Home > Didaktika

Serangan Jantung Bisa Dipicu dari Bakteri yang Bersembunyi di Dalam Arteri

Para ilmuwan menemukan sesuatu yang lain di dalam plakkomunitas bakteri kecil yang dikenal sebagai biofilm.
Nik/Unsplash
Nik/Unsplash

Selama ini, para ilmuwan meyakini bahwa serangan jantung sebagian besar disebabkan oleh penyumbatan arteri akibat kolesterol jahat. Namun, sebuah studi baru dari para peneliti di Finlandia dan Inggris mengubah cara kita memahami masalah kesehatan serius ini.

Mereka menemukan bukti bahwa beberapa serangan jantung mungkin sebenarnya dipicu oleh bakteri yang bersembunyi jauh di dalam arteri selama bertahun-tahun.

Temuan mengejutkan ini berasal dari sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of the American Heart Association.

Para peneliti mengamati apa yang terjadi pada orang dengan penyakit arteri koroner, suatu kondisi di mana arteri yang membawa darah ke jantung menyempit.

Arteri ini sering kali memiliki timbunan lemak yang disebut plak yang penuh dengan kolesterol.

Namun, yang baru adalah para ilmuwan menemukan sesuatu yang lain di dalam plak—komunitas bakteri kecil yang dikenal sebagai biofilm.

Biofilm adalah sekelompok bakteri lengket yang dapat hidup diam-diam di dalam tubuh tanpa menimbulkan gejala penyakit.

Bakteri ini dapat bersembunyi di dalam plak selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.

Karena dilindungi oleh lapisan biofilm, sistem kekebalan tubuh tidak dapat mendeteksinya, dan antibiotik tidak dapat membunuhnya.

Studi ini menunjukkan bahwa jika seseorang tertular virus atau terpapar stres jenis lain, bakteri yang tersembunyi dapat "bangun" dan mulai tumbuh kembali. Hal ini memicu peradangan—respons dari sistem kekebalan tubuh—yang dapat memecah plak.

Ketika itu terjadi, dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah, yang menyebabkan serangan jantung.

Profesor Pekka Karhunen, salah satu peneliti utama, menjelaskan bahwa hingga saat ini, serangan jantung terutama disebabkan oleh kolesterol yang rusak (dikenal sebagai LDL teroksidasi).

Namun, tim mereka menemukan tanda-tanda jelas DNA bakteri dari bakteri mulut umum di dalam plak arteri.

Ini adalah bukti kuat pertama bahwa bakteri mungkin berperan dalam serangan jantung.

Untuk mengonfirmasi hasil mereka, tim menciptakan antibodi khusus untuk mendeteksi bakteri tersebut. Ketika mereka menguji jaringan arteri, mereka terkejut melihat biofilm dengan jelas.

Pada kasus-kasus di mana orang mengalami serangan jantung, mereka juga menemukan bahwa bakteri telah terlepas dari biofilm, dan sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadapnya. Reaksi ini menyebabkan plak pecah.

Penemuan-penemuan ini penting karena dapat mengubah cara kita mencegah dan mengobati serangan jantung.

Di masa depan, dokter mungkin dapat mendiagnosis atau mengobati infeksi bakteri yang tersembunyi di plak arteri.

Bahkan mungkin dimungkinkan untuk membuat vaksin untuk menghentikan bakteri memicu serangan jantung.

Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Universitas Tampere dan Oulu, Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia, dan Universitas Oxford. Mereka menggunakan sampel jaringan dari orang-orang yang meninggal mendadak serta pasien yang menjalani operasi penyakit arteri.

Penelitian ini menambah pemahaman kita tentang kesehatan jantung. Penelitian ini menunjukkan bahwa serangan jantung mungkin tidak hanya disebabkan oleh makanan berlemak dan kolesterol, tetapi juga oleh infeksi tersembunyi.

Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan, penemuan ini dapat mengarah pada cara-cara baru untuk melindungi orang-orang dari serangan jantung di masa depan.

Penelitian ini memberikan bukti kuat yang menghubungkan biofilm bakteri dengan serangan jantung.

Temuan ini menantang anggapan umum bahwa hanya kolesterol yang menjadi penyebabnya.

Sebaliknya, infeksi yang tersembunyi di arteri dapat memainkan peran kunci, terutama ketika dipicu oleh stres atau infeksi lainnya.

Penelitian ini membuka peluang menarik untuk mengembangkan pengobatan baru, termasuk vaksin, dan dapat mengarah pada cara yang lebih baik untuk mencegah serangan jantung dengan menargetkan bakteri, alih-alih hanya berfokus pada kadar kolesterol.

Studi ini dipublikasikan di Journal of the American Heart Association.

× Image