Benarkah Kolesterol Tinggi Bisa Menyebabkan Stroke?

Kolesterol adalah zat lemak yang terdapat dalam darah. Meskipun tubuh membutuhkan kolesterol agar berfungsi dengan baik, terlalu banyak kolesterol dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Salah satu kekhawatiran terbesar terkait kolesterol tinggi adalah risiko stroke.
Tetapi bagaimana tepatnya kolesterol memengaruhi otak dan meningkatkan risiko stroke?
Untuk memahami hubungannya, ada baiknya mengetahui apa itu stroke. Stroke terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terhambat atau berkurang, sehingga mencegah oksigen dan nutrisi mencapai jaringan otak.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan otak, kecacatan, atau bahkan kematian.
Ada dua jenis utama stroke: stroke iskemik, yang disebabkan oleh penyumbatan arteri, dan stroke hemoragik, yang disebabkan oleh pendarahan di otak.
Kolesterol tinggi terutama meningkatkan risiko stroke iskemik. Hal ini karena ketika terdapat terlalu banyak kolesterol "jahat", yang dikenal sebagai lipoprotein densitas rendah (LDL), kolesterol tersebut dapat menumpuk di dinding arteri.
Seiring waktu, penumpukan ini —disebut plak— dapat mengeras dan menyempitkan arteri, suatu kondisi yang dikenal sebagai aterosklerosis.
Hal ini mempersulit darah mengalir lancar ke seluruh tubuh, termasuk ke otak.
Jika sepotong plak pecah, plak tersebut dapat membentuk gumpalan yang menghalangi aliran darah ke otak, yang menyebabkan stroke.
Banyak penelitian mendukung hubungan antara kolesterol tinggi dan stroke.
Misalnya, sebuah tinjauan besar yang diterbitkan dalam jurnal Circulation menemukan bahwa orang dengan kolesterol LDL tinggi memiliki risiko stroke yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang kadarnya normal.
Penelitian lain dalam The Lancet menunjukkan bahwa menurunkan kolesterol LDL dengan obat-obatan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.
Namun, tidak semua kolesterol itu buruk. Lipoprotein densitas tinggi (HDL) sering disebut kolesterol "baik" karena membantu membuang kelebihan kolesterol LDL dari aliran darah.
Kadar HDL yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya yang lebih rendah.
Inilah sebabnya mengapa dokter sering melihat keseimbangan antara kolesterol LDL dan HDL saat menilai risiko stroke.
Faktor-faktor lain dapat meningkatkan risiko stroke jika dikombinasikan dengan kolesterol tinggi.
Faktor-faktor ini meliputi tekanan darah tinggi, merokok, diabetes, obesitas, dan gaya hidup yang kurang gerak.
Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang, semakin tinggi kemungkinan terkena stroke.
Untungnya, ada banyak cara untuk mengelola kadar kolesterol dan mengurangi risiko stroke.
Mengonsumsi makanan sehat yang rendah lemak jenuh dan tinggi buah, sayur, serta biji-bijian utuh dapat membantu.
Aktivitas fisik yang teratur, seperti berjalan kaki atau bersepeda, juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan memperkuat jantung.
Jika perubahan gaya hidup tidak cukup, dokter mungkin meresepkan obat yang disebut statin untuk membantu menurunkan kolesterol LDL.
Penting juga untuk melakukan pemeriksaan rutin dengan penyedia layanan kesehatan.
Tes darah dapat mengukur kadar kolesterol dan membantu mendeteksi masalah sejak dini.
Dengan mengambil langkah-langkah untuk menjaga kolesterol tetap terkendali, seseorang dapat melindungi otak mereka dan mengurangi kemungkinan terkena stroke.
Kesimpulannya, kolesterol tinggi jelas dapat berperan dalam menyebabkan stroke, terutama stroke iskemik.
Namun kabar baiknya adalah dengan pilihan gaya hidup dan perawatan medis yang tepat, risikonya dapat dikurangi.