Home > Sana Sini

Perubahan Iklim Membahayakan Kesehatan Mental, Kok Bisa Sih?

Kecemasan terkait iklim dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, terutama pada orang-orang yang sudah memiliki kecenderungan cemas.
Unsplash
Unsplash

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang mulai merasa cemas tentang perubahan iklim.

Laporan berita sering menyoroti peningkatan suhu, bencana alam, dan kerusakan ekosistem. Paparan informasi yang mengkhawatirkan ini secara terus-menerus membuat banyak orang khawatir tentang masa depan planet ini.

Namun, dapatkah ketakutan ini menyebabkan masalah kesehatan mental?

Sebuah studi dari Universitas SWPS menunjukkan bahwa kecemasan terkait iklim dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, terutama pada orang-orang yang sudah memiliki kecenderungan cemas.

Meskipun perubahan iklim jelas memengaruhi kesehatan fisik dan mental, cara pengaruhnya terhadap kesejahteraan mental belum sepenuhnya dipahami.

Sebagian orang mengalami tekanan yang kuat saat memikirkan perubahan lingkungan, tetapi apakah tekanan ini menunjukkan krisis kesehatan mental?

Studi ini mengeksplorasi pertanyaan ini dengan menganalisis bagaimana masalah iklim berhubungan dengan kecemasan dan gejala kesehatan mental lainnya.

Peneliti di Universitas SWPS melakukan studi dengan sekelompok pria dan wanita Polandia.

Mereka ingin memahami bagaimana tekanan terkait iklim memengaruhi kesehatan mental dan apakah itu berkontribusi pada gangguan mental.

Peserta ditanya tentang perasaan mereka terkait perubahan iklim, termasuk apakah mereka merasa khawatir, marah, cemas, atau sedih saat memikirkannya.

Mereka juga menjawab pertanyaan tentang gejala kesehatan mental tertentu, seperti mimpi buruk tentang perubahan iklim atau kesulitan berkonsentrasi karena pikiran terkait iklim.

Selain itu, penelitian ini mengukur gejala kecemasan dan depresi umum menggunakan tes psikologis standar.

Para peneliti berharap menemukan bahwa meskipun banyak orang mengalami tekanan terkait iklim, tidak semua orang mengalami masalah kesehatan mental serius karenanya.

Mereka juga berhipotesis bahwa orang yang sudah mengalami kecemasan atau depresi umum akan lebih rentan mengalami gejala kesehatan mental terkait iklim.

Kecemasan, Bukan Depresi, yang Mendorong Perjuangan Mental Terkait Iklim

Temuan tersebut menegaskan bahwa meskipun tekanan terkait iklim umum terjadi, hal itu tidak selalu menyebabkan gangguan mental yang parah.

Hanya sebagian kecil peserta (sekitar 5,3%) yang melaporkan bahwa perubahan iklim membuat mereka sulit merencanakan aktivitas sehari-hari.

Namun, mereka yang sudah mengalami kecemasan umum lebih mungkin mengalami gejala yang terkait dengan masalah iklim, seperti kesulitan tidur atau berkonsentrasi.

Menariknya, meskipun tekanan terkait iklim dikaitkan dengan kecemasan, tekanan tersebut tidak dikaitkan dengan depresi.

Hal ini menantang istilah depresi iklim, yang sering digunakan dalam laporan media.

Studi tersebut menunjukkan bahwa meskipun perubahan iklim dapat menyebabkan stres dan ketidaknyamanan emosional, hal itu lebih erat kaitannya dengan kecemasan daripada depresi.

Dr. Marzena Cypryańska-Nezlek, yang memimpin studi tersebut, menjelaskan bahwa kesadaran akan perubahan iklim tidak secara langsung menyebabkan gangguan kesehatan mental.

Sebaliknya, orang-orang yang sudah mengalami tingkat kecemasan umum yang tinggi lebih cenderung berjuang dengan gejala kesehatan mental terkait iklim.

Hasilnya menunjukkan bahwa kecemasan iklim adalah istilah yang lebih akurat daripada depresi iklim saat menggambarkan dampak emosional dari masalah lingkungan.

Studi ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana orang bereaksi terhadap perubahan iklim secara psikologis.

Sementara banyak individu merasa khawatir tentang lingkungan, hanya mereka yang memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi yang cenderung mengalami tekanan mental yang signifikan terkait dengan masalah iklim.

Memahami hubungan ini dapat membantu profesional kesehatan mental mendukung orang-orang yang berjuang dengan kecemasan terkait iklim.

Alih-alih memperlakukan masalah lingkungan sebagai penyebab langsung gangguan mental, mungkin lebih efektif untuk mengatasi masalah kecemasan yang mendasarinya.

Selain itu, diskusi publik tentang perubahan iklim harus difokuskan pada pesan yang seimbang dan konstruktif, daripada menciptakan ketakutan yang tidak perlu.

Meskipun penelitian ini menawarkan wawasan yang berharga, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami efek jangka panjang dari kecemasan iklim.

Penelitian di masa mendatang dapat mengeksplorasi apakah berbagai strategi penanganan—seperti aktivisme, pendidikan, atau kesadaran—membantu mengurangi tekanan terkait iklim.

Sebagai kesimpulan, meskipun perubahan iklim merupakan masalah serius yang memengaruhi emosi orang, hal itu tidak secara otomatis menyebabkan gangguan kesehatan mental.

Sebaliknya, individu yang sudah mengalami kecemasan lebih rentan mengalami gejala yang terkait dengan masalah iklim.

Dengan mengenali hubungan ini, masyarakat dapat mempromosikan cara yang lebih sehat untuk membahas perubahan iklim dan memberikan dukungan yang lebih baik bagi mereka yang berjuang melawan kecemasan.

Temuan penelitian dapat ditemukan di Anxiety, Stress, & Coping.

× Image