Home > Iptek

Rokok Elektrik Menyebabkan Perubahan DNA yang Mirip dengan Merokok

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cancer Research ini menganalisis perubahan DNA pada sampel sel pipi yang diambil dari lebih dari 3.500 pengguna perangkat vaping.
Shutterstock
Shutterstock

Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa vaping (rokok elektrik) menyebabkan perubahan DNA yang sama pada sel manusia seperti halnya merokok, dan hal ini terkait dengan perkembangan kanker paru-paru di masa depan pada perokok.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cancer Research ini menganalisis perubahan DNA pada sampel sel pipi yang diambil dari lebih dari 3.500 pengguna perangkat vaping atau rokok elektronik, termasuk individu dengan riwayat merokok terbatas.

“Kami tidak dapat mengatakan bahwa rokok elektrik menyebabkan kanker berdasarkan penelitian kami, namun kami mengamati bahwa pengguna rokok elektrik menunjukkan beberapa perubahan epigenetik yang serupa pada sel bukal seperti perokok, dan perubahan ini dikaitkan dengan perkembangan kanker paru-paru di masa depan pada perokok,” kata Chiara Herzog, penulis studi dari University College London, dan University of Innsbruck di Austria.

Herzog menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah fitur-fitur ini dapat digunakan untuk memprediksi kanker secara individual pada perokok dan pengguna rokok elektrik.

Secara khusus, penelitian ini menguji efek rokok elektrik dan tembakau pada sel manusia dengan mempelajari jenis perubahan epigenetik dalam sampel yang disebut metilasi DNA.

Epigenom mengacu pada lapisan informasi tambahan yang ditumpangkan pada materi genetik manusia, DNA.

Epigenom berubah sepanjang hidup seseorang dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik genetik maupun non-genetik, seperti penuaan, gaya hidup, paparan hormon, bahan kimia, faktor lingkungan, stres, dan trauma psikologis.

Studi ini menemukan bahwa sel-sel epitel mulut menunjukkan perubahan epigenomik yang substansial pada perokok, yang lebih tinggi pada kanker paru-paru atau pra-kanker dibandingkan dengan jaringan paru-paru normal.

Hal ini mendukung gagasan bahwa perubahan epigenetik yang berhubungan dengan merokok memungkinkan sel untuk tumbuh lebih cepat.

Perubahan epigenomik serupa diamati pada sel pengguna rokok elektrik yang merokok kurang dari 100 batang rokok sepanjang hidupnya.

“Meskipun konsensus ilmiah menyatakan bahwa rokok elektrik lebih aman daripada merokok tembakau, kita tidak dapat berasumsi bahwa rokok elektrik benar-benar aman untuk digunakan dan penting untuk mengeksplorasi potensi risiko jangka panjang dan kaitannya dengan kanker,” kata Herzog.

Para peneliti juga menemukan bahwa beberapa perubahan epigenetik terkait merokok tetap lebih stabil dibandingkan perubahan lain setelah berhenti merokok, termasuk perubahan pada sel serviks.

Epigenom mencerminkan bagaimana tubuh manusia merespons paparan lingkungan di masa lalu seperti merokok dan memungkinkan para ilmuwan memprediksi hasil kesehatan dan penyakit di masa depan, kata Martin Widschwendter, penulis studi lainnya.

× Image