Peneliti dari Karolinska Institutet telah menemukan penanda risiko potensial baru untuk penyakit kardiovaskular pada wanita.

Penelitian menemukan hubungan antara rendahnya kadar antibodi antiinflamasi tertentu dan risiko serangan jantung serta penyakit jantung koroner yang lebih tinggi.

Penemuan ini dapat membuka jalan bagi peningkatan deteksi dan pencegahan penyakit jantung, yang masih menjadi penyebab utama kematian bagi wanita dan pria di Swedia.

Secara historis, penelitian penyakit jantung sering kali lebih berfokus pada pria, sementara kesehatan jantung wanita agak terabaikan.

Namun, wanita cenderung terkena penyakit jantung di kemudian hari dan sering kali menghadapi faktor risiko tambahan seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan gagal jantung.

Penelitian baru ini mengalihkan sebagian fokus untuk memahami penyakit jantung pada wanita, khususnya melalui sudut pandang peradangan.

Penelitian yang dilakukan selama 16 tahun ini diikuti oleh 932 wanita, dengan usia rata-rata 66 tahun. Di antara wanita-wanita ini, 113 orang mengalami penyakit kardiovaskular selama periode penelitian.

Temuan utamanya adalah bahwa wanita dengan kadar antibodi yang lebih rendah yang dikenal sebagai anti-PC (antibodi terhadap fosforilkolin) memiliki risiko lebih tinggi terkena serangan jantung dan penyakit jantung koroner.

Di sisi lain, wanita dengan kadar antibodi yang lebih tinggi memiliki risiko 25% lebih rendah untuk terkena kondisi jantung ini.

Fosforilkolin adalah zat berlemak, dan antibodi anti-PC berperan penting dalam mengurangi peradangan pada pembuluh darah.

Efek perlindungan ini dapat membantu mencegah aterosklerosis, kondisi kronis di mana arteri tersumbat oleh plak, yang menyebabkan aliran darah terbatas dan peningkatan risiko serangan jantung dan stroke.

Menurut Johan Frostegård, Profesor Kedokteran di Institute of Environmental Medicine dan kepala penelitian, antibodi anti-PC telah terbukti memiliki sifat anti-inflamasi yang melindungi terhadap penumpukan berbahaya ini di pembuluh darah.

Penelitian sebelumnya telah menetapkan hubungan antara kadar anti-PC yang rendah dan penyakit jantung pada pria, tetapi ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan risiko serupa pada wanita.

Frostegård dan timnya yakin bahwa antibodi ini dapat berfungsi sebagai penanda independen untuk risiko penyakit jantung pada wanita lanjut usia, terlepas dari faktor risiko lain yang diketahui seperti usia atau tekanan darah tinggi.

Meskipun hasil ini menjanjikan, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan dengan tepat berapa banyak anti-PC yang diperlukan untuk memberikan perlindungan.

Frostegård menjelaskan bahwa para peneliti masih perlu mencari tahu kadar ideal antibodi ini untuk digunakan sebagai penanda risiko yang andal, seperti cara kadar tekanan darah tinggi digunakan saat ini.

Ia dan timnya sudah mengerjakan penelitian yang lebih besar, yang melibatkan pria dan wanita, untuk mengidentifikasi kadar anti-PC yang paling efektif dalam mencegah penyakit kardiovaskular.

Selain menggunakan kadar anti-PC sebagai penanda risiko, penelitian ini juga mengisyaratkan kemungkinan pengembangan vaksin untuk mencegah penyakit jantung.

Jika penelitian di masa mendatang mengonfirmasi bahwa kadar anti-PC yang rendah merupakan faktor risiko yang signifikan, vaksin berpotensi meningkatkan kadar ini pada orang yang berisiko, membantu melindungi mereka dari penyakit jantung dan serangan jantung.

Penemuan ini menandai langkah penting dalam meningkatkan kesehatan jantung bagi wanita, yang sering kali kurang terwakili dalam penelitian kardiovaskular.

Seiring berlanjutnya penelitian, hal itu dapat mengarah pada metode penyaringan yang lebih baik, perawatan yang tepat sasaran, dan bahkan mungkin tindakan pencegahan baru untuk menurunkan risiko penyakit jantung, khususnya bagi wanita. (kpo)