Home > Gaya Hidup

Temuan Penelitian: Penyakit Gusi Bisa Sebabkan Kanker Pankreas

Apa yang terjadi di mulut tidak selalu terjadi di sana hal itu dapat memengaruhi organ lain, termasuk organ yang berada jauh di dalam tubuh.
Unsplash
Unsplash

Sebuah penelitian baru yang penting dari Hebrew University-Hadassah Faculty of Dental Medicine telah mengungkap hubungan yang mengejutkan dan kuat antara penyakit gusi dan kanker pankreas.

Dipimpin oleh Profesor Gabriel Nussbaum di Institute of Biomedical and Oral Research, tim tersebut menemukan bahwa bakteri mulut yang umum mungkin berperan dalam mempercepat perkembangan salah satu kanker paling mematikan.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Gut tersebut difokuskan pada Porphyromonas gingivalis, bakteri yang terkenal sebagai penyebab penyakit gusi.

Meskipun bakteri ini telah lama dikaitkan dengan kesehatan mulut yang buruk, penelitian ini menunjukkan bahwa bakteri ini juga dapat memainkan peran berbahaya jauh melampaui mulut—di dalam pankreas.

Kanker pankreas, terutama jenis yang disebut pancreatic ductal adenocarcinoma (PDAC), adalah salah satu bentuk kanker yang paling agresif dan mematikan.

Kanker ini sering kali ditemukan terlambat, sehingga pengobatannya menjadi sangat sulit.

Para ilmuwan telah mencari petunjuk yang dapat membantu mendeteksi atau mencegahnya lebih awal, dan penelitian baru ini bisa menjadi terobosan besar.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti menggunakan tikus yang secara genetik lebih mungkin mengembangkan kanker pankreas.

Mereka memasukkan P. gingivalis ke dalam mulut tikus dan mengamati dengan saksama apa yang terjadi selanjutnya.

Yang mengejutkan mereka, bakteri tersebut tidak hanya tinggal di dalam mulut—tetapi juga masuk ke pankreas.

Begitu sampai di sana, bakteri tersebut mengubah campuran alami mikroba di pankreas, sehingga lingkungan menjadi lebih mendukung pertumbuhan kanker.

Yang lebih menarik lagi, penelitian tersebut menemukan bahwa mutasi genetik tertentu membantu bakteri tersebut bertahan hidup dan bahkan berkembang biak di dalam pankreas. Hal ini membuat kanker lebih mudah tumbuh dan menyebar.

Kombinasi infeksi bakteri dan perubahan genetik menyebabkan perkembangan kanker pankreas yang jauh lebih cepat pada tikus.

Artinya, bakteri mulut, seperti P. gingivalis, dapat memainkan peran yang lebih besar dalam penyakit serius daripada yang pernah kita sadari.

Hingga saat ini, penyakit gusi terutama dilihat sebagai masalah yang memengaruhi gigi dan gusi.

Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi di mulut tidak selalu terjadi di sana —hal itu dapat memengaruhi organ lain, termasuk organ yang berada jauh di dalam tubuh.

Profesor Nussbaum menjelaskan bahwa temuan ini bukan sekadar menyalahkan bakteri. Hal itu membuka pintu bagi ide-ide baru untuk pencegahan dan pengobatan kanker.

Misalnya, jika kita dapat mengetahui bagaimana P. gingivalis bertahan hidup di pankreas, kita mungkin dapat menghalanginya.

Hal itu dapat memperlambat atau bahkan mencegah kanker terbentuk pada orang-orang yang berisiko.

Penelitian ini mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga kesehatan mulut kita—bukan hanya untuk gigi kita, tetapi juga untuk kesehatan kita secara keseluruhan.

Penelitian ini juga menunjukkan betapa rumit dan saling terhubungnya tubuh kita.

Mikroba kecil di mulut kita mungkin diam-diam memengaruhi peluang kita untuk terkena penyakit serius.

Seiring para ilmuwan terus mempelajari hubungan antara bakteri dan kanker, kita mungkin akan melihat alat-alat baru untuk mendeteksi kanker lebih awal atau pengobatan baru yang menargetkan mikroba berbahaya.

Hal itu dapat mengubah hidup orang-orang dengan kondisi berisiko tinggi seperti kanker pankreas.

Di masa mendatang, menyikat gigi dan menjaga kesehatan gusi mungkin lebih dari sekadar mencegah gigi berlubang—ini dapat membantu melindungi Anda dari kanker.

Penelitian ini masih dalam tahap awal, tetapi memberikan harapan nyata bahwa kita dapat menemukan cara yang lebih baik untuk melawan salah satu kanker terberat di dunia.

× Image