Rihanna: Super Bowl Salah Satu Panggung Terbesar di Dunia
Robyn Rihanna Fenty beken dengan nama panggung Rihanna menyebut bahwa tampil di Super Bowl LVII adalah impian setiap orang entertainer. Selain itu, perempuan kelahiran 20 Februari 1988 itu menyebut meski menakutkan tapi penampilannya pada hari Minggu itu bakal luar biasa.
Rihanna mencatat salah satu aspek tersulit dalam menyatukan produksi adalah memutuskan setlist untuk penampilan berdurasi 13 menit itu. “Anda mencoba menjejalkan 17 tahun kerja ke dalam 13 menit, jadi itu sulit. Beberapa lagu kami harus hilang karena itu, dan itu tidak apa-apa, tapi saya pikir kami melakukan pekerjaan yang cukup bagus untuk mempersempitnya," ujarnya seperti ditulis music-news.
"Mungkin ada sekitar 39 versi setlist saat ini," ujar Rihanna,"Setiap kali saya melakukan perubahan, sesuatu harus diperbarui, dan itu adalah versi barunya."
Seperti yang diumumkan tahun lalu, bintang pop ini akan melakukan comeback langsung pada hari Minggu ini (12 Februari) di State Farm Stadium di Glendale, Arizona untuk Super Bowl LVII. Selain kolaborasi dengan DJ Khaled di Grammy tahun 2018, acara tersebut akan menandai penampilan langsung pertamanya dalam hampir tujuh tahun.
“Super Bowl adalah salah satu panggung terbesar di dunia. Meski menakutkan, karena saya belum pernah tampil di panggung selama tujuh tahun, ada sesuatu yang menggembirakan tentang tantangan itu semua,"ujarnya,"Penting bagi saya untuk melakukannya tahun ini. Penting bagi putra saya untuk melihat itu.”
Sejak bulan lalu, Rihanna membagikan teaser penampilannya di Super Bowl Halftime Show yang akan datang di akun medosnya seperti twitter. Sebenarnya, seperti ditulis NME, pada 2018 Rihanna ditawari untuk tampil di Halftime Show 2019.
Pelantun Umbrella itu menolak tawaran tersebut untuk menunjukkan solidaritas kepada Colin Kaepernick, mantan gelandang San Francisco 49ers, yang merupakan pemain NFL pertama yang berlutut saat lagu kebangsaan Amerika Serikat diputar, sebagai protes terhadap ketidakadilan rasial, kebrutalan polisi dan penindasan sistematis di negara tersebut pada tahun 2016.