Dapatkah Diabetes Membahayakan Kesehatan Hati?

Diabetes, khususnya diabetes tipe 2, adalah kondisi yang memengaruhi cara tubuh menangani gula. Seiring waktu, kadar gula darah yang tinggi dapat membahayakan banyak bagian tubuh, termasuk jantung, mata, ginjal, dan saraf.
Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa hati juga sangat terpengaruh oleh diabetes.
Penelitian selama beberapa dekade terakhir telah menunjukkan hubungan erat antara diabetes dan penyakit hati, khususnya kondisi yang disebut penyakit hati berlemak nonalkohol, atau NAFLD.
Ini berarti seseorang dengan diabetes dapat mengalami masalah hati yang serius meskipun mereka tidak minum alkohol sama sekali.
Hati adalah organ vital yang membantu memproses nutrisi, menyimpan energi, dan membuang racun dari darah.
Ketika seseorang menderita diabetes tipe 2, tubuh mereka sering kali memproduksi terlalu banyak insulin atau menjadi resistan terhadap insulin.
Hal ini menyebabkan kadar gula dan lemak dalam darah menjadi tinggi. Hati akhirnya menyimpan lebih banyak lemak dari biasanya, yang dapat menyebabkan hati berlemak.
NAFLD adalah masalah hati yang paling umum pada penderita diabetes. Menurut sebuah penelitian di The Lancet, sekitar 70% penderita diabetes tipe 2 juga menderita NAFLD.
Hal ini menjadikannya salah satu komplikasi paling umum yang jarang diketahui orang.
Perlemakan hati mungkin tidak menimbulkan gejala pada awalnya, tetapi seiring waktu dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan.
Tahap yang lebih serius ini disebut steatohepatitis nonalkohol (NASH), yang dapat menyebabkan jaringan parut hati, atau fibrosis.
Jika jaringan parut ini menjadi parah, dapat menyebabkan sirosis, yaitu kondisi di mana hati berhenti bekerja dengan baik.
Penelitian menunjukkan bahwa penderita diabetes dan NASH berisiko lebih tinggi mengalami gagal hati dan bahkan kanker hati.
Salah satu alasan keterkaitan ini adalah karena kedua kondisi tersebut memiliki faktor risiko yang sama.
Obesitas, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan resistensi insulin semuanya berkontribusi terhadap diabetes dan masalah hati.
Ketika lemak menumpuk di hati, hal itu memicu peradangan dan stres oksidatif, yang merusak sel-sel hati.
Pada saat yang sama, gula darah tinggi terus memicu kerusakan ini. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Diabetes Care menemukan bahwa orang dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol dengan baik mengalami perkembangan kerusakan hati yang lebih cepat daripada mereka yang kadar gula darahnya terkontrol.
Hati juga berperan dalam pengaturan kadar gula darah, yang menciptakan lingkaran setan.
Ketika hati rusak, ia dapat menjadi lebih buruk dalam menyimpan dan melepaskan gula saat tubuh membutuhkannya.
Hal ini dapat membuat kadar gula darah lebih sulit dikendalikan, sehingga pengelolaan diabetes menjadi lebih sulit.
Menurut penelitian dalam Journal of Hepatology, kesehatan hati dan kadar gula darah saling terkait erat—memperbaiki salah satunya dapat membantu yang lain.
Untungnya, ada cara untuk melindungi hati jika Anda menderita diabetes. Penurunan berat badan, bahkan hanya 5–10% dari berat badan, dapat mengurangi lemak di hati dan meningkatkan fungsi hati.
Diet gaya Mediterania, yang mencakup buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan ikan, telah terbukti membantu kadar gula darah dan kesehatan hati.
Olahraga teratur, terutama berjalan kaki dan latihan kekuatan, dapat mengurangi lemak hati dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Beberapa obat diabetes, seperti agonis reseptor GLP-1 dan pioglitazone, juga telah menunjukkan manfaat untuk perlemakan hati dalam uji klinis.
Simpulannya, diabetes dan kesehatan hati saling terkait erat. Diabetes tipe 2 secara signifikan meningkatkan risiko timbulnya perlemakan hati dan kondisi hati yang lebih serius.
Namun, dengan kontrol gula darah yang baik, pola makan yang sehat, olahraga, dan pemeriksaan medis rutin, hati dapat dilindungi dan risiko komplikasi jangka panjang dapat dikurangi.
Memahami hubungan ini penting karena mendorong penderita diabetes untuk menjaga hati mereka, bukan hanya gula darah mereka.
Semakin dini masalah hati diidentifikasi, semakin besar peluang untuk menghentikan atau bahkan membalikkan kerusakan.