Puasa Intermiten dan Senyawa Spermidin Bisa Membantu Hidup Lebih Lama
Penelitian baru telah mengungkap bagaimana puasa intermiten, pola makan yang populer, dapat membantu mengatur penuaan dengan memicu proses alami dalam sel-sel kita yang disebut autofagi.
Penelitian ini, yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Institute of Molecular Biology and Biotechnology (IMBB) di Yunani, Universitas Paris Cité di Prancis, dan Universitas Graz di Austria, baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Nature Cell Biology.
Temuan tersebut mengungkapkan bahwa senyawa yang disebut spermidin memainkan peran penting dalam proses ini, membantu meningkatkan efek anti-penuaan dari puasa intermiten.
Autofagi seperti program daur ulang seluler. Ini membantu membersihkan komponen yang rusak atau tidak diperlukan dalam sel-sel kita, memastikan bahwa mereka terus berfungsi dengan baik.
Ketika autofagi bekerja dengan baik, itu dapat melindungi terhadap penuaan dan perkembangan penyakit terkait usia seperti diabetes, penyakit jantung, kanker, dan kondisi neurodegeneratif seperti Alzheimer.
Namun, seiring bertambahnya usia, autofagi cenderung menjadi kurang efektif, yang menyebabkan penumpukan limbah seluler dan peningkatan risiko penyakit ini.
Para peneliti telah mengeksplorasi cara untuk meningkatkan autofagi guna memperlambat penuaan dan meningkatkan kesehatan di kemudian hari.
Salah satu cara untuk meningkatkan autofagi adalah melalui kebiasaan makan. Puasa intermiten, yang dilakukan dengan berganti-ganti periode makan dan tidak makan, telah terbukti meningkatkan kadar spermidina, senyawa alami yang ditemukan dalam tubuh kita.
Spermidina membantu sel bertahan hidup dan tetap tangguh dengan mengaktifkan autofagi.
Dalam penelitian ini, yang dipimpin oleh Dr. Nektarios Tavernarakis dan rekan-rekannya, para peneliti menggunakan berbagai model eksperimental, termasuk cacing, ragi, lalat buah, tikus, dan sel manusia, untuk menyelidiki efek puasa intermiten.
Mereka menemukan bahwa puasa meningkatkan kadar spermidina, yang pada gilirannya memicu autofagi dan menyebabkan rentang hidup yang lebih panjang pada organisme ini.
Menariknya, ketika para peneliti memblokir produksi spermidina, manfaat puasa intermiten pada rentang hidup menghilang.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya spermidina dalam mengatur autofagi dan meningkatkan umur panjang.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa spermidina dan puasa intermiten dapat menjadi kunci untuk memperlambat proses penuaan dan mengurangi risiko penyakit terkait usia.
Karena proses ini dilestarikan di berbagai spesies, kemungkinan efek serupa dapat terjadi pada manusia.
Penelitian ini menawarkan harapan baru bagi strategi untuk meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup, terutama bagi orang lanjut usia.
Dengan memahami bagaimana kebiasaan makan seperti puasa intermiten dapat memengaruhi penuaan, kita mungkin dapat mengembangkan cara baru untuk melindungi diri dari penyakit kronis dan meningkatkan kehidupan yang lebih sehat dan lebih panjang.
Singkatnya, penelitian ini menyoroti potensi spermidina dan puasa intermiten sebagai alat yang ampuh dalam melawan penuaan, membuka pintu bagi pendekatan baru untuk meningkatkan kesehatan dan umur panjang manusia.