Home > Didaktika

Para Ilmuwan Menemukan Perubahan Awal Otak Penderita Demensia

Orang dengan demensia mungkin mudah marah atau kesal, merasa tertekan atau cemas, atau bahkan kehilangan minat pada hal-hal yang pernah mereka nikmati.
iStock
iStock

Ketika orang memikirkan tentang demensia, terutama penyakit Alzheimer, mereka biasanya fokus pada kehilangan ingatan. Namun, demensia juga dapat membawa perubahan signifikan pada perilaku seseorang.

Orang dengan demensia mungkin mudah marah atau kesal, merasa tertekan atau cemas, atau bahkan kehilangan minat pada hal-hal yang pernah mereka nikmati.

Perubahan perilaku ini dapat mengganggu seperti hilangnya ingatan, memengaruhi kehidupan orang tersebut dan hubungan mereka dengan orang lain.

Para peneliti dari University of Michigan sedang menyelidiki apa yang terjadi di otak ketika tanda-tanda awal perubahan perilaku ini muncul.

Mereka menggunakan teknik pencitraan canggih untuk mempelajari otak 128 orang yang berada pada tahap awal demensia.

Fokus penelitian mereka adalah pada protein yang disebut tau, yang diketahui terbentuk di otak orang dengan demensia.

Tau sebelumnya telah dikaitkan dengan masalah memori dan berpikir, tetapi penelitian ini mengeksplorasi sudut pandang baru: bagaimana tau dapat memengaruhi perilaku.

Para peneliti menemukan bahwa tau tampaknya mengganggu jaringan otak yang disebut "jaringan saliensi".

Jaringan ini membantu kita memahami dan bereaksi terhadap apa yang terjadi di sekitar kita. Ia juga berperan dalam cara kita memproses pikiran dan emosi kita sendiri.

Penelitian menemukan bahwa ketika tau terbentuk dan mengganggu jaringan saliensi, orang mulai mengalami perubahan perilaku yang lebih parah.

Jaringan saliensi seperti jalan raya komunikasi di otak, yang menghubungkan berbagai wilayah yang bekerja sama untuk membantu kita memahami dunia.

Ketika jaringan ini rusak, ia dapat memengaruhi perilaku kita, sehingga lebih sulit untuk menanggapi situasi dengan tepat atau mengelola emosi secara efektif.

Temuan penelitian ini penting karena menawarkan cara baru untuk berpikir tentang hubungan antara tau dan perilaku dalam demensia.

Meskipun penelitian sebelumnya terutama berfokus pada peran tau dalam masalah memori, penelitian ini menyoroti bagaimana tau juga dapat bertanggung jawab atas beberapa perubahan perilaku awal pada pasien demensia.

Para peneliti menggunakan dua jenis pencitraan otak untuk mempelajari perubahan ini.

Salah satunya adalah pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), yang membantu mereka melihat bagaimana berbagai jaringan di otak berfungsi.

Mereka juga menggunakan pemindaian tomografi emisi positron (PET) untuk mendeteksi keberadaan tau dan protein lain, beta-amiloid, di otak.

Menariknya, para peneliti menemukan bahwa keberadaan tau dikaitkan dengan perubahan dalam jaringan saliensi dan gejala perilaku, sedangkan beta-amiloid tidak.

Hubungan antara tau dan perubahan perilaku ini dapat memiliki aplikasi praktis.

Jika dokter dapat mendeteksi penumpukan tau sejak dini, mereka mungkin dapat mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami masalah perilaku bahkan sebelum mereka menunjukkan masalah ingatan.

Hal ini dapat mengarah pada intervensi lebih awal, yang mungkin memperlambat perkembangan penyakit.

Salah satu aspek paling menarik dari penelitian ini adalah potensi pengobatan baru. Para peneliti tertarik menggunakan teknik stimulasi otak untuk menargetkan jaringan saliensi.

Teknik-teknik ini melibatkan penerapan arus listrik ringan atau medan magnet ke otak, dipandu oleh pencitraan yang tepat, untuk mencoba meningkatkan fungsi jaringan.

Mereka berharap bahwa dengan memperkuat jaringan saliensi, mereka dapat memperlambat atau bahkan mencegah beberapa perubahan perilaku yang disebabkan oleh penumpukan tau.

Meskipun penelitian ini masih dalam tahap awal, penelitian ini membuka kemungkinan baru untuk memahami dan mengobati demensia.

Penelitian ini memberikan target fungsional untuk intervensi di masa mendatang, yang memberi para peneliti jaringan otak tertentu untuk difokuskan saat mengembangkan pengobatan.

Langkah selanjutnya bagi tim peneliti akan melibatkan penelitian yang lebih besar untuk mengonfirmasi temuan mereka dan mengeksplorasi bagaimana stimulasi otak dapat membantu orang dengan demensia tahap awal.

Mereka berharap bahwa pendekatan baru ini dapat menghasilkan hasil yang lebih baik bagi pasien, tidak hanya dalam hal ingatan tetapi juga dalam mengurangi perubahan perilaku yang dapat membuat demensia menjadi sangat menantang bagi pasien dan keluarga mereka.

Seiring dengan semakin banyaknya pengetahuan kita tentang bagaimana tau memengaruhi otak, kita mungkin dapat mengembangkan cara baru untuk mendeteksi demensia lebih awal, melakukan intervensi lebih awal, dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang terkena penyakit ini. (kpo)

× Image