Home > News

Hasil Penelitian: Dinosaurus Tidak Punah, Kita Hanya Tak Bisa Menemukan Fosilnya

Penelitian yang dipublikasikan di Current Biology tersebut berfokus pada 18 juta tahun menjelang hantaman asteroid pada akhir periode Cretaceous.
 Rekonstruksi lingkungan paleo Maastrichtian akhir (~66 juta tahun lalu) di Amerika Utara, tempat dataran banjir dihuni oleh dinosaurus seperti Tyrannosaurus rex, Edmontosaurus annectens, dan Triceratops prorsus/Davide Bonadonna.
Rekonstruksi lingkungan paleo Maastrichtian akhir (~66 juta tahun lalu) di Amerika Utara, tempat dataran banjir dihuni oleh dinosaurus seperti Tyrannosaurus rex, Edmontosaurus annectens, dan Triceratops prorsus/Davide Bonadonna.

Selama beberapa dekade, para ilmuwan memperdebatkan apakah dinosaurus sudah berjuang sebelum hantaman asteroid yang memusnahkan mereka 66 juta tahun lalu.

Namun, sebuah penelitian baru dari para peneliti di University College London (UCL) menunjukkan bahwa dinosaurus mungkin baik-baik saja—dan gagasan tentang kemerosotan mereka bisa jadi merupakan hasil dari catatan fosil yang buruk, bukan penurunan spesies yang sebenarnya.

Penelitian yang dipublikasikan di Current Biology tersebut berfokus pada 18 juta tahun menjelang hantaman asteroid pada akhir periode Cretaceous.

Para peneliti mengamati lebih dari 8.000 fosil dinosaurus yang sebagian besar ditemukan di Amerika Utara.

Sekilas, catatan fosil tampaknya menunjukkan bahwa keanekaragaman dinosaurus mencapai puncaknya sekitar 75 juta tahun lalu dan kemudian perlahan menurun.

Namun, para peneliti mengatakan bahwa penurunan ini mungkin tidak mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di alam.

Menurut Dr. Chris Dean, penulis utama dari UCL Earth Sciences, catatan fosil dari beberapa juta tahun terakhir Zaman Kapur tidaklah lengkap.

Hal ini dikarenakan lebih sedikit lapisan batuan dari masa ini yang terekspos dan dapat diakses oleh para ilmuwan.

Akibatnya, peluang menemukan fosil dari periode ini lebih rendah—bukan karena jumlah dinosaurus lebih sedikit, tetapi karena fosilnya lebih sulit ditemukan.

Para peneliti menggunakan metode yang disebut pemodelan hunian, yang sering digunakan dalam ekologi untuk memperkirakan seberapa besar kemungkinan suatu spesies hidup di area tertentu.

Mereka mempelajari empat kelompok dinosaurus yang terkenal: Ankylosauridae berlapis baja, Ceratopsidae bertanduk (seperti Triceratops), Hadrosauridae berparuh bebek, dan Tyrannosauridae karnivora (seperti T. rex).

Dengan membagi Amerika Utara ke dalam petak-petak dan menggunakan data geologi, iklim, dan batuan dari Zaman Kapur, tim tersebut memperkirakan berapa banyak wilayah yang kemungkinan dihuni dinosaurus ini.

Mereka menemukan bahwa jumlah lahan yang dapat dihuni dinosaurus ini tetap sama dari waktu ke waktu, yang menunjukkan bahwa habitat dan peluang mereka untuk bertahan hidup tidak banyak berubah.

Hal ini mendukung gagasan bahwa dinosaurus tidak benar-benar mengalami penurunan.

Namun, yang berubah adalah kemampuan untuk mendeteksi fosil mereka. Seiring berjalannya waktu, semakin sulit untuk menemukan jenis batuan yang tepat di tempat-tempat yang mudah diakses, dan jumlah penemuan fosil menurun. Hal ini menyebabkan munculnya kesan penurunan yang salah.

Yang menarik, satu kelompok—Ceratopsia—tampaknya lebih baik pada tahun-tahun terakhir Zaman Kapur. Fosil mereka ditemukan lebih sering dan di lebih banyak tempat daripada kelompok lain.

Para peneliti percaya hal ini mungkin terjadi karena dinosaurus ini hidup di dataran hijau, jenis lingkungan yang menjadi lebih umum dan lebih terpelihara dalam catatan fosil setelah laut pedalaman yang besar mengering.

Dr. Alessandro Chiarenza, salah satu penulis penelitian tersebut, menjelaskan bahwa perubahan geologis seperti pembentukan gunung dan pergeseran permukaan laut mengurangi cakupan catatan fosil.

Jadi, meskipun dinosaurus tampak punah, kemungkinan besar mereka masih berkembang biak hingga asteroid tiba-tiba mengakhiri kekuasaan mereka.

"Jika asteroid itu tidak menghantam," kata Chiarenza, "dinosaurus mungkin masih hidup di Bumi saat ini—bersama mamalia, kadal, dan burung, keturunan mereka yang masih hidup."

× Image