Home > Didaktika

Ilmuwan Temukan Pengobatan Stroke Baru

Sainburg dan timnya telah menghabiskan waktu puluhan tahun mempelajari bagaimana otak mengendalikan gerakan.
Unsplash
Unsplash

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan percaya bahwa sisi kiri dan kanan tubuh dikendalikan oleh sisi otak yang berlawanan.

Jika Anda menggerakkan tangan kanan, diperkirakan sisi kiri otak Anda yang bertanggung jawab, dan sebaliknya.

Gagasan ini juga menunjukkan bahwa menjadi kidal atau tidak berasal dari satu sisi otak yang lebih baik dalam mengendalikan gerakan daripada yang lain.

Namun, hampir 30 tahun yang lalu, seorang peneliti bernama Robert Sainburg dari Penn State mengusulkan gagasan yang berbeda, yang disebut hipotesis dominasi komplementer.

Ia menyarankan bahwa kedua sisi otak bekerja sama untuk mengendalikan gerakan di kedua sisi tubuh, dengan masing-masing sisi memainkan peran yang berbeda.

Gagasan ini perlahan-lahan diterima dan sekarang membentuk pengobatan baru bagi orang yang pulih dari stroke.

Sainburg dan timnya telah menghabiskan waktu puluhan tahun mempelajari bagaimana otak mengendalikan gerakan.

Penelitian mereka, bersama dengan karya dari ilmuwan lain, telah menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana otak bekerja.

Pengetahuan baru ini kini digunakan untuk meningkatkan rehabilitasi bagi para penyintas stroke, membantu mereka mendapatkan kembali gerakan dan kekuatan di kedua sisi tubuh mereka.

Bagaimana Stroke Mempengaruhi Pergerakan

Stroke terjadi ketika aliran darah ke bagian otak terganggu, baik karena penyumbatan atau pembuluh darah yang pecah.

Ketika ini terjadi, bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan gerakan dapat rusak, menyebabkan masalah dengan kontrol otot dan komunikasi antara otak dan tubuh.

Hal ini sering mengakibatkan kelemahan atau bahkan kelumpuhan pada satu sisi tubuh.

Secara tradisional, dokter percaya bahwa hanya sisi tubuh yang berlawanan dengan stroke yang terpengaruh.

Misalnya, jika stroke terjadi di sisi kiri otak, sisi kanan tubuh akan mengalami masalah pergerakan.

Rehabilitasi difokuskan pada membantu pasien mendapatkan kembali fungsi sebanyak mungkin pada sisi yang lebih lemah, dengan lebih sedikit perhatian diberikan pada sisi tubuh yang "tidak terpengaruh".

Namun, penelitian Sainburg telah menunjukkan bahwa pandangan tradisional ini tidak lengkap.

Faktanya, kedua sisi tubuh dapat terpengaruh oleh stroke, meskipun masalahnya tidak begitu kentara pada sisi yang kurang terpengaruh. Pemahaman baru ini kini memandu perubahan dalam rehabilitasi stroke.

Pendekatan Baru untuk Rehabilitasi Stroke

Hipotesis dominasi komplementer Sainburg menantang kepercayaan lama bahwa satu sisi tubuh "baik" dan sisi lainnya "buruk."

Sebaliknya, penelitiannya menunjukkan bahwa masing-masing sisi otak memiliki kekuatannya sendiri dalam hal mengendalikan gerakan.

Misalnya, sisi otak yang dominan—biasanya sisi kiri untuk orang yang tidak kidal—lebih baik dalam membuat gerakan yang halus dan akurat, sedangkan sisi yang tidak dominan lebih baik dalam menstabilkan gerakan dalam situasi sulit, seperti ketika seseorang didorong secara tak terduga.

Ide ini memiliki implikasi penting untuk pemulihan stroke. Jika kedua sisi otak berkontribusi pada gerakan, maka kedua sisi tubuh perlu dirawat selama rehabilitasi.

Sainburg dan rekan-rekannya sedang mengerjakan terapi baru yang mengatasi masalah gerakan di kedua sisi tubuh.

Salah satu temuan utama dari penelitian Sainburg adalah lengan yang tidak terlalu terpengaruh setelah terkena stroke masih bisa mengalami defisit.

Misalnya, jika stroke merusak sisi kiri otak, lengan kanan mungkin kesulitan melakukan gerakan yang akurat.

Demikian pula, jika sisi kanan otak rusak, lengan kiri mungkin kesulitan berhenti di lokasi yang tepat saat meraih suatu benda.

Untuk membantu para penyintas stroke mendapatkan kembali kendali yang lebih baik atas lengan mereka yang tidak terlalu terpengaruh, tim Sainburg mengembangkan aktivitas rehabilitasi khusus.

Dalam studi percontohan tahun 2020, para penyintas stroke memainkan permainan virtual yang dirancang untuk meningkatkan gerakan mereka.

Misalnya, orang yang mengalami stroke di sisi kiri otak memainkan permainan hoki udara virtual dengan tangan kiri mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam melakukan gerakan yang halus dan akurat.

Mereka yang mengalami stroke di otak kanan memainkan permainan menelusuri labirin dengan tangan kanan mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka menghentikan tangan mereka di lokasi yang benar.

Setelah tiga minggu pelatihan, para peserta menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam ketangkasan tangan, sebagaimana diukur dengan tes umum yang digunakan untuk pasien stroke.

Yang terpenting, mereka mempertahankan peningkatan ini bahkan enam minggu setelah pelatihan berakhir.

Selangkah Menuju Perawatan yang Lebih Baik

Hasil kerja Sainburg dan timnya kini sedang diuji dalam uji klinis berskala besar untuk menentukan seberapa efektif terapi baru ini bagi para penyintas stroke.

Hasil awal dari uji coba yang dilakukan antara tahun 2018 dan 2024 cukup menjanjikan, dan dapat menghasilkan peningkatan signifikan dalam penanganan rehabilitasi stroke.

Tujuannya adalah untuk menciptakan terapi yang membantu para penyintas stroke mendapatkan kembali lebih banyak gerakan dan kekuatan di kedua sisi tubuh mereka, sehingga mereka dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari yang penting bagi mereka.

Penelitian ini dapat memberikan dampak besar pada kehidupan ratusan ribu orang yang mengalami stroke setiap tahun.

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan banyak penyintas tidak pernah pulih sepenuhnya.

Namun, dengan wawasan baru tentang bagaimana kedua sisi otak mengendalikan gerakan, para peneliti seperti Sainburg berharap bahwa strategi rehabilitasi yang lebih baik akan menghasilkan pemulihan yang lebih lengkap bagi para penyintas stroke.

Masa depan pengobatan stroke mungkin tidak hanya melibatkan pelatihan ulang sisi tubuh yang lebih lemah, tetapi juga membantu sisi yang kurang terpengaruh untuk mendapatkan kembali fungsi penuhnya.

Hasil penelitian dapat ditemukan di The Journal of Physiology.

× Image