Bagaimana Debu Bulan Bisa Mengancam Astronot di Masa Depan

Penelitian baru yang didanai oleh NASA telah mengungkap risiko mengejutkan yang tersembunyi dalam debu dan bebatuan di bulan — dan itu bisa jadi penting untuk melindungi astronot dalam misi masa depan.
Tidak seperti Bumi, bulan tidak memiliki atmosfer atau medan magnet untuk melindunginya dari luar angkasa.
Akibatnya, permukaannya terus-menerus dibombardir oleh angin matahari, sinar kosmik, dan mikrometeorid.
Bombardir ini menyebabkan "pelapukan luar angkasa", sebuah proses yang perlahan mengubah permukaan bulan seiring berjalannya waktu.
Para ilmuwan dari Georgia Tech dan University of Georgia (UGA) mengamati lebih dekat sampel bulan Apollo menggunakan alat baru yang canggih.
Tidak seperti penelitian sebelumnya, yang sebagian besar menggunakan data satelit, penelitian ini memfokuskan pada butiran bulan pada skala nano — sangat kecil sehingga hanya beberapa ratus atom yang dapat muat di lebar apa yang mereka periksa.
Analisis terperinci ini tidak hanya mengungkapkan bagaimana pelapukan luar angkasa membentuk permukaan bulan tetapi juga risiko serius bagi misi manusia.
Para peneliti menemukan tanda-tanda kerusakan akibat radiasi, atom yang hilang, dan "perangkap elektron" kecil — tempat elektron terjebak setelah atom terlempar.
Perangkap ini dapat menghasilkan muatan listrik, yang mungkin menyebabkan percikan yang dapat merusak peralatan atau kendaraan astronot.
Mereka juga melihat perubahan kimia pada bebatuan, termasuk sejumlah elemen tambahan seperti neodymium dan kromium.
Ini menunjukkan bahwa mikrometeorit — potongan-potongan kecil puing luar angkasa yang bergerak cepat — memiliki dampak besar pada permukaan bulan.
Penelitian ini menyoroti tiga bahaya utama bagi astronot. Pertama, debu bulan dapat masuk ke segel pakaian antariksa dan menyebabkan kegagalan.
Kedua, mikrometeorit yang melaju lebih cepat daripada peluru dapat menusuk pakaian antariksa, menjadikannya ancaman serius.
Ketiga, debu bulan yang menempel pada pakaian antariksa dan terbawa kembali ke dalam dapat terhirup, yang mungkin menyebabkan masalah paru-paru.
NASA sudah mengeksplorasi cara untuk menghilangkan atau mengurangi debu bulan.
Memahami di mana air dan sumber daya penting lainnya seperti metana ditemukan di bulan adalah bagian penting lainnya dari pekerjaan ini.
Air adalah kunci untuk menjaga astronot tetap hidup dan juga dapat dipecah menjadi oksigen dan hidrogen untuk bernapas dan bahan bakar.
Tim peneliti berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Mereka akan menggabungkan peralatan UGA dengan teknologi baru dari Georgia Tech untuk mempelajari sampel Apollo yang belum tersentuh yang telah disimpan selama lebih dari 50 tahun.
Tujuan mereka adalah untuk membuat model terperinci yang menghubungkan temuan skala nano dengan peta bulan purnama, membantu misi masa depan menemukan sumber daya penting.
Penelitian baru ini tidak hanya membantu kita melindungi astronot tetapi juga membawa kita lebih dekat ke kehidupan berkelanjutan dan eksplorasi di luar Bumi.