Home > Didaktika

Ilmuwan Temukan Cara Baru Memprediksi Keberhasilan Pengobatan OCD

Temuan ini merupakan kemajuan signifikan untuk mengobati gangguan kejiwaan yang parah.
unsplash
unsplash

Sebuah studi terbaru dari Baylor College of Medicine dan Texas Children’s Hospital telah menemukan pola aktivitas otak baru yang dapat secara akurat memprediksi dan memantau status orang dengan obsessive-compulsive disorder/OCD (gangguan obsesif-kompulsif) yang telah menjalani deep brain stimulation/DBS (stimulasi otak dalam).

Temuan ini merupakan kemajuan signifikan untuk mengobati gangguan kejiwaan yang parah.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Sameer Sheth dan Wayne Goodman, bersama dengan yang lain, dipublikasikan di Nature Medicine. Dr. Provenza, asisten profesor di Baylor College of Medicine, menyoroti bahwa kemajuan dalam neuromodulasi bedah kini memungkinkan pemantauan berkelanjutan aktivitas otak pada pasien OCD selama kehidupan sehari-hari mereka.

Kesempatan ini mengarahkan tim untuk mengidentifikasi pola otak penting yang memprediksi kondisi klinis 12 individu dengan OCD parah yang menjalani terapi DBS.

OCD adalah kondisi kesehatan mental yang umum dan parah yang memengaruhi 2-3% dari populasi global, termasuk sekitar dua juta orang di AS.

Dalam kasus ekstrem, individu menghabiskan banyak waktu untuk perilaku repetitif dan pikiran mengganggu, yang secara signifikan memengaruhi kualitas hidup dan kemampuan mereka untuk mempertahankan pekerjaan dan hubungan.

Meskipun psikoterapi dan pengobatan membantu banyak orang, 20-40% dari mereka yang mengalami OCD parah tidak merespons pengobatan ini.

Sejak awal tahun 2000-an, DBS telah digunakan untuk memodulasi aktivitas otak di area tertentu yang terkait dengan gejala OCD.

Banyak pasien yang memenuhi syarat untuk DBS belum cukup mendapat manfaat dari terapi standar.

Bagi mereka yang mengalami OCD yang resistan terhadap pengobatan, sekitar dua pertiga menunjukkan perbaikan yang signifikan setelah DBS.

DBS bekerja mirip dengan alat pacu jantung, mengirimkan impuls listrik ke otak untuk mengatur aktivitasnya dan memulihkan fungsi normal.

DBS disetujui FDA untuk gangguan gerakan seperti penyakit Parkinson dan tremor esensial dan semakin banyak digunakan untuk OCD parah.

Dr. John Ngai, Direktur BRAIN Initiative di National Institutes of Health, mencatat bahwa penelitian ini merupakan bagian dari kemajuan berkelanjutan dalam penelitian DBS, yang membawa pengobatan untuk OCD lebih dekat ke penggunaan klinis.

Salah satu tantangan utama dengan DBS untuk gangguan kejiwaan seperti OCD adalah menentukan dosis stimulasi yang tepat.

Untuk gangguan gerakan, stimulasi yang tepat terbukti melalui perbaikan fisik langsung, seperti berkurangnya tremor.

Namun, untuk OCD, efek DBS membutuhkan waktu lebih lama untuk muncul, sehingga sulit untuk menentukan penyesuaian apa yang mengarah pada perbaikan gejala.

Dr. Sheth menekankan perlunya penanda aktivitas otak yang andal untuk memandu manajemen DBS dan memantau gejala pasien dari jarak jauh.

Hal ini penting karena banyak pasien melakukan perjalanan jauh untuk pengobatan DBS, yang hanya tersedia di beberapa pusat khusus.

Untuk menemukan target optimal untuk biomarker, tim berfokus pada perilaku khas OCD berupa penghindaran patologis.

Penderita OCD sering kali menghindari potensi bahaya atau tekanan, yang mengarah pada pikiran mengganggu dan tindakan berulang.

Para peneliti mempelajari bagaimana gelombang otak tertentu (4-12 Hz) yang terkait dengan proses kognitif berubah pada pasien dengan OCD parah.

Mereka menggunakan perangkat DBS modern yang mampu merangsang dan merekam aktivitas otak.

Tidak seperti penelitian umum dengan pemantauan otak berbasis tugas yang singkat, penelitian ini terus-menerus merekam aktivitas otak selama aktivitas sehari-hari.

Pendekatan ini memberikan pandangan yang lebih alami tentang fungsi otak peserta.

Setelah implantasi DBS, tim mengukur aktivitas otak sebelum stimulasi dimulai, menangkap pola selama gejala parah. Mereka menemukan pola gelombang otak 9 Hz yang dapat diprediksi berfluktuasi selama 24 jam.

Setelah aktivasi DBS, saat pasien membaik, pola ini menjadi kurang dapat diprediksi.

Dr. Goodman menjelaskan bahwa penderita OCD sering kali berpegang pada rutinitas yang berulang, sehingga aktivitas otak menjadi sangat dapat diprediksi.

Pasien yang membaik menunjukkan perilaku yang lebih fleksibel dan aktivitas otak yang bervariasi, yang menunjukkan lebih sedikit perilaku kompulsif.

Dr. Sheth mencatat bahwa pola aktivitas otak yang teridentifikasi dapat secara andal menunjukkan peningkatan suasana hati dan perilaku pada pasien OCD setelah DBS.

Penemuan ini dapat merevolusi pemantauan pasien selama terapi DBS.

Memasukkan informasi ini ke dalam dasbor klinis dapat menyederhanakan pemrograman DBS, sehingga terapi menjadi lebih mudah diakses.

Dr. Provenza menyarankan bahwa pola aktivitas otak yang serupa mungkin ditemukan pada gangguan neuropsikiatri lainnya, yang berpotensi berfungsi sebagai biomarker untuk kondisi ini.

× Image