Home > Gaya Hidup

Ilmuwan Temukan Bahan Kimia Ban Dalam Buah dan Sayur

Zat aditif ban ini, yang umumnya digunakan untuk membuat ban lebih kuat dan lebih tahan lama, telah terdeteksi dalam berbagai buah dan sayur yang dikonsumsi di Swiss.
Unsplash
Unsplash

Sebuah studi terbaru oleh para peneliti di EPFL dan Swiss Federal Food Safety and Veterinary Office (FSVO) menemukan bahwa bahan kimia dari ban masuk ke dalam makanan kita.

Zat aditif ban ini, yang umumnya digunakan untuk membuat ban lebih kuat dan lebih tahan lama, telah terdeteksi dalam berbagai buah dan sayur yang dikonsumsi di Swiss.

Namun, para ilmuwan masih belum tahu apa artinya ini bagi kesehatan kita, dan diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami risikonya.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Hazardous Materials ini mengikuti penelitian sebelumnya dari Austria yang menemukan zat aditif serupa dalam sayur berdaun.

Temuan tersebut menimbulkan kekhawatiran ketika dilaporkan dalam sebuah majalah Swiss tahun lalu, yang mendorong FSVO untuk meminta EPFL melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Dipimpin oleh Florian Breider dari Laboratorium Lingkungan Pusat EPFL, tim peneliti menguji sekitar 100 buah dan sayur berbeda dari sembilan pengecer, termasuk supermarket besar dan toko lokal kecil.

Mereka menguji produk organik dan konvensional.

Setelah mencuci hasil bumi secara menyeluruh dan menyiapkan sampel, tim memeriksa 11 bahan kimia yang biasanya digunakan dalam ban.

Mereka menemukan bahwa sekitar 31% sampel mengandung jejak zat aditif ini, seperti 6-PPD dan produk sampingannya, 6-PPD-quinone.

Anehnya, tidak masalah apakah hasil bumi itu organik atau dari mana asalnya—semua jenisnya terpengaruh.

Salah satu aspek yang paling mengkhawatirkan adalah kita belum mengetahui bagaimana zat kimia ini memengaruhi kesehatan manusia.

Penelitian pada hewan pengerat telah menunjukkan bahwa beberapa zat aditif ini, seperti DPG, 6-PPD, dan 6-PPD-quinone, dapat membahayakan sistem saraf dan mengurangi kesuburan.

Namun karena temuan ini berasal dari penelitian hewan, tidak jelas apakah risiko yang sama berlaku untuk manusia.

Para ilmuwan sekarang mencoba memahami bagaimana tubuh manusia memproses zat-zat ini dan apakah zat-zat ini menimbulkan ancaman nyata.

Zat aditif ban berakhir di makanan kita melalui suatu proses yang dimulai di jalan.

Saat ban aus, ban akan melepaskan partikel-partikel kecil yang mengandung bahan kimia seperti antioksidan dan agen vulkanisasi, yang membuat karet lebih kuat dan lebih fleksibel.

Partikel-partikel ini terlepas ke udara, jatuh ke tanah, dan terbawa oleh air.

Orang dapat menghirup partikel-partikel ini atau menelannya melalui makanan yang terkontaminasi.

Paparan ini dapat terjadi bahkan di daerah pedesaan, karena penelitian telah menemukan partikel-partikel ini jauh dari jalan raya yang ramai, termasuk di danau pegunungan.

Meskipun kita belum tahu apakah aditif ban dalam makanan berbahaya, temuan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang apakah peraturan yang lebih ketat diperlukan.

Beberapa ilmuwan telah mencari cara untuk mengurangi kontaminasi, seperti membuat ban dengan bahan kimia yang lebih sedikit beracun atau menemukan cara untuk membersihkan jalan dengan lebih efektif.

Mengemudi secara agresif, seperti ngebut dan mengerem mendadak, juga meningkatkan keausan ban, melepaskan lebih banyak partikel ke lingkungan.

Sampai para peneliti dapat lebih memahami risiko kesehatannya, keberadaan aditif ban dalam makanan kita masih menjadi perhatian.

Para ilmuwan menyerukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah zat-zat ini dapat membahayakan manusia dan apakah metode produksi baru dapat mengurangi paparan.

Seiring dengan berlanjutnya penyelidikan, jelaslah bahwa memahami bagaimana bahan kimia ban memengaruhi kesehatan kita menjadi lebih penting dari sebelumnya.

× Image