Waspadalah... Camilan Manis Membahayakan Kesehatan Mental

Apakah Anda menyukai minuman manis, camilan kemasan, dan hot dog? Sebuah studi baru menunjukkan bahwa Anda mungkin perlu berpikir dua kali sebelum menjadikannya bagian rutin dari diet Anda.
Makanan ini termasuk dalam kategori yang disebut makanan ultra-olahan, dan para peneliti telah menemukan hubungan yang kuat antara mengonsumsi makanan ini dan peningkatan risiko masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Makanan ultra-olahan bukan sekadar makanan olahan biasa. Makanan ini dibuat di pabrik menggunakan bahan-bahan seperti minyak, gula, pati, dan bahan kimia yang tidak menyerupai makanan utuh aslinya.
Makanan ini seringkali penuh dengan zat aditif seperti perasa, pewarna, dan pengawet agar rasanya dan tampilannya lebih menarik.
Contohnya termasuk minuman ringan, keripik, sereal manis, makanan siap saji, dan produk daging olahan seperti hot dog.
Meskipun makanan ini murah dan praktis, makanan ini mungkin memiliki dampak tersembunyi bagi kesehatan mental Anda.
Tim peneliti dari Schmidt College of Medicine, Florida Atlantic University, bersama para kolaborator, mempelajari lebih dari 10.000 orang dewasa di AS menggunakan data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional.
Mereka mengamati jumlah hari orang merasa tidak sehat secara mental, cemas, atau menunjukkan tanda-tanda depresi ringan, dan membandingkannya dengan seberapa banyak makanan ultra-olahan yang mereka konsumsi.
Hasilnya jelas. Orang yang paling banyak mengonsumsi makanan ultra-olahan memiliki lebih banyak hari di mana mereka merasa tidak sehat secara mental atau cemas.
Mereka juga lebih mungkin menunjukkan tanda-tanda depresi ringan dan lebih kecil kemungkinannya melaporkan tidak memiliki hari-hari yang tidak sehat secara mental.
Hasil ini signifikan secara statistik, yang berarti kecil kemungkinannya terjadi karena kebetulan.
Yang membuat studi ini penting adalah ukuran dan cakupannya. Data mencerminkan sampel populasi AS yang luas, yang berarti temuan ini kemungkinan berlaku untuk banyak orang, bukan hanya sekelompok kecil.
Penelitian ini juga menggunakan sistem klasifikasi NOVA, sebuah cara yang diakui secara global untuk mengelompokkan makanan berdasarkan seberapa banyak proses yang dilaluinya.
Menurut NOVA, makanan ultra-olahan menyumbang sekitar 60% kalori yang dikonsumsi orang Amerika.
Peneliti utama Dr. Eric Hecht menunjukkan bahwa pengolahan makanan ini menghilangkan sebagian besar nilai gizinya dan menambahkan bahan-bahan tidak sehat seperti gula, garam, dan lemak tidak sehat.
Hal ini dapat menyebabkan penambahan berat badan, masalah jantung, dan sekarang, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, kesehatan mental yang buruk.
Penulis senior Dr. Charles Hennekens menekankan perlunya penelitian yang lebih mendalam untuk menguji temuan ini dan mengeksplorasi secara tepat bagaimana makanan ultra-olahan memengaruhi kesehatan mental.
Namun, hasil ini menambah penelitian yang semakin banyak yang menunjukkan bahwa apa yang kita makan tidak hanya memengaruhi tubuh kita—tetapi juga memengaruhi pikiran kita.
Menurut Institut Kesehatan Mental Nasional, hampir satu dari lima orang dewasa di AS memiliki beberapa bentuk penyakit mental.
Dengan begitu banyak orang yang terdampak, dan dengan makanan ultra-olahan yang menjadi bagian besar dari pola makan kita, temuan ini memiliki implikasi kesehatan masyarakat yang serius.
Memilih makanan utuh seperti buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan daging yang tidak diolah mungkin merupakan langkah yang baik untuk tidak hanya kesehatan fisik yang lebih baik, tetapi juga pikiran yang lebih sehat.
Studi ini dipublikasikan di Public Health Nutrition.