Home > Gaya Hidup

Penggunaan Rokok Elektrik Bisa Meningkatkan Risiko Kanker

MikroRNA spesifik ini terkait dengan jalur kanker, yang menunjukkan bahwa vaping dapat meningkatkan risiko perubahan seluler terkait kanker.
freepik
freepik

Rokok elektrik sering dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman daripada rokok tradisional, tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa rokok elektrik masih dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

Sebuah studi dari University of Rochester Medical Center, yang diterbitkan dalam Scientific Reports, menemukan bahwa pengguna rokok elektrik eksklusif menunjukkan peningkatan aktivitas dalam jalur seluler terkait kanker dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya.

Para peneliti berfokus pada mikroRNA eksosomal, molekul kecil dalam darah yang mengatur aktivitas gen.

Molekul-molekul ini memengaruhi peradangan dan perkembangan penyakit, termasuk kanker.

"Kami menemukan bahwa beberapa mikroRNA terlalu aktif pada pengguna rokok elektrik. MikroRNA spesifik ini terkait dengan jalur kanker, yang menunjukkan bahwa vaping dapat meningkatkan risiko perubahan seluler terkait kanker," kata Dr. Dongmei Li, penulis utama studi tersebut.

Untuk lebih memahami bagaimana vaping memengaruhi tubuh, para peneliti menganalisis sampel plasma darah dari pengguna dan bukan pengguna rokok elektrik. Mereka menemukan:

  • Peningkatan aktivitas mikroRNA terkait kanker pada pengguna rokok elektrik.

  • Bukti toksisitas dan peradangan pada sel saluran napas yang terpapar aerosol rokok elektrik.

  • Tanda kerusakan DNA dan penyembuhan luka yang lebih lambat pada sel saluran napas yang terpapar bahan kimia rokok elektrik.

Dr. Irfan Rahman, seorang profesor Kedokteran Lingkungan, menjelaskan, “Kami menggunakan uji genetik dan berbasis sel untuk mengidentifikasi biomarker yang mungkin terkait dengan perubahan prakanker dan kerusakan pembuluh darah pada pengguna rokok elektrik.”

Studi ini muncul pada saat penggunaan rokok elektrik meluas di kalangan remaja. Survei Tembakau Remaja Nasional 2024 menemukan bahwa:

  • 7,8% siswa sekolah menengah saat ini menggunakan rokok elektrik.

  • 3,5% siswa sekolah menengah melaporkan penggunaan rokok elektrik.

  • Rokok elektrik adalah produk tembakau yang paling umum digunakan di kalangan remaja.

Mengingat statistik ini, memahami risiko kesehatan jangka panjang akibat vaping menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Studi ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang dampak kesehatan jangka panjang akibat vaping.

Meskipun rokok elektrik mungkin mengandung lebih sedikit bahan kimia berbahaya daripada rokok tradisional, bukan berarti rokok elektrik bebas risiko.

Dr. Li menekankan, “Hasil penelitian kami harus dipertimbangkan oleh para profesional medis dan masyarakat untuk lebih memahami bahaya tersembunyi dari vaping.”

Penelitian di masa mendatang akan terus mengeksplorasi bagaimana rokok elektrik memengaruhi risiko kanker, dan temuan ini dapat membantu membentuk kebijakan dan peraturan kesehatan masyarakat.

Seiring dengan ditemukannya lebih banyak bukti oleh para ilmuwan, menjadi jelas bahwa vaping tidak seaman yang diyakini banyak orang.

× Image