Penemuan Fosil Jurassic di Cina Mengungkap Evolusi Burung Purba
![Zhao Chuang](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250214094304-577.jpeg)
Sebuah tim paleontologis dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology (IVPP) di Chinese Academy of Sciences telah membuat penemuan yang luar biasa di Cina tenggara.
Mereka menggali dua spesimen burung yang telah menjadi fosil di bebatuan Jurassic berusia 149 juta tahun dari Provinsi Fujian.
Fosil-fosil ini membantu mengisi kekosongan dalam sejarah awal evolusi burung, memberikan bukti baru bahwa burung telah terdiversifikasi pada akhir periode Jurassic. Temuan-temuan ini baru-baru ini dipublikasikan di Nature.
Mengapa Penemuan Ini Penting
Burung adalah kelompok vertebrata darat yang paling beragam saat ini, tetapi asal-usul mereka sulit dilacak karena kurangnya fosil yang terpelihara dengan baik dari periode Jurassic (sekitar 145 juta tahun yang lalu).
Hingga saat ini, Archaeopteryx adalah satu-satunya burung Jurassic yang diterima secara luas.
Meskipun bersayap berbulu, Archaeopteryx tampak sangat mirip dengan dinosaurus kecil, terutama karena ekornya yang panjang dan mirip reptil—ciri yang tidak ditemukan pada burung modern.
Penelitian terkini bahkan mempertanyakan apakah Archaeopteryx benar-benar burung atau termasuk dalam kelompok dinosaurus mirip burung.
Ketidakpastian ini membuat para ilmuwan bertanya-tanya apakah ada bukti nyata tentang burung Jurassic sejati.
Burung yang Baru Ditemukan: Baminornis zhenghensis
Tim peneliti mengidentifikasi salah satu fosil sebagai spesies baru, dan menamakannya Baminornis zhenghensis.
Burung purba ini memiliki campuran ciri yang menjembatani kesenjangan antara dinosaurus dan burung modern.
Bahu dan panggulnya mirip dengan burung yang lebih maju, tetapi struktur tangannya menyerupai dinosaurus non-burung.
Salah satu ciri yang paling luar biasa adalah tulang ekornya yang pendek dan menyatu, yang dikenal sebagai pygostyle.
Pada burung yang masih hidup, pygostyle menopang bulu ekor dan berperan dalam penerbangan.
Hingga saat ini, burung berekor pendek paling awal yang diketahui berasal dari periode Cretaceous Awal, sekitar 20 juta tahun setelah Baminornis zhenghensis.
Penemuan baru ini menunjukkan bahwa burung berekor pendek muncul jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Kehadiran pygostyle pada burung Jurassic benar-benar mengubah pemahaman kita tentang kapan ciri-ciri burung modern mulai muncul,” kata Profesor Wang Min, penulis utama studi tersebut.
“Ini mendorong kembali garis waktu evolusi burung secara signifikan.”
Misteri Fosil Kedua
Fosil kedua yang ditemukan di Provinsi Fujian tidak lengkap, hanya terdiri dari tulang garpu (furcula).
Untuk menentukan identitasnya, para peneliti membandingkan bentuknya dengan burung awal dan dinosaurus mirip burung.
Analisis mereka menunjukkan bahwa fosil itu milik Ornithuromorpha, kelompok burung beragam yang berkembang pesat pada periode Cretaceous.
Namun, karena fosil tersebut kurang terpelihara, tim memutuskan untuk tidak menamai spesies baru sampai bukti lebih lanjut ditemukan.
Langkah Maju Besar dalam Penelitian Evolusi Burung
Penemuan ini memperkuat gagasan bahwa burung telah mulai melakukan diversifikasi pada akhir periode Jurassic.
Keberadaan Baminornis zhenghensis menunjukkan bahwa ciri-ciri utama burung, seperti ekor yang lebih pendek, berevolusi jauh lebih awal dari yang diyakini sebelumnya.
Penemuan ini juga memberikan dukungan baru bagi teori bahwa burung purba mengalami fase "evolusi mosaik", di mana bagian-bagian tubuh yang berbeda berubah pada tingkat yang berbeda.
Selain itu, dengan meningkatnya keraguan tentang Archaeopteryx sebagai burung sejati, Baminornis zhenghensis sekarang mungkin menjadi salah satu burung tertua yang diketahui sains.
"Jika kita mempertimbangkan kembali ketidakpastian seputar Archaeopteryx, kita tidak ragu bahwa Baminornis zhenghensis merupakan burung Jurassic sejati," kata Dr. Zhou Zhonghe, salah satu penulis penelitian tersebut.
Lebih banyak fosil akan diperlukan untuk memastikan apakah spesimen kedua benar-benar milik Ornithuromorpha dan untuk lebih memahami bagaimana burung berevolusi dari nenek moyang dinosaurus mereka.
Para peneliti berharap penggalian lebih lanjut di Tiongkok akan mengungkap spesimen tambahan yang dapat melengkapi detail yang hilang dari evolusi burung purba.
Penemuan ini tidak hanya mengubah alur waktu evolusi burung tetapi juga menawarkan wawasan baru tentang bagaimana burung mengembangkan sifat-sifat utama yang memungkinkan mereka berkembang biak selama jutaan tahun.
Hasil penelitian ini dapat ditemukan di Nature.