Diet Keto Dapat Mengurangi Peradangan Otak
Dalam beberapa tahun terakhir, diet ketogenik, yang umumnya dikenal sebagai diet keto, telah menarik perhatian tidak hanya karena efektivitasnya dalam menurunkan berat badan tetapi juga karena potensi manfaatnya bagi kesehatan otak, khususnya dalam mengurangi peradangan.
Hubungan antara diet keto dan penurunan peradangan otak ini dapat menjadi signifikan untuk mengelola berbagai kondisi neurologis.
Diet keto dicirikan oleh komposisinya yang tinggi lemak, protein sedang, dan sangat rendah karbohidrat. Distribusi makronutrien ini mengalihkan sumber energi utama tubuh dari karbohidrat ke lemak.
Ketika asupan karbohidrat berkurang drastis, tubuh memasuki kondisi yang dikenal sebagai ketosis. Dalam ketosis, lemak dipecah menjadi molekul yang disebut keton, yang dapat digunakan otak sebagai sumber energi alternatif.
Penelitian menunjukkan bahwa keton memiliki sifat anti-inflamasi. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di University of California pada tahun 2017 menemukan bahwa diet ketogenik dapat mengurangi peradangan di otak.
Para ilmuwan menggunakan model hewan untuk menunjukkan bahwa keton secara signifikan menurunkan kadar penanda inflamasi di otak.
Salah satu penanda utama peradangan, molekul yang disebut NF-kB, diketahui berperan penting dalam memicu peradangan. Keton terbukti menghambat aktivasi NF-kB, sehingga mengurangi produksi zat peradangan.
Mekanisme ini disorot dalam makalah tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal Brain, Behavior, and Immunity, yang menjelaskan bagaimana keberadaan keton dalam aliran darah menyebabkan penurunan aktivitas jalur yang terlibat dalam peradangan.
Selain itu, efek antiperadangan dari diet keto melampaui pengurangan penanda peradangan tertentu. Diet ini juga memengaruhi mikrobioma usus, komunitas besar mikroorganisme yang tinggal di saluran pencernaan kita.
Mikrobioma usus yang seimbang sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesehatan otak.
Penelitian, seperti yang dilakukan oleh Weizmann Institute of Science di Israel, telah mengamati bahwa diet ketogenik mengubah mikrobiota usus dengan cara yang dapat mengurangi peradangan usus dan, akibatnya, mengurangi peradangan sistemik dan otak.
Penting untuk dipahami bahwa meskipun buktinya menjanjikan, sebagian besar penelitian ini telah dilakukan pada model hewan atau uji coba manusia dalam skala kecil.
Penelitian manusia yang lebih komprehensif diperlukan untuk menentukan secara meyakinkan efektivitas diet keto dalam mengurangi peradangan otak pada populasi umum.
Selain potensinya dalam mengurangi peradangan, diet keto telah dieksplorasi perannya dalam mengelola gangguan neurologis seperti epilepsi, penyakit Alzheimer, dan multiple sclerosis.
Kondisi ini sering kali disertai dengan peradangan otak yang signifikan, dan kemanjuran diet dalam kasus ini memberikan bukti tidak langsung tentang efek antiperadangannya.
Bagi individu yang tertarik mencoba diet keto karena potensi manfaatnya bagi kesehatan otak, penting untuk mendekati diet ini dengan hati-hati.
Transisi ke diet ketogenik harus dilakukan di bawah bimbingan penyedia layanan kesehatan atau ahli gizi untuk memastikannya sesuai berdasarkan kondisi kesehatan individu dan kebutuhan nutrisi.
Misalnya, orang dengan penyakit metabolik tertentu atau yang sedang hamil harus menghindari diet ini.
Singkatnya, diet ketogenik menawarkan gambaran menarik tentang bagaimana mengubah pola makan dapat memengaruhi kesehatan otak kita, khususnya dalam mengendalikan peradangan.
Seiring berkembangnya penelitian, hal ini dapat membuka jalan bagi strategi diet untuk melengkapi perawatan medis untuk berbagai gangguan inflamasi dan neurologis.
Dengan berpotensi mengurangi peradangan otak, diet keto tidak hanya dapat membantu mengelola kondisi neurologis tetapi juga meningkatkan fungsi kognitif secara keseluruhan, sehingga pikiran menjadi lebih jernih dan sehat.