Home > Didaktika

Wow...Makanan Kaya Flavonoid Membantu Menurunkan Risiko Demensia

Flavonoid adalah senyawa yang ditemukan terutama dalam makanan nabati, flavonoid memiliki sifat antioksidan, antiradang, dan antikanker.
medindia.net
medindia.net

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa mengonsumsi lebih banyak makanan kaya flavonoid, seperti beri, teh, anggur merah, dan cokelat hitam, dapat membantu mengurangi risiko terkena demensia.

Penelitian ini, yang dipimpin oleh tim di Queen's University Belfast dan dipublikasikan di JAMA Network Open pada 18 September 2024, menyoroti potensi diet sebagai tindakan pencegahan terhadap penyakit yang tidak dapat disembuhkan ini.

Demensia memengaruhi sekitar 1 juta orang di Inggris, dan jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi 1,4 juta pada tahun 2040.

Meskipun penuaan dan genetika merupakan faktor penting dalam perkembangan demensia, semakin banyak bukti yang menunjukkan pentingnya pilihan gaya hidup, termasuk diet, dalam mengurangi risiko kondisi yang melemahkan ini.

Flavonoid adalah senyawa yang ditemukan terutama dalam makanan nabati. Dikenal karena manfaat kesehatannya, flavonoid memiliki sifat antioksidan, antiradang, dan antikanker.

Senyawa-senyawa ini juga dikaitkan dengan risiko penyakit kronis yang lebih rendah seperti penyakit kardiovaskular dan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mendukung fungsi kognitif.

Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Aedín Cassidy dari Universitas Queen ini meneliti data diet dari lebih dari 120.000 orang dewasa berusia 40 hingga 70 tahun yang menjadi bagian dari UK Biobank—sebuah studi kesehatan berskala besar.

Para peneliti khususnya tertarik pada dampak konsumsi flavonoid terhadap risiko demensia.

Menurut Profesor Cassidy, temuan studi ini sangat mengejutkan. "Penelitian kami menunjukkan bahwa menambahkan enam porsi makanan kaya flavonoid ke dalam diet harian Anda—terutama buah beri, teh, dan anggur merah—dapat menurunkan risiko terkena demensia hingga 28%."

Manfaatnya bahkan lebih terasa di antara individu dengan risiko genetik tinggi untuk demensia dan mereka yang mengalami gejala depresi, yang menunjukkan bahwa kelompok-kelompok ini mungkin mendapat manfaat khususnya dari peningkatan asupan makanan kaya flavonoid.

Dr. Amy Jennings, penulis pertama studi dari School of Biological Sciences di Queen's, menekankan implikasi kesehatan masyarakat dari temuan tersebut.

“Penelitian ini mengirimkan pesan yang jelas: perubahan pola makan yang sederhana, seperti mengonsumsi lebih banyak makanan kaya flavonoid setiap hari, berpotensi mengurangi risiko demensia. Hal ini terutama penting bagi mereka yang berisiko tinggi.

Karena saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk demensia, fokus pada tindakan pencegahan yang dapat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup, sekaligus mengurangi beban sosial dan ekonomi penyakit, harus tetap menjadi prioritas utama kesehatan masyarakat.”

Hasil penelitian ini sangat relevan karena prevalensi demensia global terus meningkat. Meskipun penyebab pasti demensia rumit dan melibatkan banyak faktor, termasuk usia dan kecenderungan genetik, penelitian ini menggarisbawahi potensi pola makan sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

Makanan kaya flavonoid tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan kognitif tetapi juga mendukung kesejahteraan secara keseluruhan karena spektrum luas khasiatnya yang meningkatkan kesehatan.

Memasukkan lebih banyak makanan ini ke dalam pola makan harian Anda adalah strategi sederhana dan mudah diakses yang dapat memberikan manfaat jangka panjang yang signifikan, terutama bagi mereka yang mungkin berisiko lebih tinggi terkena demensia.

Sebagai kesimpulan, meskipun diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami sepenuhnya hubungan antara asupan flavonoid dan demensia, penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa pilihan makanan dapat memainkan peran penting dalam kesehatan otak.

Dengan membuat keputusan yang cermat tentang apa yang kita makan, kita mungkin dapat melindungi fungsi kognitif kita dan mengurangi risiko demensia, yang berkontribusi pada penuaan yang lebih sehat dan peningkatan kualitas hidup.

Hasil penelitian dapat ditemukan di JAMA Network Open.

× Image