Home > Didaktika

Hasil Studi: Simpanse Bisa Berpikir Rasional dan Mengubah Pikiran Mereka Seperti Manusia

Simpanse dapat mengubah keyakinan mereka secara rasional ketika mereka menerima bukti barusebuah keterampilan mental yang dulu dianggap hanya dimiliki oleh manusia.
Sane Noor/Pexels
Sane Noor/Pexels

Simpanse mungkin lebih mirip pemikir manusia daripada yang pernah kita bayangkan.

Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Science menunjukkan bahwa simpanse dapat mengubah keyakinan mereka secara rasional ketika mereka menerima bukti baru—sebuah keterampilan mental yang dulu dianggap hanya dimiliki oleh manusia.

Studi yang berjudul "Chimpanzees rationally revise their belief" (Simpanse Merevisi Keyakinan Mereka Secara Rasional) ini dilakukan oleh tim peneliti internasional yang terdiri dari psikolog UC Berkeley Emily Sanford, profesor UC Berkeley Jan Engelmann, dan profesor Universitas Utrecht Hanna Schleihauf.

Temuan mereka mengungkapkan bahwa simpanse dapat memperbarui keputusan mereka berdasarkan kekuatan informasi yang mereka terima, menunjukkan aspek kunci dari pemikiran rasional.

Penelitian ini berlangsung di Suaka Simpanse Pulau Ngamba di Uganda, tempat para ilmuwan bekerja dengan simpanse dalam sebuah permainan pengambilan keputusan sederhana.

Hewan-hewan tersebut diperlihatkan dua kotak, salah satunya berisi makanan.

Awalnya, mereka diberi petunjuk yang menunjukkan kotak mana yang berisi camilan.

Kemudian, mereka diberi petunjuk baru—kali ini petunjuk yang lebih kuat—yang mengarah ke kotak yang lain.

Ketika disajikan dengan bukti yang lebih baik, simpanse sering kali mengubah pilihan mereka.

“Simpanse mampu merevisi keyakinan mereka ketika bukti yang lebih baik tersedia,” kata Sanford, seorang peneliti pascadoktoral di Social Origins Lab, UC Berkeley.

“Penalaran fleksibel semacam ini adalah sesuatu yang biasanya kita kaitkan dengan anak-anak. Sangat menarik untuk menunjukkan bahwa simpanse juga dapat melakukan ini.”

Untuk memastikan bahwa simpanse tidak hanya bereaksi terhadap sinyal baru atau mengikuti kebiasaan, para peneliti merancang serangkaian eksperimen yang dikontrol ketat dan menggunakan model komputasi untuk menganalisis keputusan mereka.

Model-model ini mengesampingkan penjelasan yang lebih sederhana, seperti simpanse hanya memilih petunjuk apa pun yang terakhir mereka lihat.

Sebaliknya, data menunjukkan bahwa keputusan mereka sesuai dengan strategi rasional yang serupa dengan revisi keyakinan manusia.

“Kami melacak pilihan pertama dan kedua mereka dan menggunakan model komputer untuk melihat strategi penalaran mana yang paling sesuai dengan perilaku mereka,” jelas Sanford.

“Bukti-bukti jelas menunjukkan bahwa simpanse bertindak sesuai dengan pembaruan rasional.”

Hasil penelitian ini menantang gagasan lama bahwa berpikir rasional—kemampuan untuk mempertimbangkan bukti dan merevisi keyakinan—hanya dimiliki manusia.

“Perbedaan antara manusia dan simpanse bukanlah perbedaan yang tajam,” kata Sanford. “Ini lebih merupakan sebuah kontinum.”

Sanford yakin temuan ini memiliki implikasi yang lebih luas terhadap cara kita memahami pembelajaran, perkembangan anak, dan bahkan kecerdasan buatan.

“Dengan mempelajari bagaimana primata merevisi keyakinan mereka, kita dapat memperoleh wawasan tentang bagaimana manusia bernalar, bagaimana anak-anak belajar, dan bagaimana membangun sistem AI yang lebih cerdas,” ujarnya.

Langkah selanjutnya adalah menguji tugas yang sama dengan anak-anak berusia antara dua dan empat tahun untuk melihat bagaimana penalaran mereka dibandingkan dengan simpanse.

“Sangat menarik untuk mengadaptasi tugas yang dibuat untuk simpanse menjadi tugas yang dapat dipahami oleh balita,” katanya.

Bagi Sanford, kesimpulannya sederhana: hewan—dan terutama primata—mampu berpikir lebih kompleks daripada yang kita duga.

“Mereka mungkin tidak tahu apa itu sains,” katanya, “tapi mereka sudah melakukan eksperimen mereka sendiri di dunia sekitar mereka.”

× Image