan nyawa dengan mengurangi risiko kematian jantung mendadak pada penyintas serangan jantung.

Sebagai kesimpulan, penelitian dari Johns Hopkins dan kolaboratornya ini telah mengungkapkan bahwa lemak, bukan jaringan parut, merupakan penyebab utama gangguan irama jantung yang berbahaya pada pasien yang pernah mengalami serangan jantung.

Temuan yang luar biasa ini menantang keyakinan medis yang ada dan mengarah pada arah baru dalam pengobatan dan pencegahan aritmia.

Seiring para peneliti dan dokter mencerna informasi baru ini, harapannya adalah bahwa hal ini akan mengarah pada perawatan yang lebih personal dan efektif bagi mereka yang berisiko mengalami gangguan irama jantung yang mengancam jiwa ini.

× Image