Sengatan Listrik Lembut Pada Otak Membantu Orang Membuat Keputusan Lebih Cepat

Sebuah penelitian baru dari Universitas Martin Luther Halle-Wittenberg (MLU) menemukan bahwa metode stimulasi otak yang sederhana dan non-invasif dapat membantu orang membuat keputusan lebih cepat.
Teknik tersebut, yang disebut stimulasi arus searah transkranial (tDCS), mengirimkan arus listrik yang sangat lemah melalui elektroda yang dipasang di kulit kepala.
Teknik ini telah digunakan dalam penelitian dan terapi dan diketahui dapat meningkatkan atau mengurangi aktivitas otak, tergantung pada cara penerapannya.
Para peneliti berfokus pada bagian otak yang disebut korteks prefrontal dorsolateral.
Area ini memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan menangani banyak tugas.
Dalam penelitian tersebut, 40 peserta mengenakan elektroda saat melakukan dua tugas pada saat yang sama—satu visual dan satu auditori.
Mereka harus memilih tugas mana yang harus dilakukan terlebih dahulu, situasi yang menguji kemampuan mereka untuk membuat keputusan di bawah tekanan.
Bagian utama dari percobaan tersebut adalah bagaimana stimulasi tersebut memengaruhi pengambilan keputusan mereka.
Dalam satu jenis stimulasi, yang disebut anodal, elektrode positif meningkatkan aktivitas otak.
Ketika peserta menerima jenis ini, mereka dapat memutuskan tugas mana yang harus dilakukan terlebih dahulu sedikit lebih cepat—sekitar 100 milidetik lebih cepat.
Meskipun itu mungkin terdengar seperti perbedaan kecil, dalam eksperimen psikologi itu adalah perubahan yang berarti.
Itu menunjukkan bahwa otak mereka bekerja lebih fleksibel, membantu mereka beradaptasi dengan tantangan lebih cepat.
Sebaliknya, ketika elektrode negatif digunakan (disebut stimulasi katodal), yang mengurangi aktivitas otak, peserta lebih cenderung bertahan dengan urutan tugas yang sama yang telah mereka pilih sebelumnya.
Ini menunjukkan pengurangan dalam apa yang disebut psikolog sebagai "fleksibilitas kognitif"—kemampuan untuk mengubah pemikiran atau perilaku sebagai respons terhadap perubahan.
Yang penting, baik peserta maupun peneliti tidak tahu jenis stimulasi mana yang digunakan selama setiap pengujian. Pengujian diulang selama beberapa minggu untuk memastikan keakuratan.
Dr. Sebastian Kübler, seorang psikolog di MLU, menjelaskan bahwa meskipun perubahan yang terlihat dalam penelitian itu kecil, perubahan itu tetap penting.
“Metode ini mudah digunakan dan tidak melibatkan pembedahan atau obat-obatan, yang membuatnya sangat menarik untuk penelitian psikologis,” katanya.
Namun, ia memperingatkan agar tidak mempercayai sensasi seputar perangkat stimulasi otak komersial yang mengklaim dapat meningkatkan kreativitas atau fokus.
“Janji-janji semacam itu dibesar-besarkan,” katanya. “Studi kami menunjukkan bahwa tDCS dapat memengaruhi pemikiran dalam kondisi yang sangat spesifik dan terkendali, tetapi efeknya tidak kentara dan bergantung pada banyak faktor.”
Jadi, meskipun stimulasi otak bukanlah solusi ajaib, suatu hari nanti stimulasi otak dapat membantu kita memahami—dan bahkan mungkin meningkatkan—cara kita berpikir dan membuat keputusan.