Home > Didaktika

Minyak Aromatik dalam Ganja Bisa Membantu Redakan Nyeri Tanpa Efek Mabuk

Aroma dan rasa ganja berasal dari senyawa yang disebut terpena. Ini adalah bahan kimia alami yang juga ditemukan di banyak tanaman sehari-hari.
klikdokter
klikdokter

Saat ini, banyak orang mencari cara yang lebih aman untuk mengatasi nyeri kronis. Dengan semakin dikenalnya risiko penggunaan opioid, termasuk kecanduan dan overdosis, beberapa orang beralih ke alternatif alami. Ganja telah lama menjadi salah satu pilihan tersebut.

Namun, meskipun efek penghilang rasa sakitnya sering dikaitkan dengan THC, senyawa yang menyebabkan "rasa mabuk", para ilmuwan kini mengalihkan perhatian mereka ke hal lain dalam tanaman tersebut: aromanya.

Aroma dan rasa ganja berasal dari senyawa yang disebut terpena. Ini adalah bahan kimia alami yang juga ditemukan di banyak tanaman sehari-hari.

Misalnya, terpena linalool adalah yang memberikan aroma menenangkan pada lavender, limonene berbau seperti lemon, beta-caryophyllene menambahkan rasa pedas pada lada hitam, dan geraniol ditemukan dalam mawar dan serai.

Sebuah studi baru dari University of Arizona, yang diterbitkan pada bulan Desember dalam jurnal Pharmacological Reports, meneliti apakah beberapa terpena ini dapat meredakan nyeri tanpa efek samping THC.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor John Streicher menguji beberapa terpena umum pada tikus dalam dua model nyeri: satu meniru nyeri setelah operasi, dan satu meniru fibromyalgia, suatu kondisi yang menyebabkan nyeri yang meluas dan berlangsung lama.

Dalam percobaan mereka, para peneliti memberikan tikus operasi kecil di bawah anestesi untuk membuat model nyeri pascaoperasi.

Untuk meniru fibromyalgia, mereka menggunakan obat yang disebut reserpin, yang menyebabkan gejala seperti nyeri otot dan sensitivitas.

Kemudian, mereka menyuntikkan terpena yang berbeda—linalool, beta-caryophyllene, geraniol, dan alpha-humulene (senyawa yang ditemukan dalam hop)—ke dalam tikus untuk melihat apakah mereka membantu mengurangi nyeri.

Hasilnya menjanjikan. Geraniol dan alpha-humulene membantu mengurangi nyeri setelah operasi.

Linalool dan geraniol sangat membantu untuk mengurangi gejala seperti fibromyalgia. Kelegaan berlangsung selama sekitar dua jam.

Temuan ini menunjukkan bahwa terpena tertentu mungkin dapat meredakan nyeri kronis tanpa memengaruhi pikiran atau menyebabkan kecanduan, sehingga menjadikannya alternatif yang memungkinkan untuk opioid.

Meskipun para ahli seperti Dr. Ryan Vandrey dari Johns Hopkins tidak terkejut dengan hasil positif tersebut, mereka menunjukkan batasan penting: penelitian ini dilakukan pada tikus, bukan manusia.

Selain itu, dosis terpena yang diberikan cukup tinggi—sekitar 200 miligram per kilogram berat badan.

Itu jauh lebih banyak daripada yang biasanya didapatkan manusia dari penggunaan ganja, minyak esensial, atau produk alami lainnya.

Ketika orang menggunakan terpena, biasanya melalui penghirupan, pengolesan pada kulit, atau konsumsi dalam dosis yang sangat kecil—bukan melalui suntikan besar.

Dr. Josh Kaplan dari Western Washington University, yang juga mempelajari terpena, mencatat bahwa jumlah yang digunakan dalam penelitian tersebut jauh lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam produk ganja.

Ia mengatakan bahwa untuk melihat efek yang sama, orang mungkin memerlukan suplemen terkonsentrasi, bukan hanya ganja biasa.

Tim tersebut kini tengah berupaya mencari tahu cara menyalurkan terpene secara efektif pada manusia dan pada dosis yang lebih rendah.

Mereka juga bereksperimen dengan cara lain untuk menyalurkan terpene, seperti melalui inhalasi atau di bawah lidah, yang lebih mendekati cara orang menggunakannya dalam kehidupan nyata.

Yang menarik, lab Streicher telah mulai menggunakan ruang uap—kotak bening yang terhubung ke alat penguap—untuk membiarkan tikus menghirup terpene seperti yang dilakukan orang saat mereka menghisap atau menghisap ganja.

Uji coba awal menggunakan penyaluran di bawah lidah juga menunjukkan hasil yang baik.

Kekhawatiran lainnya adalah kualitas produk terpene yang dijual kepada masyarakat. Tim Streicher menguji minyak terpene yang dibeli secara daring dan dari toko.

Mereka menemukan bahwa banyak dari minyak tersebut sebenarnya tidak mengandung apa yang diklaim.

Ini karena suplemen tidak diatur secara ketat seperti obat-obatan, sehingga sulit bagi konsumen untuk mengetahui dengan pasti apa yang mereka dapatkan.

Terakhir, para peneliti yakin bahwa mereka mungkin telah menemukan bagaimana terpene meredakan nyeri dalam tubuh.

Studi mereka menunjuk pada reseptor khusus di otak dan sumsum tulang belakang yang disebut reseptor adenosin A2A.

Bagian sistem saraf ini terlibat dalam cara kita bergerak, membentuk kebiasaan, dan bereaksi terhadap obat-obatan.

Meskipun ini masih penelitian awal, ini dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana produk alami seperti terpene bekerja pada otak.

Singkatnya, studi ini merupakan langkah awal tetapi penting dalam pencarian cara alami yang lebih aman untuk mengobati nyeri kronis.

Terpene, bagian tanaman yang berbau harum seperti ganja, lavender, dan lemon, mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam pengobatan daripada yang kita duga sebelumnya.

Meskipun studi menunjukkan bahwa senyawa ini dapat mengurangi nyeri pada tikus, masih ada jalan panjang sebelum kita mengetahui seberapa efektif atau amannya bagi manusia.

Dosis yang digunakan dalam studi tersebut jauh lebih tinggi daripada yang biasanya dikonsumsi orang, dan metode pemberiannya berbeda.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami jumlah yang tepat, metode pemberian terbaik, dan efek jangka panjang terpene pada manusia.

Namun, potensi untuk pereda nyeri baru yang tidak membuat ketagihan sangat menarik—dan layak untuk dieksplorasi.

× Image