AI Dapat Membantu Menemukan Pengobatan Baru untuk Penyakit Parkinson
Peneliti di Cleveland Clinic Genome Center telah menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengungkap faktor genetik yang terlibat dalam penyakit Parkinson (PD) dan mengidentifikasi obat-obatan yang ada yang berpotensi dapat digunakan kembali untuk mengobati kondisi tersebut.
Studi mereka, yang diterbitkan dalam npj Parkinson’s Disease, menawarkan harapan baru bagi pasien dengan mempercepat penemuan pilihan pengobatan.
Memahami Penyakit Parkinson dan Kebutuhan akan Perawatan Baru
Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif kedua yang paling umum setelah demensia, yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.
Penyakit ini menyebabkan masalah gerakan progresif, termasuk tremor, kekakuan, dan kesulitan menjaga keseimbangan.
Saat ini, tidak ada obatnya, dan perawatan yang ada hanya membantu mengelola gejala daripada memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit.
Dr. Lijun Dou, seorang peneliti pascadoktoral di Cleveland Clinic, menjelaskan kebutuhan mendesak akan terapi baru.
“Saat ini, kami tidak memiliki cara untuk menghentikan atau memperlambat perkembangan Parkinson. Yang terbaik yang dapat kami lakukan adalah mengelola gejala saat muncul.”
Salah satu tantangan dalam mengembangkan pengobatan baru adalah para ilmuwan masih mencoba memahami gen mana yang berkontribusi terhadap penyakit Parkinson dan bagaimana mutasi genetik menyebabkan gejala.
Banyak mutasi yang terkait dengan penyakit Parkinson terjadi di daerah non-coding DNA—daerah yang tidak secara langsung mengkode protein tetapi dapat memengaruhi cara kerja gen.
Bagaimana AI Membantu Memecahkan Teka-teki
Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti menggunakan model AI canggih yang mengintegrasikan berbagai jenis data biologis.
Pendekatan ini, yang dikenal sebagai biologi sistem, memungkinkan mereka menganalisis data genetik, protein, dan farmasi sekaligus.
Dengan merujuk silang mutasi genetik terkait Parkinson dengan basis data ekspresi gen khusus otak, mereka dapat menentukan gen mana yang terpengaruh oleh mutasi ini.
Mereka menemukan bahwa beberapa gen risiko yang diketahui, seperti SNCA dan LRRK2, terkait dengan peradangan otak saat bermutasi.
Setelah mengidentifikasi target genetik ini, tim mencari obat-obatan yang ada yang mungkin berinteraksi dengan mereka.
Karena pengembangan obat baru dapat memakan waktu lebih dari 15 tahun, penggunaan kembali obat yang telah disetujui dapat memberikan solusi yang jauh lebih cepat bagi pasien Parkinson.
Kaitan Mengejutkan dengan Obat Penurun Kolesterol
Salah satu penemuan yang paling menjanjikan adalah bahwa individu yang telah diberi resep simvastatin, obat penurun kolesterol yang umum, cenderung tidak mengembangkan penyakit Parkinson.
Temuan ini menunjukkan bahwa simvastatin mungkin memiliki efek perlindungan pada otak.
Para peneliti sekarang berencana untuk menguji simvastatin dalam studi laboratorium untuk melihat apakah obat ini dapat membantu memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit Parkinson.
Mereka juga akan mempelajari beberapa obat imunosupresif dan anti-kecemasan yang menunjukkan potensi dalam analisis yang digerakkan oleh AI mereka.
Jalan yang Lebih Cepat Menuju Perawatan Parkinson
Dr. Dou menyoroti dampak AI dalam mempercepat penelitian ini. “Menggunakan metode tradisional, mengidentifikasi gen, protein, dan obat akan membutuhkan banyak waktu dan sumber daya.
Pendekatan yang digerakkan oleh AI memungkinkan kami untuk mempercepat proses dan mengidentifikasi beberapa kandidat obat dengan jauh lebih efisien.”
Studi ini menandai langkah penting menuju penemuan pengobatan baru untuk penyakit Parkinson.
Dengan menggunakan AI untuk menganalisis sejumlah besar data genetik dan medis, para peneliti semakin dekat untuk memahami penyakit tersebut dan menemukan terapi potensial yang dapat meningkatkan kehidupan pasien.
Jika berhasil, pendekatan ini tidak hanya dapat bermanfaat bagi pasien Parkinson tetapi juga dapat menjadi model untuk penggunaan AI dalam menangani penyakit kompleks lainnya.