Apa yang Dimakan Berhubungan dengan Tingkat Risiko Kanker Kolorektal

Sebuah studi besar dari Universitas Oxford telah menemukan hubungan kuat antara apa yang orang makan dan risiko mereka terkena kanker kolorektal, kanker paling umum ketiga di dunia.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications ini mengamati kesehatan dan kebiasaan makan lebih dari 540.000 wanita di Inggris selama lebih dari 16 tahun.
Penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa makanan dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal, sementara yang lain dapat membantu melindungi darinya.
Kanker kolorektal sedang meningkat, tidak hanya di negara-negara kaya tetapi juga di negara-negara berkembang di mana pola makan dan gaya hidup sedang berubah.
Oleh karena itu, para peneliti mengamati dengan saksama faktor risiko yang dapat dimodifikasi —hal-hal yang dapat kita ubah, seperti pola makan dan penggunaan alkohol—untuk membantu mencegah penyakit ini.
Studi besar ini merupakan bagian dari Studi Sejuta Wanita dan melacak 97 faktor pola makan yang berbeda.
Studi ini juga menyertakan data genetik untuk memahami bagaimana gen kita dapat berinteraksi dengan makanan yang kita makan.
Hasilnya mengonfirmasi apa yang telah disarankan oleh penelitian sebelumnya: alkohol dan daging merah atau olahan meningkatkan risiko kanker. Misalnya:
Minum 20 gram alkohol sehari —sekitar dua minuman standar— meningkatkan risiko kanker kolorektal hingga 15%.
Makan 30 gram daging merah atau olahan setiap hari —kira-kira satu potong daging asap— meningkatkan risiko hingga 8%.
Angka-angka ini mungkin terdengar kecil, tetapi seiring waktu, angka-angka ini dapat membuat perbedaan besar dalam risiko kanker seseorang secara keseluruhan, terutama jika dikombinasikan dengan kebiasaan tidak sehat lainnya.
Di sisi lain, penelitian ini menemukan beberapa makanan pelindung yang dikaitkan dengan risiko kanker yang lebih rendah:
- Kalsium: Peningkatan harian sebesar 300 miligram (sekitar satu gelas susu) menurunkan risiko hingga 17%.
- Produk susu: Susu dan yogurt tampak melindungi, kemungkinan karena kandungan kalsiumnya.
- Gandum utuh: Makan hanya 20 gram per hari (sekitar setengah potong roti gandum utuh) mengurangi risiko hingga 10%.
- Sereal sarapan: Satu porsi sehari (sekitar 40 gram) menurunkan risiko hingga 7%.
Buah dan sayur juga membantu:
- Satu apel yang mengandung serat (5 gram) menurunkan risiko hingga 8%.
- Secangkir buah (200 gram) menurunkan risiko hingga 10%.
- Sayuran berdaun hijau yang menyediakan 100 mikrogram folat setiap hari menurunkan risiko hingga 12%.
- 100 miligram vitamin C—jumlah dalam satu jeruk—mengurangi risiko hingga 10%.
Menariknya, penelitian ini juga menemukan petunjuk genetik: orang dengan gen yang terkait dengan minum lebih banyak susu memiliki risiko kanker kolorektal 40% lebih rendah untuk setiap 200 gram susu yang mereka konsumsi setiap hari.
Ini menunjukkan bahwa kalsium dapat melindungi usus dengan menetralkan zat berbahaya seperti asam empedu.
Sementara penelitian ini menambahkan bukti kuat bahwa pola makan itu penting.
Para peneliti juga menunjukkan bahwa orang yang makan lebih banyak buah, biji-bijian utuh, dan susu sering kali memiliki kebiasaan sehat lainnya juga —seperti lebih banyak berolahraga atau lebih sedikit merokok— yang juga dapat mengurangi risiko kanker.
Jadi, meskipun pola makan memegang peranan penting, pola makan merupakan bagian dari gambaran gaya hidup yang lebih besar.
Tim memperingatkan bahwa meskipun kalsium tampak bermanfaat, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan seberapa aman dan efektifnya asupan kalsium yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, penelitian ini sangat mendukung gagasan bahwa perubahan kecil sehari-hari dalam apa yang kita makan dapat membantu mencegah kanker kolorektal. Pesannya jelas:
Kurangi alkohol dan daging olahan.
Makan lebih banyak makanan kaya kalsium, seperti susu dan yogurt. Sertakan lebih banyak biji-bijian utuh, buah-buahan, sayuran, dan makanan kaya vitamin dalam makanan sehari-hari Anda.
Meskipun genetika dan faktor-faktor lain masih penting, penelitian ini menyoroti bahwa apa yang kita makan dapat membuat perbedaan nyata dalam menurunkan risiko kanker umum ini.