Wih...Sensor Pintar Bisa Mendeteksi Polusi Air Hanya Dalam Sekejap

Air bersih sangat penting bagi kesehatan, makanan, kota, dan industri kita. Namun, mendeteksi polusi air dengan cepat dan akurat tetap menjadi tantangan besar—terutama di tempat-tempat yang tidak memiliki akses ke laboratorium atau peralatan canggih.
Kini, para peneliti dari National University of Singapore (NUS) telah menciptakan sensor kualitas air canggih yang dapat mengubah keadaan.
Terinspirasi oleh lapisan minyak alami kulit manusia, tim yang dipimpin oleh Associate Professor Benjamin Tee ini mengembangkan material baru yang disebut ReSURF.
Sama seperti kulit kita yang menolak air, ReSURF menciptakan permukaan yang protektif dan tahan air.
Namun, itu baru permulaan—material pintar ini juga dapat diregangkan, transparan, dapat menyembuhkan diri sendiri, dan dapat didaur ulang.
ReSURF membentuk fondasi sensor baru yang dapat memantau kualitas air hampir seketika.
Ketika dikombinasikan dengan sistem pemanenan energi kecil yang disebut triboelectric nanogenerator, atau TENG, sensor tersebut menjadi bertenaga sendiri.
Alat ini menciptakan sinyal listrik saat tetesan air—terutama yang mengandung polutan—meluncur di permukaannya.
Dengan membaca sinyal ini, perangkat dapat mendeteksi kontaminasi hanya dalam enam milidetik, jauh lebih cepat daripada metode saat ini.
Sebagian besar sensor air saat ini bergantung pada listrik, reagen kimia, atau mesin besar, yang membuatnya mahal dan sulit digunakan di lapangan.
Sebaliknya, sensor ReSURF ringan, fleksibel, dan tidak memerlukan sumber daya eksternal.
Sensor ini juga tangguh dan mudah diperbaiki, artinya dapat bertahan lebih lama dengan perawatan yang lebih sedikit.
Tim menguji sensor pada robot lunak yang dirancang untuk bergerak seperti ikan buntal.
Saat ditempatkan di air yang mengandung minyak atau asam perfluorooctanoic (polutan umum), sensor robot dapat langsung mendeteksi zat-zat ini melalui sinyal tegangan yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa sensor dapat membantu memantau polusi air secara real time.
Sensor ReSURF dapat digunakan di sungai, danau, pertanian, dan bahkan pabrik atau instalasi pengolahan untuk mengawasi tanda-tanda kontaminasi.
Responsnya yang cepat dapat membantu pihak berwenang bertindak sebelum polusi menyebar terlalu jauh.
Ke depannya, para peneliti NUS berencana untuk membuat sensor tersebut lebih pintar lagi.
Mereka berharap dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengenali berbagai polutan, menambahkan fitur data nirkabel, dan menggunakan lebih banyak bahan yang ramah lingkungan.
Mereka juga tengah menjajaki cara untuk menghubungkan sensor tersebut ke perangkat kecerdasan buatan guna mengidentifikasi sumber polusi dengan lebih baik.
Dengan inovasi ini, tim tersebut bertujuan untuk membangun fondasi bagi sistem kualitas air masa depan yang tidak hanya cepat dan andal, tetapi juga berkelanjutan dan cerdas.