Home > Gaya Hidup

Terlalu Banyak Makan Ayam Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Akibat Kanker

Orang yang mengonsumsi lebih dari 300 gram unggas per minggusekitar dua dada ayam biasamemiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap kanker sistem pencernaan.
Unsplash
Unsplash

Sebuah penelitian baru dari Italia menemukan hubungan yang mengejutkan antara banyak makan ayam dan risiko lebih tinggi kematian akibat kanker sistem pencernaan.

Penelitian ini dilakukan oleh tim di National Institute of Gastroenterology dan dipublikasikan dalam jurnal Nutrients.

Selama 20 tahun, tim tersebut mengamati kesehatan dan kebiasaan makan hampir 5.000 orang dewasa Italia untuk melihat bagaimana pola makan mereka dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang mereka.

Selama bertahun-tahun, para ahli kesehatan telah merekomendasikan ayam dan unggas lainnya sebagai alternatif yang lebih sehat daripada daging merah.

Daging merah sering dikaitkan dengan penyakit jantung dan kanker tertentu, sehingga ayam telah menjadi pilihan populer bagi mereka yang ingin makan lebih baik.

Namun, penelitian baru ini menunjukkan bahwa makan terlalu banyak unggas mungkin tidak seaman yang diperkirakan sebelumnya—setidaknya dalam hal kanker tertentu.

Penelitian ini melibatkan 4.869 orang dewasa, yang informasi kesehatannya dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan medis, dan survei makanan.

Peserta ditanyai berapa banyak daging dan unggas yang biasanya mereka makan.

Para peneliti juga mengamati catatan medis dan basis data untuk melacak siapa yang mengidap kanker dan siapa yang meninggal selama periode penelitian.

Apa yang mereka temukan menimbulkan beberapa kekhawatiran. Orang yang mengonsumsi lebih dari 300 gram unggas per minggu—sekitar dua dada ayam biasa—memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap kanker sistem pencernaan.

Yang lebih mengkhawatirkan, mereka juga memiliki risiko 27% lebih tinggi untuk meninggal lebih awal akibat kanker tersebut, dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi 100 gram unggas per minggu atau kurang.

Sistem pencernaan meliputi organ-organ seperti lambung, usus, hati, dan pankreas, yang semuanya penting untuk memecah makanan dan menyerap nutrisi.

Kanker di area ini sering kali sulit dideteksi sejak dini dan dapat mematikan. Itulah mengapa penting untuk memahami apa yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini.

Namun, para peneliti menjelaskan bahwa temuan mereka tidak membuktikan bahwa unggas itu sendiri menyebabkan kanker.

Mungkin ada alasan lain di balik hubungan tersebut. Misalnya, mereka tidak dapat mempelajari cara memasak ayam.

Metode memasak seperti menggoreng atau memanggang pada suhu tinggi dapat menghasilkan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh.

Tidak jelas juga apakah bahan tambahan, saus, atau pelapis roti tertentu yang digunakan dalam memasak dapat berperan.

Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah tidak menyertakan informasi tentang aktivitas fisik.

Seberapa banyak olahraga yang dilakukan orang, atau seberapa aktif mereka dalam kehidupan sehari-hari, juga dapat memengaruhi risiko mereka terkena kanker dan meninggal lebih awal.

Sementara tim menyesuaikan hasil mereka dengan beberapa faktor gaya hidup, tidak menyertakan olahraga merupakan kelemahan potensial.

Meskipun ada batasan ini, penelitian ini menyoroti pentingnya keseimbangan dalam pola makan.

Mengonsumsi unggas tidak selalu buruk, tetapi makan terlalu banyak mungkin membawa risiko yang belum sepenuhnya kita pahami.

Para peneliti mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengonfirmasi hasil ini dan mencari tahu dengan tepat apa yang ada di balik peningkatan risiko tersebut.

Hingga saat itu, para ahli kesehatan mungkin mulai mengamati lebih dekat seberapa banyak unggas yang aman untuk dikonsumsi, terutama sebagai bagian dari gaya hidup sehat jangka panjang.

× Image