Home > Didaktika

Awas... Depresi Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Kronis Lho...

Para ilmuwan telah menemukan hubungan yang kuat antara depresi dan risiko timbulnya masalah kesehatan jangka panjang, seperti penyakit jantung, diabetes, dan bahkan beberapa jenis kanker.
hellosehat
hellosehat

Depresi adalah kondisi kesehatan mental serius yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, tetapi dampaknya lebih dari sekadar perasaan sedih atau putus asa.

Para ilmuwan telah menemukan hubungan yang kuat antara depresi dan risiko timbulnya masalah kesehatan jangka panjang, yang sering disebut sebagai penyakit kronis.

Ini termasuk kondisi seperti penyakit jantung, diabetes, dan bahkan beberapa jenis kanker.

Mari kita bahas bagaimana depresi dapat meningkatkan risiko penyakit kronis dan mengapa hubungan ini penting bagi semua orang.

Selama bertahun-tahun, para peneliti telah mempelajari bagaimana kesehatan mental dan kesehatan fisik saling memengaruhi.

Depresi tidak hanya memengaruhi otak; tetapi juga dapat menyebabkan perubahan dalam tubuh yang dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit kronis.

Salah satu penjelasannya melibatkan stres. Ketika seseorang mengalami depresi, tubuhnya sering kali berada dalam kondisi stres yang meningkat. Hal ini memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol.

Meskipun kortisol bermanfaat dalam waktu singkat, paparan jangka panjang dapat merusak tubuh dengan meningkatkan tekanan darah, mengganggu kadar gula darah, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang mengalami depresi lebih mungkin mengalami penyakit jantung.

Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet menemukan bahwa depresi meningkatkan risiko penyakit jantung hingga 64%.

Para peneliti percaya hal ini mungkin terjadi karena depresi dapat menyebabkan perilaku yang tidak sehat, seperti merokok, makan berlebihan, atau menghindari olahraga, yang semuanya terkait dengan masalah jantung.

Namun, bahkan ketika perilaku ini dikendalikan, depresi itu sendiri tampaknya masih menjadi faktor risiko.

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan biologis yang disebabkan oleh depresi, seperti peradangan dalam tubuh, memainkan peran utama.

Hubungan antara depresi dan diabetes juga terdokumentasi dengan baik. Orang dengan depresi berisiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2, yang merupakan bentuk kondisi yang paling umum.

Depresi dapat mengganggu cara tubuh memproses gula, sehingga tubuh lebih sulit menggunakan insulin dengan benar.

Selain itu, orang dengan depresi mungkin kesulitan mempertahankan rutinitas yang sehat, seperti makan makanan seimbang atau tetap aktif, yang selanjutnya meningkatkan risiko mereka.

Menariknya, hubungan antara depresi dan penyakit kronis tampaknya bekerja dua arah.

Memiliki penyakit kronis juga dapat meningkatkan kemungkinan menjadi depresi.

Hal ini masuk akal karena hidup dengan kondisi kesehatan jangka panjang dapat melelahkan dan membuat seseorang merasa terisolasi.

Misalnya, penderita diabetes dua kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita diabetes.

Mengelola pengobatan, kunjungan dokter, dan pembatasan harian dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, menciptakan lingkaran setan di mana masalah kesehatan fisik dan mental saling memengaruhi.

Salah satu bukti utama tentang hubungan ini berasal dari penelitian tentang peradangan.

Peradangan adalah respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, tetapi peradangan kronis berbahaya dan telah dikaitkan dengan kondisi seperti radang sendi, kanker, dan penyakit jantung.

Para peneliti telah menemukan bahwa orang dengan depresi sering kali memiliki tingkat peradangan yang lebih tinggi dalam tubuh mereka, bahkan jika mereka tidak memiliki penyakit fisik yang jelas.

Peradangan ini mungkin menjelaskan mengapa depresi meningkatkan risiko begitu banyak penyakit kronis yang berbeda.

Memahami hubungan ini penting karena hal ini menyoroti perlunya menangani kesehatan mental dan fisik secara bersamaan.

Terlalu sering, depresi diabaikan ketika dokter berfokus pada gejala fisik.

Tetapi mengobati depresi sebenarnya dapat menurunkan risiko terkena penyakit kronis atau mempermudah penanganan kondisi yang sudah dimiliki seseorang.

Terapi seperti konseling, pengobatan antidepresan, dan perubahan gaya hidup, seperti memperbaiki pola makan dan olahraga, dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik.

Singkatnya, depresi lebih dari sekadar pergumulan emosional—depresi dapat memengaruhi seluruh tubuh dan meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius.

Dengan memperhatikan kesehatan mental dan mengatasinya sejak dini, orang dapat mengurangi kemungkinan menghadapi penyakit fisik jangka panjang.

Penelitian ini mengingatkan kita bahwa menjaga pikiran sama pentingnya dengan menjaga tubuh. (kpo)

× Image