Home > Didaktika

Tes Darah Baru Mampu Prediksi Keberhasilan Pengobatan Kanker Payudara Agresif

Di masa mendatang, PIPscore dapat digunakan di klinik untuk memutuskan pasien TNBC mana yang harus mendapatkan imunoterapi.
iStockphoto
iStockphoto

Sebuah studi inovatif telah menemukan cara untuk memprediksi apakah pasien kanker payudara triple-negatif (TNBC) akan merespons imunoterapi dengan baik—hanya dengan menggunakan tes darah.

Para peneliti telah mengidentifikasi protein spesifik dalam darah yang sangat terkait dengan bagaimana pasien bereaksi terhadap pengobatan. Protein-protein ini meliputi ARG1, NOS3, dan CD28.

Dengan menggunakan informasi ini, para ilmuwan menciptakan sistem penilaian yang disebut Skor Prediksi Imuno Plasma, atau PIPscore, yang dapat secara akurat memprediksi hasil pengobatan.

Tes non-invasif ini dapat membantu dokter membuat rencana perawatan yang lebih personal dan menghindari pemberian terapi yang tidak efektif kepada pasien yang tidak akan mendapatkan manfaat darinya.

TNBC adalah salah satu jenis kanker payudara yang paling agresif dan sulit diobati.

Tidak seperti kanker payudara lainnya, TNBC tidak memiliki reseptor hormon atau HER2, yang berarti pengobatan target umum tidak efektif.

Imunoterapi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, tetapi tidak semua pasien merespons dengan baik, dan sulit untuk mengetahui sebelumnya siapa yang akan mendapatkan manfaat.

Alat-alat yang ada saat ini seperti tes PD-L1 atau tes genetik tumor tidak selalu dapat diandalkan.

Selain itu, pengambilan sampel jaringan tumor melalui biopsi bersifat invasif dan tidak selalu praktis untuk diulang.

Itulah sebabnya studi baru ini berfokus pada protein berbasis darah sebagai pilihan yang lebih aman dan mudah.

Penelitian ini dipublikasikan pada 4 Juli 2025 di jurnal Cancer Biology & Medicine.

Para ilmuwan dari Fudan University Shanghai Cancer Center dan Shanghai Institute for Biomedical and Pharmaceutical Technologies memimpin penelitian ini.

Mereka mempelajari sampel darah dari 195 pasien dengan TNBC, menggunakan tes yang sangat sensitif untuk mengamati 92 protein yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh.

Mereka mengumpulkan sampel sebelum, selama, dan setelah pasien menerima imunoterapi.

Hasilnya sangat mengejutkan. Beberapa protein mengalami perubahan yang nyata pada orang yang merespons pengobatan dengan baik.

Misalnya, protein yang membantu mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, seperti CXCL9 dan IFN-γ, meningkat pada mereka yang membaik.

Pasien yang mencapai apa yang disebut dokter sebagai "respons patologis lengkap", yang berarti tidak ada kanker yang ditemukan setelah perawatan, memiliki kadar ARG1 dan CD28 yang lebih tinggi tetapi kadar NOS3 yang lebih rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa protein-protein ini memainkan peran kunci dalam membantu atau menghambat kemampuan sistem imun untuk melawan kanker.

Agar temuan ini lebih bermanfaat bagi perawatan di dunia nyata, para peneliti menciptakan PIPscore.

Skor ini menggabungkan enam protein penting, termasuk ARG1, NOS3, dan IL-18, menjadi satu angka yang mudah digunakan.

PIPscore yang tinggi berarti pasien lebih mungkin mendapatkan manfaat dari imunoterapi, sementara skor yang rendah berarti pengobatan mungkin tidak berhasil.

Model ini mampu mengurutkan pasien dengan akurasi sekitar 86% dan bahkan memprediksi kelangsungan hidup bebas progresi 12 bulan dengan akurasi 96%.

Tim juga menggunakan pengurutan RNA sel tunggal untuk melihat bagaimana protein darah berubah terkait dengan apa yang terjadi di dalam tumor.

Misalnya, ketika kadar NOS3 tinggi, jumlah sel T CD8+ pelawan kanker di dalam tumor lebih sedikit, menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan respons imun yang lebih lemah.

Sebaliknya, ARG1 dapat meningkatkan cara kerja sel T dengan mengubah kadar arginin dalam tubuh.

Hubungan antara perubahan darah dan tumor ini memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana sistem imun bereaksi terhadap pengobatan.

Dr. Yizhou Jiang, salah satu peneliti utama, mengatakan, “Studi ini mengubah cara kami mendekati imunoterapi TNBC."

"Dengan mengubah hasil lab yang kompleks menjadi skor sederhana, kami telah menciptakan alat yang benar-benar dapat membantu dokter membuat keputusan yang lebih baik."

"Ini juga menunjukkan kepada kita cara-cara baru untuk meningkatkan pengobatan, seperti menargetkan jalur metabolisme untuk membantu sistem imun melawan kanker dengan lebih baik.”

Di masa mendatang, PIPscore dapat digunakan di klinik untuk memutuskan pasien TNBC mana yang harus mendapatkan imunoterapi.

Karena hanya memerlukan tes darah, dokter dapat memeriksa pasien beberapa kali untuk melihat bagaimana respons mereka dan menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.

Hal ini dapat menghemat waktu, mengurangi efek samping, dan menghindari pemborosan sumber daya.

Pendekatan ini juga dapat berhasil untuk jenis kanker lain di mana imunoterapi berhasil pada sebagian orang tetapi tidak pada sebagian lainnya.

Studi ini dipublikasikan di Cancer Biology & Medicine.

× Image