Temuan Penelitian: Masalah Tidur dan Pil Tidur Bisa Sebabkan Disabilitas

Banyak orang dewasa yang lebih tua mengalami kesulitan tidur, tetapi sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa masalah ini mungkin memiliki konsekuensi yang lebih serius daripada yang kita duga.
Para peneliti dari Penn State dan Taipei Medical University mempelajari pola tidur dan data kesehatan dari ribuan orang dewasa berusia di atas 65 tahun di Amerika Serikat.
Mereka menemukan bahwa orang yang lebih sulit tidur —dan mereka yang lebih sering menggunakan obat tidur— lebih mungkin mengalami disabilitas yang membuat aktivitas sehari-hari menjadi lebih sulit.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal SLEEP dan mengamati data selama lima tahun dari lebih dari 6.700 orang dewasa yang lebih tua.
Tim tersebut menemukan bahwa untuk setiap peningkatan masalah tidur atau penggunaan obat, ada juga risiko yang lebih tinggi untuk kehilangan kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, atau berjalan.
Orang yang mengalami insomnia secara teratur dan menggunakan obat tidur sering kali memiliki risiko terbesar untuk menjadi disabilitas.
Insomnia sangat umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Sekitar setengah dari orang yang berusia di atas 65 tahun melaporkan gejala seperti kesulitan untuk tertidur atau terbangun di malam hari. Banyak orang beralih ke obat tidur untuk mendapatkan bantuan.
Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa masalah tidur dan obat-obatan dapat menjadi bagian dari alasan mengapa orang dewasa yang lebih tua kehilangan kemampuan mereka untuk mengurus diri sendiri.
Setiap tahun ketika seseorang mengalami lebih banyak gejala insomnia, peluang mereka untuk menjadi cacat meningkat sebesar 20%.
Peningkatan risiko yang serupa dikaitkan dengan penggunaan obat tidur yang lebih sering.
Para peneliti menggunakan survei nasional yang disebut Studi Tren Kesehatan dan Penuaan Nasional, yang mengikuti sekelompok besar pasien Medicare mulai tahun 2011.
Setiap tahun, para peserta ditanyai pertanyaan tentang kemampuan mereka untuk melakukan tugas-tugas perawatan diri dan mobilitas dasar, seperti makan, berpakaian, menggunakan toilet, bangun dari tempat tidur, atau berjalan di luar.
Untuk mengukur kecacatan, tim menggunakan sistem penilaian. Orang-orang yang dapat melakukan suatu aktivitas sendiri mendapat skor rendah, sementara mereka yang membutuhkan bantuan atau tidak dapat melakukannya sama sekali mendapat skor lebih tinggi.
Jika skor seseorang meningkat dua poin atau lebih, itu berarti penurunan yang signifikan dalam kemampuan mereka untuk mengurus diri sendiri.
Penelitian ini juga mengukur seberapa sering orang mengalami insomnia atau menggunakan obat tidur. Keduanya dinilai pada skala lima poin, dari "tidak pernah" hingga "setiap malam."
Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan kecil pada gejala insomnia atau penggunaan obat dikaitkan dengan skor disabilitas yang lebih tinggi pada tahun berikutnya.
Menurut para peneliti, temuan ini menyoroti pentingnya menangani masalah tidur secara serius pada orang dewasa yang lebih tua.
Dr. Tuo-Yu "Tim" Chen, penulis utama studi tersebut, menjelaskan bahwa seiring berjalannya waktu, orang yang tidak pernah menggunakan obat tidur menjadi menggunakannya setiap malam dapat berisiko nyata mengalami disabilitas.
Meskipun tidak setiap individu akan memiliki hasil yang sama, polanya jelas: kurang tidur dan seringnya penggunaan obat dikaitkan dengan kesehatan yang menurun.
Kekhawatiran lainnya adalah bahwa obat tidur dapat meningkatkan risiko jatuh, yang merupakan penyebab umum cedera dan disabilitas pada orang dewasa yang lebih tua.
Studi sebelumnya oleh tim yang sama menemukan bahwa obat tidur dapat memengaruhi keseimbangan dan kewaspadaan, sehingga lebih mungkin jatuh.
Para peneliti mengatakan bahwa alih-alih bergantung pada obat, orang dewasa yang lebih tua harus mencari cara yang lebih aman untuk mengatasi masalah tidur.
Salah satu perawatan yang paling efektif adalah terapi perilaku kognitif (CBT), sebuah metode yang membantu orang mengubah pikiran dan perilaku yang tidak bermanfaat terkait tidur.
CBT tidak memiliki risiko yang sama seperti pengobatan dan telah terbukti bekerja dengan baik.
Dr. Soomi Lee, salah satu penulis penelitian, mencatat bahwa banyak orang tua menganggap kurang tidur hanyalah bagian dari penuaan—tetapi itu bukanlah sesuatu yang harus diabaikan.
Berbicara dengan dokter tentang masalah tidur itu penting. Dokter dapat memeriksa apakah obat lain menyebabkan masalah tidur dan merujuk pasien ke perawatan yang lebih aman.
Singkatnya, penelitian menunjukkan bahwa insomnia dan obat tidur bukan hanya masalah malam hari—mereka dapat menyebabkan penurunan fisik yang nyata seiring berjalannya waktu.
Mengelola masalah tidur dengan benar dapat membantu orang dewasa yang lebih tua tetap lebih sehat dan lebih mandiri seiring bertambahnya usia.