Bagaimana NASA Menggunakan Data Sains untuk Melindungi Bumi dari Asteroid

Ketika berita tentang asteroid 2024 YR4 berpeluang menghantam Bumi pada Desember 2032 mencuat, hal itu menimbulkan kehebohan.
Pada 18 Februari, para ilmuwan di Center for Near Earth Object Studies (CNEOS) NASA mengatakan bahwa asteroid itu memiliki peluang 3% untuk menghantam Bumi — risiko tertinggi yang pernah tercatat untuk objek seukurannya.
Meskipun data lebih lanjut kemudian menurunkan risiko itu menjadi kurang dari 1%, momen itu menunjukkan betapa pentingnya upaya pelacakan asteroid NASA dalam melindungi planet kita.
Berkat pengamatan terbaru, kita sekarang tahu bahwa 2024 YR4 tidak akan menghantam Bumi. Namun, ketakutan itu menyoroti bagaimana berbagi dan menganalisis data antariksa berperan besar dalam menjaga kita tetap aman.
NASA dan ilmuwan antariksa global lainnya terus mencermati asteroid yang dikenal sebagai objek dekat Bumi (NEO).
Ini adalah komet atau asteroid yang berada dalam jarak 120 juta mil dari Matahari — cukup dekat untuk melewati zona orbit Bumi.
Saat sebuah NEO ditemukan, informasinya dibagikan di Halaman Konfirmasi NEO Minor Planet Center, yang memungkinkan para ilmuwan di seluruh dunia (termasuk ilmuwan warga) untuk melacak dan mempelajari jalurnya.
Pengamatan dilakukan dari banyak teleskop, termasuk survei yang didanai NASA seperti ATLAS (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System).
Jika sebuah asteroid baru tampak berada di jalur yang berpotensi berbahaya, CNEOS akan mengamatinya lebih dekat dan memberi tahu NASA’s Planetary Defense Coordination Office, yang juga bekerja sama dengan International Asteroid Warning Network.
Tim-tim ini menggunakan model-model canggih untuk menghitung kemungkinan tabrakan dan memperbarui prediksi saat data baru masuk.
Pembagian informasi secara terbuka ini membantu menciptakan gambaran seakurat mungkin dari setiap potensi ancaman.
Asteroid 2024 YR4 pertama kali ditemukan oleh ATLAS, dan data awalnya menunjukkan berbagai kemungkinan jalur — salah satunya melewati Bumi secara langsung pada tahun 2032.
Seiring dengan semakin banyaknya observatorium yang menambahkan titik data, peluang terjadinya tabrakan tampaknya semakin besar.
Namun, para ilmuwan terus mengumpulkan pengukuran baru, dan akhirnya pengukuran tersebut menunjukkan bahwa jalur YR4 telah bergeser dengan aman menjauh dari Bumi.
Proses ini merupakan contoh hebat tentang bagaimana berbagi data dan kerja sama tim yang cepat dapat mengurangi rasa takut dan mencegah alarm palsu.
Meskipun pelacakan adalah kuncinya, NASA juga mengembangkan cara untuk menangkis asteroid berbahaya, untuk berjaga-jaga jika ada yang benar-benar menuju ke arah kita.
Pada tahun 2022, NASA meluncurkan misi DART (Double Asteroid Redirection Test).
Pesawat ruang angkasa tersebut sengaja menabrak asteroid bernama Dimorphos, yang berhasil mengubah orbitnya selama 33 menit.
Ini merupakan terobosan besar — membuktikan bahwa kita dapat mendorong asteroid keluar jalur jika diperlukan.
NASA juga sedang membangun NEO Surveyor, teleskop ruang angkasa yang dirancang khusus untuk menemukan asteroid berbahaya.
Dijadwalkan diluncurkan pada tahun 2027, teleskop tersebut akan memindai langit untuk mencari ancaman dan mempublikasikan datanya, membantu dunia bersiap lebih cepat dan merespons dengan lebih baik.
NASA dan mitranya percaya bahwa berbagi ilmu pengetahuan secara terbuka membuat semua orang lebih aman.
Semakin banyak mata yang mengawasi langit, semakin besar peluang kita untuk mendeteksi ancaman lebih awal dan menghindari bencana.
Seperti yang dikatakan pakar NASA James “Gerbs” Bauer, “Dampak asteroid jarang terjadi, tetapi dampaknya bisa sangat besar. Ilmu pengetahuan terbuka membantu kita tetap waspada dan siap.”