Benarkah Obat Tekanan Darah Bisa Memengaruhi Kesehatan Mental?

Sekelompok ilmuwan di Rumah Sakit St. Michael ingin memahami bagaimana beberapa obat tekanan darah umum dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Mereka berfokus pada dua jenis obat: ARB (penghambat reseptor angiotensin) dan ACE inhibitor.
Obat-obatan ini sering diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi, masalah jantung, penyakit ginjal, atau diabetes.
Baik ARB maupun ACE inhibitor bekerja dengan hormon dalam tubuh yang disebut angiotensin II.
Hormon ini biasanya membuat pembuluh darah lebih kencang, yang meningkatkan tekanan darah.
ARB menghentikan hormon tersebut agar tidak bekerja dengan baik, sehingga pembuluh darah tetap rileks.
ACE inhibitor bertindak lebih jauh dengan mengurangi jumlah hormon yang diproduksi tubuh.
Para ilmuwan ingin mengetahui apakah obat-obatan ini dapat memengaruhi emosi atau kesehatan mental seseorang secara serius.
Mereka secara khusus tertarik pada apakah orang yang mengonsumsi obat-obatan ini mungkin merasa sangat sedih atau putus asa sehingga mereka berpikir atau mencoba bunuh diri.
Untuk mengetahuinya, mereka mempelajari catatan kesehatan dari Kanada. Mereka mengamati 964 orang yang meninggal karena bunuh diri dalam 100 hari setelah diresepkan ARB atau ACE inhibitor.
Kemudian mereka membandingkan orang-orang ini dengan orang lain yang juga mengonsumsi obat-obatan ini tetapi tidak melukai diri sendiri.
Apa yang mereka temukan mengejutkan dan mengkhawatirkan. Orang yang mengonsumsi ARB lebih mungkin meninggal karena bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi ACE inhibitor.
Faktanya, risikonya 63% lebih tinggi bagi mereka yang menggunakan ARB. Itu perbedaan yang besar.
Salah satu kemungkinan alasannya adalah ARB dapat meningkatkan kadar angiotensin II di otak.
Para ilmuwan percaya hormon ini dapat dikaitkan dengan perasaan seseorang secara emosional, dan kadar yang lebih tinggi dapat menyebabkan kesedihan yang mendalam atau pikiran untuk bunuh diri.
Namun, ada faktor lain yang juga dapat berperan. Beberapa orang dalam penelitian ini sudah mengonsumsi obat untuk depresi atau kecemasan, yang berarti mereka mungkin memiliki masalah kesehatan mental sebelum mulai mengonsumsi obat tekanan darah.
Para peneliti berhati-hati untuk mengatakan bahwa temuan mereka tidak membuktikan bahwa ARB menyebabkan pikiran untuk bunuh diri. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami gambaran lengkapnya.
Namun, berdasarkan temuan mereka, mereka menyarankan agar dokter mempertimbangkan untuk meresepkan ACE inhibitor alih-alih ARB, demi keamanan.
Penelitian ini dipimpin oleh Muhammad Mamdani dari Applied Health Research Center dan dipublikasikan di jurnal medis JAMA Network Open.
Ini merupakan pengingat penting bahwa obat-obatan dapat memengaruhi lebih dari sekadar kesehatan fisik—obat-obatan juga dapat memengaruhi kesejahteraan mental.
Dengan mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana berbagai obat memengaruhi tubuh dan pikiran kita, dokter dapat membuat pilihan yang lebih baik untuk menjaga orang-orang tetap aman dan sehat.