Obat Tekanan Darah Amlodipine Membantu Mengobati Hiperaktivitas (ADHD) dengan Lebih Aman, Oh Ya?

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa obat tekanan darah yang umum, amlodipine, dapat digunakan kembali untuk membantu mengobati gejala gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD).
Penelitian internasional ini, yang melibatkan para ilmuwan dari University of Surrey, menunjukkan bahwa amlodipine dapat menawarkan alternatif yang lebih aman dan lebih mudah diakses dibandingkan obat-obatan ADHD yang ada saat ini.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Neuropsychopharmacology. Para peneliti memulai dengan menguji lima obat berbeda pada tikus yang dibiakkan untuk menunjukkan perilaku seperti ADHD.
Hanya amlodipine yang secara signifikan mengurangi hiperaktivitas pada hewan-hewan ini.
Untuk mengonfirmasi hasil ini, tim juga menguji obat tersebut pada ikan zebra — spesies yang sering digunakan dalam penelitian otak karena kemiripan genetiknya dengan manusia.
Pada ikan zebra, amlodipine tidak hanya mengurangi hiperaktivitas tetapi juga membantu mengendalikan impulsivitas, yang merupakan dua gejala utama ADHD.
Para peneliti menemukan bahwa amlodipin dapat melewati sawar darah-otak — lapisan pelindung yang menghalangi banyak obat memasuki otak — yang berarti amlodipin memiliki kemampuan untuk memengaruhi fungsi otak secara langsung. Ini adalah pertama kalinya efek ini ditunjukkan untuk amlodipin.
Untuk menggali lebih dalam, tim menganalisis data genetik manusia dan menemukan bahwa ADHD terkait dengan saluran kalsium yang sama di otak yang ditargetkan oleh amlodipin.
Saluran kalsium ini mungkin menjadi kunci untuk memahami dan mengobati gangguan tersebut.
Selain itu, tinjauan data pasien di seluruh Inggris menunjukkan bahwa individu yang mengonsumsi amlodipin melaporkan lebih sedikit perubahan suasana hati dan terlibat dalam perilaku pengambilan risiko yang lebih sedikit, yang semakin mendukung potensi penggunaan obat tersebut dalam pengobatan ADHD.
Dr. Matthew Parker dari Universitas Surrey, salah satu penulis studi tersebut, menjelaskan bahwa penggunaan kembali obat yang sudah disetujui seperti amlodipin dapat mempercepat proses penyediaan pengobatan baru.
“Karena amlodipine telah diteliti dengan baik dan digunakan secara luas, obat ini menawarkan pilihan yang cepat untuk mengobati ADHD. Kami berpotensi dapat membantu pasien jauh lebih cepat daripada jika kami harus mengembangkan obat yang sama sekali baru,” ujarnya.
Obat-obatan ADHD yang ada saat ini, termasuk stimulan, dapat efektif tetapi seringkali menyebabkan efek samping seperti kehilangan nafsu makan, tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan kesulitan tidur. Obat-obatan ini juga memiliki risiko penyalahgunaan.
Karena amlodipine telah terbukti aman untuk penggunaan jangka panjang dalam mengobati tekanan darah tinggi, obat ini mungkin menawarkan pilihan yang lebih baik dengan risiko yang lebih rendah.
Penelitian ini sangat penting karena sekitar satu dari empat orang dengan ADHD tidak merespons pengobatan yang ada dengan baik.
Hal ini menjadikan pencarian pilihan pengobatan yang baru, efektif, dan aman sebagai prioritas utama bagi dokter dan pasien.
Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian pada manusia untuk mengonfirmasi temuan ini, hasil awal ini menggembirakan dan membuka pintu bagi uji klinis yang dapat mengarah pada pengobatan baru untuk ADHD menggunakan obat yang sudah tersedia.