Home > News

Serangan Jantung Vs Serangan Panik Gejalanya Mirip, Lantas Apa Bedanya?

Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan gangguan panik mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit arteri koroner.
alodokter
alodokter

Mengalami nyeri dada yang tiba-tiba bisa mengkhawatirkan, dan sering kali sulit untuk membedakan apakah itu serangan jantung atau serangan panik karena gejalanya mirip.

Namun, memahami perbedaan antara keduanya dapat membantu dalam mencari pengobatan yang tepat dengan segera dan mungkin menyelamatkan nyawa.

Serangan jantung, atau infark miokard, terjadi ketika aliran darah ke bagian otot jantung tersumbat cukup lama sehingga bagian otot jantung rusak atau mati.

Hal ini paling sering disebabkan oleh penyakit arteri koroner, di mana arteri yang memasok darah ke otot jantung menjadi mengeras dan menyempit.

Gejala serangan jantung dapat meliputi nyeri dada hebat yang dapat menjalar ke lengan, punggung, leher, rahang, atau perut, sesak napas, keringat dingin, mual, dan perasaan akan datangnya malapetaka.

Gejalanya biasanya berlangsung lebih dari 20 menit dan tidak membaik dengan istirahat atau latihan pernapasan.

Di sisi lain, serangan panik melibatkan serangan tiba-tiba dari rasa takut atau ketidaknyamanan yang intens, yang mencapai puncaknya dalam hitungan menit.

Gejalanya dapat meliputi palpitasi, berkeringat, gemetar atau gemetar, sensasi sesak napas, perasaan tercekik, nyeri dada atau ketidaknyamanan, mual atau gangguan perut, merasa pusing atau pingsan, menggigil atau sensasi panas, mati rasa atau sensasi kesemutan, dan takut kehilangan kendali atau mati.

Meskipun gejalanya intens, serangan panik tidak secara langsung mengancam jiwa.

Kedua kondisi tersebut dapat memicu nyeri dada dan kesulitan bernapas, itulah sebabnya keduanya sering kali tertukar.

Namun, ada perbedaan utama dalam gejala dan permulaannya yang dapat membantu membedakannya.

Nyeri serangan jantung biasanya lebih terlokalisasi dan terasa seperti sensasi menekan atau meremas, dan sering kali memburuk dengan aktivitas fisik.

Sebaliknya, gejala serangan panik dapat dipicu oleh stres atau ketakutan dan sering kali disertai dengan hiperventilasi dan rasa cemas yang parah alih-alih aktivitas fisik.

Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan gangguan panik mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit arteri koroner, sehingga semakin penting untuk membedakan secara akurat antara kedua kondisi tersebut.

Sebuah penelitian dalam jurnal Psychosomatic Medicine menemukan bahwa stres fisiologis dari serangan panik yang berulang dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit jantung.

Diagnosis kondisi ini biasanya melibatkan pemeriksaan fisik, dan dalam kasus dugaan serangan jantung, pengujian medis segera seperti elektrokardiogram (EKG) atau tes darah untuk mencari enzim jantung.

Untuk serangan panik, diagnosis sering kali dibuat berdasarkan evaluasi psikologis dan mengesampingkan masalah kesehatan fisik.

Pengobatan untuk serangan jantung biasanya melibatkan pengobatan, perubahan gaya hidup, dan terkadang prosedur untuk membuka penyumbatan arteri.

Untuk serangan panik, terapi, khususnya terapi perilaku kognitif, dan terkadang pengobatan merupakan pengobatan utama.

Kesimpulannya, meskipun serangan jantung dan serangan panik sekilas tampak serupa, keduanya pada dasarnya adalah kondisi yang berbeda dengan penyebab dan penanganan yang berbeda.

Memahami perbedaan ini dapat membantu individu mencari bentuk bantuan yang tepat saat dibutuhkan.

Jika tidak yakin apakah Anda mengalami serangan jantung atau serangan panik, sangat penting untuk berhati-hati dan segera mencari pertolongan medis.

Keputusan ini dapat menyelamatkan nyawa, terutama jika terjadi serangan jantung.

× Image