Home > Didaktika

Molekul Tanaman Jambu Biji Bisa Membantu Melawan Kanker Hati

Dengan menyediakan cara yang andal untuk membuat molekul-molekul turunan jambu biji ini, tim Delaware berharap dapat mendorong penelitian baru dan pada akhirnya terapi baru yang dapat menyelamatkan nyawa dan mengurangi biaya.
Penemuan metode untuk menciptakan molekul pelawan kanker hati yang terdapat pada tanaman jambu biji menawarkan harapan bagi pengobatan berbiaya rendah untuk salah satu kanker paling mematikan di dunia/Foto ilustrasi: Jeffrey C. Chase/University of Delaware.
Penemuan metode untuk menciptakan molekul pelawan kanker hati yang terdapat pada tanaman jambu biji menawarkan harapan bagi pengobatan berbiaya rendah untuk salah satu kanker paling mematikan di dunia/Foto ilustrasi: Jeffrey C. Chase/University of Delaware.

Banyak obat-obatan masa kini berakar dari alam. Aspirin, misalnya, berasal dari zat kimia yang ditemukan di kulit pohon willow. Kini, penelitian baru menunjukkan bahwa molekul yang ditemukan dalam tanaman jambu biji suatu hari nanti dapat membantu melawan kanker yang berhubungan dengan hati, yang merupakan salah satu kanker paling mematikan di dunia.

Sebuah tim yang dipimpin oleh William Chain, seorang profesor madya kimia dan biokimia di University of Delaware, telah mengembangkan cara untuk menciptakan molekul-molekul khusus berbasis jambu biji ini di laboratorium.

Proses ini, yang dikenal sebagai sintesis total produk alami, memungkinkan para ilmuwan untuk membangun molekul alami yang kompleks selangkah demi selangkah menggunakan bahan kimia yang tersedia secara luas.

Hasil penelitian mereka baru-baru ini dipublikasikan di jurnal Angewandte Chemie.

Terobosan ini penting karena meskipun produk alami seringkali menjadi dasar obat-obatan yang ampuh, produk-produk tersebut biasanya ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil pada tanaman.

Hal ini membuat produk-produk tersebut sulit dan mahal untuk dipanen dalam skala besar.

Dengan menemukan "resep" sintetis, tim Chain telah membuka pintu bagi ilmuwan lain untuk memproduksi molekul-molekul pelawan kanker ini dengan lebih mudah dan dengan biaya yang jauh lebih rendah.

"Mayoritas obat yang kita gunakan saat ini berasal langsung dari produk alami atau terinspirasi olehnya," jelas Chain.

"Masalahnya, tidak ada cukup sumber daya alam untuk memenuhi permintaan pengobatan. Yang telah kami lakukan adalah menciptakan jalur agar ahli kimia di mana pun dapat mengikuti resep kami dan membuat molekul-molekul ini sendiri."

Liam O'Grady, seorang mahasiswa doktoral di laboratorium Chain dan penulis pertama studi tersebut, membandingkan pekerjaan mereka dengan merintis jalan baru melalui wilayah yang belum diketahui.

"Kami adalah yang pertama merintis jalan itu, dan sekarang yang lain dapat bergabung, menyempurnakannya, dan bahkan menemukan jalan pintas," katanya.

"Itulah bagian yang menarik—kami telah menunjukkan bahwa jalur itu dapat dilakukan."

Dampak medis potensialnya sangat besar. Kasus kanker hati dan saluran empedu, khususnya karsinoma hepatoseluler, telah meningkat di seluruh dunia.

Sekitar satu dari 125 orang di dunia diproyeksikan akan menghadapi kanker hati selama hidup mereka.

Di Amerika Serikat, prospeknya suram: tingkat kelangsungan hidup lima tahun untuk kasus lanjut masih di bawah 15 persen.

Pada tahun 2025, lebih dari 42.000 orang Amerika diperkirakan akan didiagnosis menderita kanker hati, dan lebih dari 30.000 akan meninggal karenanya.

Perawatan kemoterapi saat ini tidak hanya mahal tetapi juga terbatas efektivitasnya.

Dengan menyediakan cara yang andal untuk membuat molekul-molekul turunan jambu biji ini, tim Delaware berharap dapat mendorong penelitian baru dan pada akhirnya terapi baru yang dapat menyelamatkan nyawa dan mengurangi biaya.

Kelompok ini telah bekerja sama dengan National Cancer Institute untuk mengeksplorasi apakah molekul jambu biji juga mungkin efektif melawan jenis kanker lainnya.

Untuk saat ini, penemuan ini menjadi contoh penting tentang bagaimana melihat ke alam—dan kemudian menerapkan kimia yang cerdas—dapat menginspirasi pengobatan masa depan.

× Image