Home > News

Mengapa Wanita Memiliki Detak Jantung Lebih Cepat Sementara Pria Lebih Tidak Teratur

Perbedaan tersebut mungkin berakar pada susunan genetik alat pacu jantung alami, yang disebut nodus sinoatrial (SAN).
Unsplash
Unsplash

Wanita cenderung memiliki detak jantung yang lebih cepat, sementara pria lebih mungkin menderita irama jantung yang tidak teratur seperti fibrilasi atrium (AFib).

Selama bertahun-tahun, dokter telah mengamati perbedaan aneh antara pria dan wanita dalam hal irama jantung.

Kini, sebuah studi baru dari The Ohio State University Wexner Medical Center telah menjelaskan mengapa hal ini terjadi, mengungkap bahwa perbedaan tersebut mungkin berakar pada susunan genetik alat pacu jantung alami, yang disebut nodus sinoatrial (SAN).

Nodus sinoatrial adalah struktur kecil di jantung yang mengendalikan ritmenya, bertindak sebagai alat pacu jantung alami. Nodus ini mengatur kecepatan detak jantung dengan mengirimkan sinyal listrik teratur yang memberi tahu jantung kapan harus berkontraksi.

Studi yang dipublikasikan dalam Circulation: Arrhythmia and Electrophysiology ini menemukan bahwa SAN beroperasi berdasarkan instruksi genetik yang berbeda pada pria dan wanita.

Perbedaan genetik ini memengaruhi cara jantung berdetak dan dapat menjelaskan mengapa pria dan wanita mengalami berbagai jenis masalah irama jantung.

Dr. Vadim Fedorov, penulis senior studi tersebut dan seorang profesor fisiologi dan biologi sel di Ohio State University, mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya para peneliti menemukan bahwa gen yang mengendalikan cara kerja SAN dipengaruhi oleh jenis kelamin biologis.

“Itu membantu menjelaskan mengapa wanita umumnya memiliki detak jantung yang lebih cepat dan lebih mungkin mengalami takikardia sinus yang tidak tepat, sementara pria menghadapi risiko lebih besar terhadap gangguan detak jantung seperti blok konduksi dan fibrilasi atrium,” jelas Fedorov.

Untuk mengungkap perbedaan ini, para peneliti di Dorothy M. Davis Heart and Lung Research Institute di Ohio State dan Bob and Corrine Frick Center for Heart Failure and Arrhythmia mempelajari jantung manusia yang disumbangkan untuk penelitian melalui Lifeline of Ohio.

Tim tersebut memeriksa dengan saksama sel-sel SAN yang menghasilkan dan mempertahankan ritme jantung.

Mereka menganalisis gen dan jalur tertentu yang terlibat dalam pengaturan kecepatan, metabolisme, peradangan, dan perombakan fibrotik.

Perombakan fibrotik adalah proses di mana jaringan jantung menebal dan terluka, yang dapat mengganggu sinyal listrik dan menyebabkan detak jantung tidak teratur.

Temuan tersebut mengungkap perbedaan yang jelas antara jantung pria dan wanita. Pada wanita, dua gen penting—TBX3 dan HCN1—lebih aktif.

Gen-gen ini membantu memacu ritme jantung yang lebih cepat, yang mungkin menjelaskan mengapa wanita cenderung memiliki detak jantung yang lebih cepat.

Sebaliknya, jantung pria menunjukkan lebih banyak aktivitas dalam jaringan gen yang terkait dengan peradangan dan produksi kolagen.

Hal ini penting karena peradangan yang berlebihan dan penumpukan kolagen dapat mengganggu jalur listrik jantung, meningkatkan risiko aritmia seperti AFib.

AFib adalah kondisi di mana jantung berdetak tidak teratur dan sering kali cepat, yang menyebabkan aliran darah yang buruk dan meningkatkan risiko stroke dan gagal jantung.

Dr. Ning Li, salah satu penulis penelitian dan asisten profesor peneliti di Ohio State, menjelaskan bahwa temuan ini penting untuk memahami bagaimana masalah ritme jantung berkembang secara berbeda pada pria dan wanita.

“Wanita menunjukkan kadar TBX3 dan HCN1 yang lebih tinggi, yang merupakan dua gen kunci yang membantu memacu ritme jantung yang lebih cepat,” kata Li.

“Sebaliknya, jantung pria memiliki lebih banyak aktivitas dalam jaringan gen yang terkait dengan peradangan dan produksi kolagen, yang dapat mengganggu sinyal listrik dan meningkatkan risiko aritmia.”

Hasil penelitian ini dapat membantu membuka jalan bagi perawatan yang lebih personal untuk gangguan irama jantung.

Saat ini, banyak perawatan untuk kondisi jantung yang sama untuk pria dan wanita, meskipun jantung mereka berperilaku berbeda.

Memahami perbedaan genetik ini memungkinkan dokter untuk membuat terapi yang lebih terarah yang sesuai dengan profil genetik spesifik setiap pasien.

Penelitian ini juga terkait dengan upaya yang lebih luas di Ohio State untuk mencegah gangguan irama jantung umum yang dapat menyebabkan jantung berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat.

Kondisi ini tidak hanya berbahaya tetapi juga sering kali memerlukan intervensi medis seperti pengobatan atau pemasangan alat pacu jantung.

American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 6 juta orang Amerika saat ini hidup dengan gagal jantung, dan banyak dari mereka juga menderita gangguan irama yang berasal dari SAN.

Irama yang tidak teratur ini dapat secara signifikan memengaruhi kualitas hidup dan meningkatkan risiko komplikasi yang parah.

Ke depannya, tim peneliti berharap temuan mereka akan mendorong lebih banyak penelitian tentang bagaimana pria dan wanita mengalami penyakit jantung secara berbeda.

Dengan pengetahuan yang lebih rinci, dokter mungkin dapat mendeteksi masalah irama jantung lebih dini dan mengembangkan perawatan yang lebih efektif yang disesuaikan dengan perbedaan biologis.

Penemuan ini menandai langkah maju yang signifikan dalam memahami kesehatan jantung dan pada akhirnya dapat mengarah pada strategi baru untuk mencegah dan mengobati gangguan irama jantung pada pria dan wanita.

Seiring dengan para peneliti yang terus meneliti bagaimana gender memengaruhi kesehatan jantung, kini saatnya untuk memprediksi siapa yang berisiko lebih tinggi terhadap kondisi jantung tertentu dan mencegahnya sebelum mengancam jiwa.

Hasil penelitian ini dapat ditemukan dalam Circulation: Arrhythmia and Electrophysiology.

× Image