Home > Sana Sini

Musik dengan Tempo yang Tepat Membantu Mengurangi Rasa Sakit

Penemuan ini dapat menghasilkan cara baru untuk menggunakan musik sebagai alat untuk mengelola rasa sakit.
Unsplash
Unsplash

Sebuah studi baru dari Universitas McGill menemukan bahwa musik dapat membantu meredakan rasa sakit, terutama jika dimainkan dengan tempo yang sesuai dengan ritme alami seseorang.

Penemuan ini dapat menghasilkan cara baru untuk menggunakan musik sebagai alat untuk mengelola rasa sakit.

Orang-orang telah menggunakan musik untuk mengelola rasa sakit selama berabad-abad, dan para ilmuwan telah mempelajari efeknya dalam perawatan medis untuk kondisi seperti penyakit Parkinson, stroke, dan nyeri kronis.

Namun, para peneliti masih belum sepenuhnya memahami bagaimana musik berinteraksi dengan otak untuk mengurangi rasa sakit.

Di masa lalu, banyak yang percaya bahwa musik yang menenangkan atau menenangkan bekerja paling baik, tetapi tim peneliti McGill ingin mengeksplorasi faktor yang lebih spesifik: tempo—kecepatan musik dimainkan.

“Kami ingin melihat apakah tempo musik dapat memengaruhi kemampuannya untuk mengurangi rasa sakit,” jelas Profesor Caroline Palmer, salah satu penulis studi tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa setiap orang memiliki ritme internal alami, yaitu kecepatan saat mereka mengetuk, bernyanyi, atau bergerak mengikuti alunan musik dengan nyaman.

Ritme ini, yang dikenal sebagai tingkat produksi spontan (SPR), mungkin terkait dengan jam biologis internal tubuh kita.

Menurut para peneliti, saat musik dimainkan dengan tempo yang sangat sesuai dengan ritme alami seseorang, hal itu dapat membantu mengalihkan aktivitas otak dari pola saraf yang terkait dengan nyeri.

Untuk menguji gagasan ini, para peneliti melakukan eksperimen dengan 60 peserta, termasuk musisi dan non-musisi.

Pertama, ritme alami setiap orang diukur dengan meminta mereka mengetuk ketukan lagu anak-anak Twinkle, Twinkle, Little Star dengan kecepatan yang terasa nyaman.

Kemudian, selama periode 30 menit, peserta merasakan nyeri panas ringan di lengan bawah mereka.

Nyeri tersebut diberikan dalam interval 10 detik, diikuti dengan jeda. Selama beberapa pengujian ini, peserta duduk dalam diam.

Pada yang lain, mereka mendengarkan melodi yang telah mereka pilih, dimainkan dengan tempo yang mereka sukai, 15% lebih cepat, atau 15% lebih lambat. Setelah setiap tes, mereka menilai tingkat rasa sakit mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik, terlepas dari temponya, membantu mengurangi rasa sakit dibandingkan dengan keheningan.

Namun, pengurangan rasa sakit yang paling signifikan terjadi ketika musik dimainkan dengan tempo alami peserta.

Hal ini menunjukkan bahwa menyesuaikan musik agar sesuai dengan ritme internal seseorang dapat memaksimalkan efek penghilang rasa sakitnya.

Para peneliti berencana untuk melanjutkan penelitian mereka dengan menggunakan pemindaian otak untuk melihat apakah aktivitas otak benar-benar sinkron dengan tempo musik eksternal.

Mereka juga berharap untuk menguji temuan mereka pada orang-orang dengan nyeri kronis atau mereka yang menjalani prosedur medis.

Hasil ini membuka pintu bagi teknik manajemen nyeri baru yang dipersonalisasi, di mana teknologi dapat menyesuaikan musik agar sesuai dengan ritme unik setiap orang.

Hal ini dapat menawarkan cara yang sederhana dan bebas obat untuk membantu pasien mengatasi rasa sakit dengan lebih efektif.

Temuan penelitian dapat ditemukan di Pain.

× Image