Home > Gaya Hidup

Penelitian: Aktivitas Fisik Secara Teratur Bisa Meningkatkan Kesehatan Otak

orang dewasa setengah baya yang terlibat dalam segala bentuk aktivitas fisik menunjukkan peningkatan kognitif, khususnya dalam kecepatan pemrosesan, yang membuat otak mereka berfungsi seperti orang-orang yang empat tahun lebih muda.
Unsplash
Unsplash

Aktivitas fisik yang teratur diketahui dapat meningkatkan kesehatan otak dan menurunkan risiko demensia seiring berjalannya waktu.

Namun, sebuah penelitian baru dari para peneliti di Penn State College of Medicine menunjukkan bahwa bahkan gerakan sehari-hari, seperti mengajak anjing jalan-jalan atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga, memberikan manfaat langsung bagi otak.

Menurut penelitian tersebut, orang dewasa setengah baya yang terlibat dalam segala bentuk aktivitas fisik—baik intensitas rendah maupun tinggi—menunjukkan peningkatan kognitif, khususnya dalam kecepatan pemrosesan, yang membuat otak mereka berfungsi seperti orang-orang yang empat tahun lebih muda.

Diterbitkan dalam Annals of Behavioral Medicine, penelitian tersebut menunjukkan bahwa tindakan sederhana sehari-hari dapat membantu menjaga ketajaman mental tanpa perlu latihan yang intens.

Jonathan Hakun, seorang profesor neurologi dan psikologi di Penn State, mencatat bahwa "semua gerakan itu penting," dan bahkan aktivitas kecil berkontribusi terhadap kesehatan secara keseluruhan.

Ini berarti bahwa aktivitas fisik sehari-hari, seperti berjalan kaki sebentar atau mengerjakan tugas-tugas rumah tangga, dapat berperan langsung dalam menjaga kesehatan pikiran.

Penelitian sebelumnya sebagian besar berfokus pada manfaat jangka panjang aktivitas fisik terhadap kesehatan otak, biasanya meneliti efeknya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Namun, penelitian ini mengamati lebih dekat dampak jangka pendek aktivitas fisik terhadap fungsi kognitif, yang menunjukkan bahwa pemrosesan mental dapat membaik sementara setelah beberapa jam beraktivitas.

Untuk mengumpulkan data, tim peneliti menggunakan check-in ponsel pintar selama periode sembilan hari.

Peserta diminta untuk check-in enam kali sehari, kira-kira setiap 3,5 jam, untuk melaporkan apakah mereka telah aktif sejak check-in terakhir mereka.

Mereka juga menilai intensitas aktivitas mereka—ringan, sedang, atau berat. Aktivitas ringan meliputi berjalan atau membersihkan, sedangkan aktivitas berat meliputi berlari atau bersepeda cepat.

Setelah melaporkan aktivitas mereka, peserta memainkan dua "permainan otak", satu untuk menguji kecepatan pemrosesan dan yang lainnya menguji memori kerja, yang memberikan gambaran tentang fleksibilitas mental.

Penelitian ini menganalisis respons dari 204 peserta, berusia 40 hingga 65 tahun, yang merupakan bagian dari proyek yang lebih besar yang bertujuan untuk mencegah penurunan kognitif.

Peserta tinggal di Bronx, NY, dan mencakup berbagai latar belakang ras. Tidak ada yang memiliki riwayat gangguan kognitif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang aktif dalam 3,5 jam sebelumnya memiliki kinerja lebih baik pada tes kecepatan pemrosesan, sehingga membuat mereka tampak lebih muda secara kognitif.

Meskipun tidak ada peningkatan langsung dalam memori kerja, waktu respons selama tugas memori mencerminkan tren positif yang sama yang terlihat dalam kecepatan pemrosesan.

Seiring bertambahnya usia, fungsi kognitif seperti memori dan kecepatan pemrosesan mental secara alami menurun.

Temuan penelitian ini menarik karena menunjukkan bahwa bahkan gerakan singkat dapat memperlambat efek penuaan alami ini untuk sementara.

Hakun menjelaskan, "Kita menjadi lebih lambat seiring bertambahnya usia, baik secara fisik maupun kognitif. Idenya di sini adalah bahwa kita dapat mengatasinya untuk sementara melalui gerakan."

Selain itu, orang yang melaporkan lebih sering aktif selama penelitian sembilan hari tampaknya mengalami lebih banyak manfaat kognitif daripada mereka yang kurang aktif.

Ini menyiratkan bahwa gerakan teratur, bahkan pada intensitas yang lebih rendah, dapat mengumpulkan efek positif pada kesehatan otak.

Namun, Hakun menunjukkan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menemukan jenis, jumlah, dan waktu aktivitas fisik terbaik untuk mendukung kesehatan kognitif.

Untuk penelitian di masa mendatang, Hakun berharap untuk memasangkan check-in ponsel pintar ini dengan perangkat yang melacak aktivitas untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana gerakan sehari-hari memengaruhi fungsi mental dari waktu ke waktu.

Dengan melihat data aktivitas fisik dalam jangka waktu yang lebih lama, para peneliti dapat memperoleh wawasan yang lebih baik tentang bagaimana gerakan sehari-hari berkontribusi terhadap kesehatan otak seiring bertambahnya usia, yang berpotensi mengungkap strategi gaya hidup untuk penuaan yang sehat.

Singkatnya, penelitian ini menyoroti nilai aktivitas sehari-hari untuk kesehatan otak, yang menunjukkan bahwa bahkan gerakan sederhana dapat membuat pikiran lebih tajam.

Temuan penelitian dapat ditemukan di Annals of Behavioral Medicine. (kpo)

× Image