Home > Sana Sini

Temuan Penelitian, Minuman Manis di Usia Lanjut tak Meningkatkan Risiko Demensia

Temuan ini menawarkan wawasan baru tentang bagaimana pola makan memengaruhi kesehatan otak di usia lanjut.
primayahospital
primayahospital

Sebuah penelitian internasional baru menemukan bahwa minum minuman manis atau pemanis buatan di usia lanjut tidak meningkatkan risiko demensia pada orang dewasa yang lebih tua.

Penelitian ini dilakukan oleh Zhejiang University School of Medicine in China dan beberapa peneliti Amerika.

Temuan mereka dipublikasikan di JAMA Psychiatry dan menawarkan wawasan baru tentang bagaimana pola makan memengaruhi kesehatan otak di usia lanjut.

Demensia adalah kondisi serius yang menyebabkan hilangnya ingatan dan penurunan mental, yang sering kali memburuk seiring berjalannya waktu.

Kondisi ini memengaruhi banyak orang dewasa yang lebih tua dan memberikan beban berat pada keluarga dan sistem perawatan kesehatan.

Meskipun tidak ada obatnya, para ilmuwan percaya bahwa faktor gaya hidup seperti pola makan dan olahraga dapat membantu mencegah atau menunda demensia.

Gula sering menjadi fokus karena berkontribusi terhadap obesitas dan diabetes, yang diketahui meningkatkan risiko demensia.

Di AS, hampir satu dari lima orang dewasa yang lebih tua mendapatkan sebagian besar gula tambahan mereka dari minuman manis.

Penelitian sebelumnya pada hewan telah menunjukkan bahwa asupan gula yang tinggi dapat menyebabkan perubahan otak yang berbahaya, seperti penumpukan β-amiloid dan peningkatan apolipoprotein E, yang keduanya terkait dengan penyakit Alzheimer.

Namun, penelitian pada manusia belum konsisten. Beberapa menemukan risiko demensia yang lebih tinggi pada orang yang minum banyak minuman manis, sementara yang lain tidak menemukan kaitannya.

Untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas, para peneliti di balik penelitian baru ini menggabungkan data dari enam penelitian besar di AS.

Secara total, mereka mengamati 10.974 orang dewasa berusia 65 tahun ke atas.

Usia rata-rata adalah 73 tahun, dan sekitar 60% adalah wanita. Penelitian ini mengikuti peserta selama lebih dari 10 tahun, melacak kebiasaan minum dan kesehatan mental mereka.

Peserta melaporkan seberapa sering mereka minum minuman manis atau minuman diet menggunakan survei makanan yang telah diuji keakuratannya.

Para peneliti juga mengecualikan peserta yang mengalami demensia dalam waktu dua tahun sejak dimulainya penelitian untuk mengurangi kemungkinan tanda-tanda awal demensia memengaruhi pola makan mereka.

Tim kemudian mencermati catatan medis dan pemeriksaan kesehatan peserta untuk melihat siapa yang mengalami demensia seiring berjalannya waktu.

Selama periode tindak lanjut, 2.445 orang mengalami demensia. Namun, ketika para peneliti membandingkan mereka yang minum minuman manis atau minuman diet setiap hari dengan mereka yang jarang meminumnya, mereka tidak menemukan perbedaan yang berarti dalam risiko demensia.

Orang yang minum minuman manis setiap hari memiliki rasio bahaya yang sedikit lebih rendah (0,90), dan mereka yang minum minuman diet memiliki risiko netral (1,00).

Angka-angka ini menunjukkan tidak ada peningkatan atau penurunan risiko yang terkait langsung dengan asupan minuman manis di kemudian hari.

Yang terpenting, hasilnya konsisten di berbagai kelompok, termasuk pria dan wanita, dan orang-orang dengan tingkat pendidikan atau kondisi kesehatan yang berbeda.

Para peneliti juga menguji hasil mereka dengan metode yang berbeda, dan temuannya terbukti.

Untuk memastikan metode mereka berhasil, mereka juga mengamati faktor lain yang diketahui memengaruhi kesehatan otak: diet Mediterania.

Seperti yang diharapkan, orang yang mengikuti diet ini lebih ketat memiliki risiko demensia yang lebih rendah.

Ini berfungsi sebagai "kontrol positif", yang mengonfirmasi bahwa penelitian dapat mendeteksi hubungan nyata jika memang ada.

Para ilmuwan mengatakan hasil penelitian mereka harus dianggap sebagai jaminan: bagi orang dewasa yang lebih tua, minum minuman manis sesekali mungkin tidak membahayakan otak.

Namun, mereka juga memperingatkan bahwa ini tidak berarti minuman manis secara keseluruhan menyehatkan.

Minuman manis masih dapat menyebabkan penyakit jantung, obesitas, dan diabetes, itulah sebabnya sebagian besar pedoman diet menyarankan orang untuk menguranginya.

Hal penting lainnya yang dikemukakan para peneliti adalah bahwa penelitian ini hanya mengamati pola makan pada usia yang lebih tua.

Ada kemungkinan bahwa minum banyak minuman manis di awal kehidupan dapat memiliki efek yang lebih besar pada otak, terutama saat tubuh dan otak masih berkembang atau lebih fleksibel.

Mereka percaya bahwa penelitian di masa depan harus difokuskan pada orang yang lebih muda untuk lebih memahami bagaimana kebiasaan seumur hidup memengaruhi risiko demensia di kemudian hari.

Sebagai kesimpulan, meskipun minuman manis dan minuman diet tidak baik untuk tubuh Anda secara umum, meminumnya di usia tua tampaknya tidak meningkatkan kemungkinan Anda terkena demensia.

Alih-alih hanya berfokus pada pengurangan minuman manis di usia lanjut, penelitian tersebut menyarankan bahwa orang—dan upaya kesehatan masyarakat—harus lebih memperhatikan kebiasaan sehat yang terbentuk di awal kehidupan.

Temuan penelitian dapat ditemukan di JAMA Psychiatry.

× Image