Home > Didaktika

Fosil Dinosaurus Ungkap Petunjuk yang Bisa Membantu Melawan Kanker

Dinosaurus pemakan tumbuhan ini hidup sekitar 66 hingga 70 juta tahun yang lalu di wilayah yang sekarang disebut Rumania.
Unsplash
Unsplash

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Biology menunjukkan bahwa teknik canggih yang digunakan untuk mempelajari fosil dinosaurus dapat membantu para ilmuwan lebih memahami kanker.

Para peneliti dari Anglia Ruskin University dan Imperial College London menganalisis fosil dinosaurus berparuh bebek bernama Telmatosaurus transsylvanicus.

Dinosaurus pemakan tumbuhan ini hidup sekitar 66 hingga 70 juta tahun yang lalu di wilayah yang sekarang disebut Rumania.

Dengan menggunakan teknik khusus yang disebut mikroskop elektron pemindaian (SEM), para ilmuwan dapat mendeteksi struktur kecil di dalam fosil yang menyerupai sel darah merah.

Struktur ini, yang disebut eritrosit, biasanya ditemukan di jaringan lunak dan jarang terawetkan dalam fosil.

Temuan ini menunjukkan bahwa jaringan lunak mungkin lebih sering bertahan hidup dalam sisa-sisa purba daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Para peneliti menggunakan metode paleoproteomik—teknik yang memeriksa protein dalam spesimen tua—untuk mencari molekul yang terawetkan.

Tidak seperti DNA yang mudah terurai, protein dalam tulang lebih stabil dan kecil kemungkinannya terkontaminasi.

Hal ini membuatnya berguna untuk mempelajari penyakit purba, termasuk kanker.

Para ilmuwan percaya bahwa dengan mempelajari protein dan biomarker yang terawetkan ini, kita mungkin dapat mempelajari bagaimana penyakit seperti kanker memengaruhi hewan purba.

Hal ini dapat memberi kita wawasan tentang bagaimana penyakit berevolusi dan bagaimana organisme telah melawan atau mengelola penyakit selama jutaan tahun.

Sebuah studi sebelumnya telah menemukan tanda-tanda kanker pada spesies yang sama, Telmatosaurus, yang menunjukkan bahwa kanker memiliki akar evolusi yang dalam.

Profesor Justin Stebbing, salah satu penulis studi tersebut, mengatakan bahwa makhluk besar dan berumur panjang seperti dinosaurus menawarkan peluang penting untuk mengeksplorasi bagaimana spesies mengelola risiko kanker.

Ia menjelaskan bahwa jaringan lunak, tidak seperti tulang, mengandung protein berharga yang memberikan detail molekuler tentang biologi penyakit.

Ia menambahkan bahwa penelitian mereka, yang menggunakan teknik yang jarang diterapkan dalam paleontologi, dapat membuka pintu bagi penemuan-penemuan di masa depan yang bahkan mungkin bermanfaat bagi kesehatan manusia.

Studi ini juga menyerukan pengawetan jaringan lunak yang lebih baik dalam fosil.

Sebagian besar koleksi fosil berfokus pada tulang, tetapi jaringan lunak menyimpan informasi molekuler yang lebih detail.

Seiring dengan terus meningkatnya teknologi, jaringan lunak yang diawetkan dapat memungkinkan para peneliti untuk mempelajari lebih banyak tentang bagaimana penyakit berevolusi—dan mungkin membantu kita melawan penyakit tersebut saat ini.

× Image