Home > Gaya Hidup

BMI Normal Bisa Jadi Menyembunyikan Lemak Perut Berbahaya, Kok Bisa?

Lebih dari 20 persen orang dewasa dengan BMI normal masih memiliki kadar lemak perut yang berbahaya yang meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi.
hellosehat
hellosehat

Banyak orang percaya bahwa jika mereka memiliki body mass index/BMI (indeks massa tubuh), mereka aman dari masalah kesehatan yang terkait dengan kelebihan berat badan.

Namun, sebuah studi global baru mengungkapkan bahwa asumsi ini mungkin tidak benar.

Para peneliti menemukan bahwa lebih dari 20% orang dewasa dengan BMI normal masih memiliki kadar lemak perut yang berbahaya yang meningkatkan risiko penyakit serius seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

BMI telah lama digunakan sebagai cara cepat untuk memperkirakan apakah seseorang kekurangan berat badan, normal, kelebihan berat badan, atau obesitas.

Namun, BMI hanya mempertimbangkan berat dan tinggi badan—tidak menunjukkan di mana lemak disimpan dalam tubuh.

Hal ini dapat menyesatkan karena lemak yang menumpuk di sekitar perut, yang dikenal sebagai lemak perut atau lemak visceral, lebih berbahaya daripada lemak di bagian tubuh lainnya.

Meskipun berat badan seseorang dianggap normal, memiliki terlalu banyak lemak perut dapat secara diam-diam merusak kesehatan mereka.

Lemak perut meningkatkan risiko beberapa masalah kesehatan dengan memicu peradangan dan mengganggu cara tubuh memproses gula dan lemak. Kondisi ini dapat menyebabkan resistensi insulin, yang memicu diabetes, dan juga meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol.

Seiring waktu, masalah ini dapat berkembang menjadi penyakit jantung—penyebab kematian nomor satu di dunia.

Studi baru ini, yang diterbitkan dalam *JAMA Network Open*, mengkaji data kesehatan dari 471.228 orang berusia 15 hingga 69 tahun di 91 negara, yang dikumpulkan antara tahun 2000 dan 2020.

Data tersebut berasal dari survei global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang faktor risiko penyakit kronis.

Para peneliti mendefinisikan obesitas perut sebagai ukuran lingkar pinggang minimal 80 sentimeter untuk wanita dan 94 sentimeter untuk pria.

Peserta yang memiliki BMI normal (antara 18,5 dan 24,9) tetapi memiliki lingkar pinggang yang besar diklasifikasikan sebagai "obesitas perut dengan berat badan normal".

Hasilnya sangat mengejutkan. Di seluruh dunia, sekitar 21,7% orang dewasa dengan BMI normal mengalami obesitas perut.

Angkanya bervariasi berdasarkan wilayah—dari sekitar 15% di Pasifik Barat hingga lebih dari 32% di Mediterania Timur.

Lebanon memiliki tingkat tertinggi, hampir 60%, sementara Mozambik memiliki tingkat terendah, sekitar 7%.

Orang dengan BMI normal tetapi lingkar pinggang besar jauh lebih mungkin mengalami masalah metabolisme.

Dibandingkan dengan mereka yang memiliki BMI normal dan lingkar pinggang normal, mereka 29% lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi, 81% lebih mungkin mengalami diabetes, 39% lebih mungkin mengalami kolesterol tinggi, dan 56% lebih mungkin mengalami trigliserida tinggi.

Risiko-risiko ini tetap signifikan bahkan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, dan kebiasaan gaya hidup.

Studi ini juga menemukan beberapa pola menarik dalam gaya hidup dan pendidikan.

Mereka yang mengalami obesitas perut cenderung mengonsumsi lebih sedikit buah dan sayur serta kurang aktif secara fisik.

Yang mengejutkan, orang dengan tingkat pendidikan tinggi juga lebih mungkin mengalami obesitas perut, kecuali di Afrika, di mana pendidikan tampaknya melindungi mereka dari obesitas.

Temuan ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan dan masyarakat umum sebaiknya tidak hanya mengandalkan BMI untuk menilai risiko kesehatan.

Seseorang dapat memiliki BMI normal tetapi tetap berisiko tinggi terkena kondisi serius jika memiliki lemak perut berlebih.

Mengukur lingkar pinggang dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kesehatan seseorang secara keseluruhan.

Ketika para peneliti menganalisis perbedaan regional, mereka menemukan beberapa pengecualian.

Misalnya, di Amerika, kolesterol tinggi tidak terkait dengan obesitas perut, dan di Eropa, trigliserida tinggi tidak secara signifikan lebih tinggi di antara mereka yang memiliki lemak perut.

Namun, pola global secara keseluruhan jelas—obesitas perut berbahaya, bahkan pada orang yang tampaknya memiliki berat badan sehat.

Dalam meninjau hasil ini, jelas bahwa hanya berfokus pada berat badan dapat menyebabkan orang melewatkan tanda-tanda awal risiko penyakit.

Studi ini memperkuat perlunya dokter untuk mengukur ukuran pinggang sebagai bagian dari pemeriksaan rutin dan bagi individu untuk memperhatikan di mana mereka menyimpan lemak, bukan hanya berat badan mereka.

Ukuran pinggang dapat menjadi sinyal peringatan yang kuat untuk risiko kesehatan tersembunyi.

Sebagai kesimpulan, penelitian ini menyoroti pesan penting: memiliki BMI normal tidak selalu berarti Anda sehat.

Orang dengan lemak perut berlebih mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, diabetes, dan masalah metabolisme lainnya—meskipun timbangan menunjukkan berat badan mereka normal.

Pedoman kesehatan di masa mendatang mungkin perlu memasukkan ukuran pinggang sebagai alat skrining standar untuk mengidentifikasi individu yang berisiko lebih baik dan mencegah penyakit lebih dini.

Studi ini dipublikasikan di JAMA Network Open.

× Image