Bahan Kimia Peralatan Masak Anti-Lengket, Kain Tahan Air, Kemasan Makanan, Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Hati
![iStock](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250217221547-424.jpeg)
Ilmuwan dari University of Southern California telah menemukan bahwa paparan terhadap bahan kimia sintetis yang banyak digunakan dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena kanker hati.
Bahan kimia tersebut, yang disebut perfluorooctane sulfate (PFOS), termasuk dalam kelompok zat buatan manusia yang dikenal sebagai zat perfluoroalkyl (PFAS).
Bahan kimia ini digunakan dalam banyak produk konsumen dan industri, termasuk peralatan masak antilengket, kain tahan air, dan kemasan makanan.
PFAS terkadang disebut sebagai "bahan kimia abadi" karena tidak mudah terurai. Seiring waktu, bahan kimia tersebut terakumulasi di lingkungan dan dalam tubuh manusia, termasuk hati.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa paparan terhadap PFAS dapat meningkatkan risiko penyakit hati, tetapi ini adalah penelitian pertama yang mengonfirmasi hubungan antara PFOS dan kanker hati menggunakan sampel manusia.
Para peneliti menganalisis data kesehatan dari lebih dari 200.000 penduduk di Los Angeles dan Hawaii untuk melacak perkembangan kanker dan penyakit lainnya.
Mereka berfokus pada 50 peserta yang kemudian mengembangkan kanker hati dan membandingkan sampel darah mereka—yang diambil sebelum diagnosis mereka—dengan sampel darah 50 orang yang tidak mengembangkan kanker.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis PFAS terdapat dalam sampel darah dari mereka yang kemudian mengembangkan kanker hati. Hubungan terkuat adalah dengan PFOS.
Peserta dengan kadar PFOS tertinggi dalam darah mereka 4,5 kali lebih mungkin mengembangkan kanker hati daripada mereka yang kadarnya terendah.
Para peneliti juga menyelidiki bagaimana PFOS dapat merusak hati. Temuan mereka menunjukkan bahwa zat kimia tersebut mengganggu fungsi hati utama, termasuk bagaimana tubuh memproses glukosa, asam empedu, dan asam amino tertentu.
Gangguan ini dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati, suatu kondisi yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD).
NAFLD telah meningkat pesat di seluruh dunia, dan para ahli masih mencoba untuk memahami alasannya.
Kondisi ini mengkhawatirkan karena orang dengan NAFLD memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk mengembangkan kanker hati.
Pada tahun 2030, diperkirakan sekitar 30% orang dewasa di AS akan menderita NAFLD.
Para peneliti berencana untuk melakukan studi yang lebih besar akhir tahun ini untuk lebih jauh menyelidiki hubungan antara PFOS dan kanker hati.
Temuan mereka menambah kekhawatiran yang berkembang tentang paparan PFAS dan dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Studi ini dipublikasikan dalam JHEP Reports dan dipimpin oleh Dr. Jesse Goodrich.