Sarapan Rendah Karbohidrat Dapat Membantu Penderita Diabetes Tipe 2

Sebuah studi baru dari University of British Columbia Okanagan menemukan bahwa perubahan sederhana pada menu pagi Anda dapat membuat perbedaan besar bagi penderita diabetes tipe 2.
Alih-alih memulai hari dengan sarapan rendah lemak dan tinggi karbohidrat, para peneliti menyarankan untuk beralih ke sarapan yang rendah karbohidrat dan tinggi protein dan lemak.
Penyesuaian kecil ini dapat membantu menjaga kadar gula darah lebih stabil sepanjang hari.
Salah satu tantangan terbesar bagi penderita diabetes tipe 2 adalah mengelola lonjakan gula darah setelah makan.
Peningkatan gula darah yang tajam ini, terutama setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat, dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti peradangan dan penyakit jantung.
Menjaga gula darah tetap stabil penting untuk menghindari komplikasi ini dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Ide mengurangi karbohidrat untuk mengelola diabetes bukanlah hal baru—diet rendah karbohidrat telah dipelajari selama bertahun-tahun dan telah menunjukkan hasil yang baik.
Namun, mungkin sulit bagi banyak orang untuk menjalankan diet rendah karbohidrat sepanjang hari, setiap hari.
Itulah sebabnya para peneliti ingin mengetahui apakah sekadar mengubah sarapan—makanan pertama di hari itu—dapat memberikan manfaat serupa tanpa memerlukan perubahan besar pada pola makan lainnya.
Penelitian ini berlangsung selama 12 minggu dan melibatkan 121 orang dewasa dengan diabetes tipe 2.
Para peserta dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok mengonsumsi sarapan rendah karbohidrat setiap hari, sementara kelompok lainnya mengonsumsi sarapan rendah lemak dan tinggi karbohidrat.
Kedua makanan tersebut memiliki sekitar 450 kalori, tetapi komposisi nutrisinya berbeda.
Sarapan rendah karbohidrat mengandung sekitar 8 gram karbohidrat, 25 gram protein, dan 37 gram lemak.
Sarapan tinggi karbohidrat mengandung sekitar 56 gram karbohidrat, 20 gram protein, dan 15 gram lemak.
Selama penelitian, para peserta mengenakan monitor glukosa berkelanjutan yang melacak kadar gula darah mereka sepanjang hari. Para peneliti juga mengukur kadar A1C mereka di awal dan akhir penelitian.
A1C adalah tes umum yang menunjukkan kadar gula darah rata-rata selama dua hingga tiga bulan terakhir.
Meskipun tidak ada kelompok yang mengalami perubahan besar pada berat badan atau ukuran tubuh, kelompok yang mengonsumsi sarapan rendah karbohidrat memiliki kontrol gula darah yang lebih baik secara keseluruhan.
Kadar gula darah mereka lebih stabil, dan beberapa peserta bahkan mampu menurunkan jumlah obat diabetes yang mereka butuhkan.
Selain itu, orang-orang dalam kelompok rendah karbohidrat mengonsumsi lebih sedikit kalori dan karbohidrat di kemudian hari, yang menunjukkan bahwa sarapan yang lebih sehat dapat menghasilkan pilihan yang lebih sehat untuk sisa hari itu.
Dr. Jonathan Oliveira, peneliti utama, menekankan bahwa tujuan penelitian ini bukanlah untuk mempromosikan diet yang ketat atau ekstrem.
Sebaliknya, idenya adalah untuk menemukan perubahan kecil yang dapat dikelola yang dapat dipatuhi orang secara realistis.
Bagi banyak orang, pagi hari adalah waktu tersulit untuk mengelola gula darah, jadi sarapan rendah karbohidrat dapat menjadi titik awal yang bermanfaat.
Meskipun perubahan ini mungkin tampak kecil, hasilnya menggembirakan. Sarapan yang lebih baik dapat menghasilkan gula darah yang lebih stabil sepanjang hari, lebih sedikit kebutuhan obat, dan berpotensi lebih sedikit risiko kesehatan jangka panjang.
Penelitian lain juga menyoroti cara mudah untuk mendukung manajemen diabetes. Misalnya, minum teh hijau dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah pada penderita diabetes.
Obat diabetes umum metformin dapat membantu melindungi dari kehilangan ingatan, dan mengonsumsi blueberry dapat bermanfaat bagi mereka yang mengalami sindrom metabolik.
Di sisi lain, beberapa obat diabetes dapat meningkatkan risiko serangan jantung, jadi penting untuk tetap mendapatkan informasi dan bekerja sama dengan dokter Anda.
Studi dari UBC Okanagan diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition.
Studi ini melengkapi kumpulan penelitian yang menunjukkan bahwa perubahan kecil dan cerdas sekalipun dapat memberikan dampak besar pada kesehatan—terutama bagi mereka yang mengelola diabetes.