Alat AI Baru Bisa Membantu Deteksi Kanker Paru Empat Bulan Lebih Awal

Alat kecerdasan buatan (AI) baru dapat segera membantu dokter umum (GP) mendeteksi kanker paru pada pasien hingga empat bulan lebih awal daripada metode saat ini.
Hal ini dapat meningkatkan peluang bertahan hidup secara signifikan dan menurunkan biaya perawatan.
Dikembangkan oleh para peneliti di Amsterdam UMC di Belanda, algoritme tersebut dibuat menggunakan data dari lebih dari 500.000 pasien dan dirancang untuk bekerja selama kunjungan GP rutin.
Temuan penelitian ini baru-baru ini dipublikasikan di British Journal of General Practice.
Kanker paru merupakan salah satu kanker paling mematikan di seluruh dunia. Dalam banyak kasus, kanker ini baru didiagnosis pada stadium lanjut, saat pengobatan kurang efektif.
Sekitar 80% pasien yang didiagnosis pada stadium lanjut meninggal dalam waktu satu tahun.
Deteksi dini telah terbukti meningkatkan hasil. Misalnya, mendapatkan diagnosis hanya empat minggu lebih awal dapat membuat perbedaan yang nyata.
Oleh karena itu, pendahuluan empat bulan dapat memberikan dampak yang lebih besar.
Algoritme baru ini menelusuri seluruh riwayat medis pasien—termasuk catatan tulisan tangan dokter umum, yang biasanya tidak terstruktur dan sulit dianalisis oleh komputer.
Sementara banyak alat yang ada hanya menggunakan titik data tetap seperti "perokok" atau "batuk berdarah," sistem AI ini mengambil petunjuk halus dari catatan yang ditulis dokter umum selama bertahun-tahun.
Ini dapat mencakup penyebutan berulang tentang gejala ringan, pola dalam janji temu, atau detail kecil lainnya yang tidak akan langsung menimbulkan kekhawatiran.
Profesor Martijn Schut, salah satu peneliti utama dan profesor Kecerdasan Buatan Translasional di Amsterdam UMC, menjelaskan bahwa algoritme tersebut dapat menemukan tanda-tanda kanker berdasarkan data jangka panjang ini.
Bahkan, algoritme tersebut dapat mengidentifikasi sejumlah besar pasien yang kemudian didiagnosis menderita kanker paru-paru—hingga empat bulan sebelum mereka biasanya dirujuk untuk menjalani pengujian.
Penelitian ini menggunakan informasi dari empat jaringan praktik umum akademis di Belanda—Amsterdam, Utrecht, dan Groningen—yang mencakup rekam medis lebih dari setengah juta pasien.
Dari jumlah tersebut, 2.386 didiagnosis menderita kanker paru-paru.
Diagnosis ini dikonfirmasi menggunakan Dutch Cancer Registry. Algoritme tersebut dilatih menggunakan data terstruktur (seperti kode medis) dan data tidak terstruktur (seperti catatan teks bebas dari dokter umum).
Dibandingkan dengan program skrining kanker nasional, alat AI ini mungkin memiliki beberapa keunggulan utama.
Salah satunya adalah dapat digunakan langsung dalam konsultasi, tanpa perlu tes atau pemindaian terpisah.
Alat ini juga tampaknya menghasilkan lebih sedikit hasil positif palsu—kasus di mana sistem salah menduga kanker—dibandingkan beberapa metode skrining tradisional.
Selain kanker paru-paru, para peneliti percaya metode ini dapat diadaptasi untuk mendeteksi kanker lain yang sulit dideteksi, seperti kanker pankreas, lambung, atau ovarium.
Jenis kanker ini juga cenderung didiagnosis pada stadium lanjut, sehingga deteksi dini menjadi sangat penting untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas hidup.
Meskipun temuannya menjanjikan, para peneliti menekankan bahwa masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan sebelum alat tersebut dapat digunakan dalam praktik sehari-hari.
Misalnya, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami secara pasti bagian mana dari riwayat medis pasien yang digunakan algoritme untuk membuat prediksinya.
Sistem ini juga perlu diuji di negara lain dan sistem perawatan kesehatan untuk memastikannya berfungsi dengan baik di luar Belanda.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bagaimana kecerdasan buatan dapat digunakan untuk mendukung dokter dan meningkatkan hasil pasien.
Dengan menggunakan semua informasi pasien yang tersedia—termasuk kunjungan sebelumnya dan catatan tulisan tangan—alat ini memberi dokter umum peluang yang lebih baik untuk mendeteksi kanker lebih awal, saat kanker lebih dapat diobati.
Jika pengujian di masa mendatang mengonfirmasi keakuratannya, alat ini dapat menjadi bagian penting dari perawatan kesehatan sehari-hari.