Home > Didaktika

Ganja Untuk Nyeri Kronis, Haruskah Digunakan?

Banyak pasien dengan nyeri berkelanjutan beralih ke ganja sebagai pengobatan yang memungkinkanmeskipun bukti medis yang mendukung penggunaannya masih terbatas.
ugm.ac.id
ugm.ac.id

American College of Physicians (ACP) telah merilis panduan baru bagi dokter yang pasiennya menggunakan atau berpikir untuk menggunakan ganja atau produk kanabinoid guna mengelola nyeri kronis yang tidak disebabkan oleh kanker.

Saran ini dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine dan mencerminkan meningkatnya kekhawatiran tentang meningkatnya penggunaan ganja untuk keperluan medis tanpa pemahaman yang cukup tentang risiko dan manfaatnya yang terbatas.

Pada tahun 2024, ganja legal untuk penggunaan rekreasi dan medis di 24 negara bagian AS dan Washington, D.C., dan untuk penggunaan medis hanya di 14 negara bagian lainnya.

Dengan akses yang lebih luas ini, banyak pasien dengan nyeri berkelanjutan beralih ke ganja sebagai pengobatan yang memungkinkan—meskipun bukti medis yang mendukung penggunaannya masih terbatas.

Saran Praktik Terbaik ACP yang baru memberikan rekomendasi yang jelas kepada dokter tentang cara berbicara dengan pasien tentang ganja untuk nyeri kronis nonkanker:

  • Diskusikan risiko dan manfaat terbatas ganja atau kanabinoid dengan pasien mana pun yang berpikir untuk memulai atau melanjutkan penggunaannya untuk nyeri kronis.

  • Peringatkan kelompok tertentu bahwa risikonya mungkin lebih besar daripada manfaatnya:

1. Dewasa muda dan remaja

2. Orang dengan masalah penggunaan zat terlarang saat ini atau di masa lalu

3. Pasien dengan kondisi kesehatan mental yang serius

4. Individu yang lemah atau mereka yang berisiko terjatuh

  • Anjurkan untuk tidak menggunakan ganja atau kanabinoid untuk meredakan nyeri pada:

1. Pasien hamil atau menyusui

2. Mereka yang secara aktif berusaha untuk hamil

  • Anjurkan untuk tidak menghirup ganja (seperti merokok atau menggunakan vape) sebagai cara untuk mengelola nyeri kronis.

Dr. Isaac Opole, Presiden ACP, menekankan pentingnya percakapan terbuka antara dokter dan pasien.

"Seiring dengan meningkatnya penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan, sangat penting untuk membuka dialog tersebut dan meninjau bukti yang muncul terkait dengan manfaat dan bahayanya," katanya.

Tinjauan ACP terhadap penelitian yang tersedia menunjukkan bahwa, bagi banyak pasien, bahaya ganja—termasuk kecanduan dan efek kesehatan mental—kemungkinan lebih besar daripada sedikit pereda nyeri yang mungkin diberikannya.

Ada pula kekhawatiran tentang kekuatan produk ganja yang dijual di apotek, yang sering kali mengandung kadar THC (bahan psikoaktif utama) yang jauh lebih tinggi daripada yang diuji dalam studi penelitian.

Hal ini mempersulit penerapan temuan penelitian untuk penggunaan di dunia nyata.

Masalah utama lainnya adalah kurangnya pengawasan medis. Sebagian besar pasien yang menggunakan ganja untuk mengatasi rasa sakit membelinya dari apotek, bukan melalui apotek dengan pengawasan dokter.

Tidak seperti obat-obatan yang disetujui FDA, produk ganja dapat bervariasi dalam hal kekuatan dan kemurnian, yang menambah lapisan risiko lainnya.

ACP merekomendasikan agar dokter memulai dengan perawatan nyeri yang terbukti—seperti terapi fisik, pereda nyeri yang dijual bebas, atau obat resep dengan catatan keamanan yang diketahui—sebelum menyarankan ganja.

Dalam kebanyakan kasus, pendekatan tradisional ini lebih aman dan lebih efektif.

Saran ini didasarkan pada tinjauan menyeluruh terhadap bukti ilmiah, termasuk tinjauan sistematis yang terus memperbarui penelitian terbaru.

ACP juga merilis makalah posisi yang lebih luas yang menyerukan pendekatan kesehatan masyarakat untuk menangani masalah hukum, medis, dan sosial seputar penggunaan ganja.

Panduan baru ini mencerminkan pendekatan yang hati-hati dan berpusat pada pasien.

Meskipun beberapa orang mungkin merasa lebih baik menggunakan ganja untuk mengatasi nyeri kronis, bukti yang mendukung manfaatnya terbatas, dan risikonya—terutama bagi kelompok rentan—nyata.

ACP tidak sepenuhnya menentang penggunaan ganja medis, tetapi sangat menganjurkan dokter untuk mempertimbangkan situasi setiap pasien dengan hati-hati dan memprioritaskan perawatan yang lebih aman dan lebih andal terlebih dahulu.

Panduan tersebut juga menyoroti masalah yang lebih luas: di AS, penggunaan ganja telah tumbuh lebih cepat daripada sains dan sistem medis yang mendukungnya.

Kurangnya regulasi yang konsisten dan produk berkhasiat tinggi menciptakan tantangan bagi pasien dan dokter.

Hingga ada bukti yang lebih kuat dan kontrol yang lebih baik atas bagaimana ganja diproduksi dan dijual, dokter perlu membantu pasien membuat pilihan yang hati-hati dan berdasarkan informasi berdasarkan fakta—bukan tren.

Singkatnya, ganja mungkin berperan dalam perawatan nyeri bagi sebagian orang, tetapi itu jauh dari pilihan pertama.

ACP menganjurkan pendekatan yang bijaksana dan berbasis sains—dan percakapan yang jujur antara pasien dan dokter—untuk memandu pengambilan keputusan yang aman.

× Image